Copadeflores hadir seperti oasis untuk para perempuan di tanah Timur yang terjebak dalam rantai yang bisa menjerat jiwa dan raga mereka.

Simak kisah mengharukan dari pendiri Copadeflores langsung, di artikel Finansialku di bawah ini!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Success Story

 

Kisah Copadeflores: Pahlawan Perempuan di Tanah Timur

Copadeflores, adalah salah satu produk lokal yang menjual berbagai kain tenun ikat buatan perempuan Indonesia yang dikreasikan dalam sebuah pakaian yang fashionable.

Copadeflores sendiri lahir dari ide dari seorang perempuan hebat bernama Maria Gabriella dan delapan teman-teman perempuannya pada 2015 lalu.

Ibu Bella (Panggilan Maria Gabriella) sudah lebih dulu berkecimpung di dunia bisnis, di mana beliau menjadi seorang distributor dan penjahit kain-kain tenun dari Flores.

“Dia punya toko di Thamrin City dulu, tapi tahun 2015 itu anjlok banget omzet-nya. Sehingga waktu aku semester 4, aku izin ke Ibu aku, aku bilang, “Yaudah nggak usah, tutup aja tokonya, aku yang rebuild lagi. Cuma aku izin, aku buatnya sendiri, ngajakin temen-temen yang memang sering main ini. Akhirnya Oktober (2015) aku kita lauching produk pertama.” Katanya pada Finansialku, 7 Agustus 2019 lalu.

 

Ide nama Copadeflores sendiri berawal dari misi mereka untuk membudidayakan produk lokal, melihat teman-teman seumuran mereka yang mayoritas menggunakan produk non-lokal.

“Pake produk lokal-nya batik. Padahal banyak banget budaya-budaya lain yang belum ter-ekspos. Akhirnya, setelah dibentuk copadeflores ini, kita berusaha untuk membuat kain-kain ini menjadi wearcloth untuk perempuan.” Lanjutnya.

Tidak disangka, di tahun kedua perjalanan bisnis 8 perempuan hebat ini, mereka dipertemukan dengan aktivis perempuan, yang kemudian membuka dan memperluas pola pikir mereka.

“Mereka kasih tahu kita, ‘Kalian tahu nggak sih, kalian itu berdelapan, dengan membuat Copadeflores ini secara tidak langsung kalian udah membuat social value loh, bisa membantu orang dengan lebih.’” Tutur Bella.

Founder and Money_ Memberdayakan Perempuan Timur Bersama Copadeflores 02

[Baca Juga: Kenapa Tidak Untuk Menjadi Perempuan Mandiri? Ini Alasannya!]

 

Bella dan teman-temannya sejujurnya menyadari hal ini. Selama berbisnis, dia banyak melihat dan mendengar orang mengangkat budaya Timur dari sisi kemiskinan-nya.

“Banyak orang mengangkat daerah timur tuh kemiskinannya, dan aku nggak terlalu suka, karena ngapain kita jualin produk cuma orang beli karena kasihan.” Katanya.

 

Sebuah fakta megejutkan juga diketahui Bella, kalau ternyata masalah kemiskinan itu kemudian menjadi sebuah efek domino, menghasilkan kasus perdagangan manusia, dan mayoritas korbannya adalah kaum perempuan di bawah usia 25 tahun.

Ini tentu didasari oleh beberapa penyebab, salah satunya adalah ketidakpercayaan potensial masyarakat pada tingkat produktivitas di tanah Timur Indonesia.

Terus yang kedua, mereka punya banyak kesenjangan sosial yang berkaitan dengan gender. Itu alasannya kenapa victims-nya perempuan. Karena ketika udah lulus SMA, banyak banget anak-anak SMA di sana yang nggak bisa leluasa melihat peluang.” Ungkapnya.

 

Bukan cuma itu, perdagangan manusia di tanah Timur juga disebabkan oleh Gender Glass Ceiling, di mana tingkat partisipasi perempuan sangat rendah dan terbatas, karena adanya diskriminasi gender.

Padahal sebenarnya, budaya tenun punya kaitan yang sangat erat dengan perempuan-perempuan hebat di tanah Timur.

“Karena kalau misalkan ABG, sudah ‘dewasa’, terus dia diwajibkan untuk bisa nenun.” Ungkapnya.

 

Itu yang akhirnya menggerakkan Copadeflores untuk lebih mendekatkan diri pada penenun asal tanah Timur untuk bekerja sama dan memotong rantai perdagangan manusia, menyelamatkan perempuan dari jeratan itu.

Membungkus segala kisah menarik di balik setiap kain tenun, Copadeflores akhirnya mulai membudidayakan Sumber Daya Manusia, khususnya perempuan dari Nusa Tenggara Timur, untuk meningkatkan produktivitas.

“Jadi, di tahun 2017, dari fashion brand, kita akhirnya shifting ke social enterprise. (bahannya) kita dari Nusa Tenggara Timur,” Tuturnya.

 

Ebook Mommy & Money: Panduan Cara Mengatur Keuangan IBU RUMAH TANGGA

Download Sekarang, GRATISSS!!!

Ebook Mommy and Money

 

Tapi Bella mengatakan kalau tidak menutup kemungkinan pula untuk mereka pergi ke Lombok, Bali, dan daerah-daerah lainnya.

“Dari awal kita udah bekerja sama dengan salah satu desa di Kabupaten Sikka, kita juga ada beberapa penenun di Ende, dan juga di Sumba.” Kata Bella.

 

Membangun bisnis ini memang tidak semulus yang dibayangkan oleh orang-orang, apalagi mengingat mereka terpaut jarak yang cukup jauh dengan tempat produksi.

“Kita menyadari kapasitas kita seberapa, sehingga kita butuh partner, oleh karena itu, sejak 2017 kita berkolaborasi dengan berbagai partner lokal. Kita bagi tugas, di Jakarta, kita fokus untuk marketing dan gaet partnership yang lain. Nah untuk menyalurkan dana bergulir, pelatihan, pembinaannya mereka, itu dilaksanakan oleh partner kita. Jadi kita berkoordinasi, hanya, Copa ini punya koordinator tiap daerah, yang mereka juga report.Pungkas Bella.

 

Kesimpulannya, untuk Sobat Finansialku yang membeli satu buah hasil karya perempuan Timur di Copadeflores, sama saja menyelamatkan satu nyawa dan tubuh perempuan dari perdagangan ilegal.

Apabila tertarik, Sobat Finansialku mengecek berbagai model yang tersedia dengan varian harga berbeda, di instagram mereka, Copadeflores.

 

 

Bagaimana pendapat Sobat Finansialku mengenai misi Copadeflores yang mulia ini? Yuk, sampaikan di kolom komentar!

Jangan lupa untuk bagikan informasi ini sebanyak-banyaknya untuk melindungi perempuan-perempuan di tanah Timur dari kejahatan human trafficking lewat berbagai pilihan platform di bawah ini. Terima kasih.

 

Sumber Gambar:

  • CopadefloresLogo – https://bit.ly/3afbGZl
  • Founder and Money – https://bit.ly/3fNnSBG