Menjadi seorang single parent tentu tidak mudah, apalagi soal mengatur keuangan. Cerita Nina ini bisa menjadi inspirasi bagi Sobat Finansialku yang sedang berjuang di status yang sama.

 

Summary:

  • Perlu keputusan yang bijak dalam mengelola keuangan sebagai seorang single parent.
  • Tak hanya aspek finansial, aspek emosional juga menjadi tantangan dalam mengatur keuangan single parent.

 

Belajar Keuangan dari Kisah Nina, Seorang Single Parent

Nina, seorang ibu single parent dengan dua anak, menghadapi realitas pahit kehidupan setelah suaminya meninggal secara tiba-tiba.

Kepergian suaminya meninggalkan dia tidak hanya dengan duka yang mendalam, tetapi juga dengan tanggung jawab finansial yang berat.

Tanpa pendapatan tetap dari suaminya, Nina harus menghadapi tumpukan tagihan, kredit rumah, dan biaya pendidikan anak-anaknya.

Di awal, Nina merasa kewalahan. Dia harus mengurus dua anak sambil bekerja paruh waktu. Pengeluaran bulanan sering kali melebihi pendapatan, membuatnya harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Namun, Nina tidak menyerah. Dia menyadari bahwa untuk mencapai stabilitas finansial dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, dia harus mengambil langkah-langkah konkret.

Sekelumit kisah Nana tersebut, banyak terjadi di sekitar kita. Perjuangan mereka sungguh luar biasa karena beban dua orang atau lebih, harus ditanggung seorang diri.

Mengelola keuangan sebagai single parent adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan kebutuhan untuk membuat keputusan bijak.

Dari menetapkan anggaran hingga mempertimbangkan aspek emosional dari kehidupan keluarga, setiap aspek perlu dikelola dengan hati-hati.

 

Tips Mengatur Keuangan Single parents

Hal pertama dan terpenting dalam pengelolaan keuangan single parent adalah pengelolaan cashflow. Pengelolaan ini menjadi kunci dalam kehidupan seorang single parent.

Pembentukan kantong anggaran yang realistis membantu dalam mengontrol aliran kas dan memastikan bahwa semua kebutuhan dasar terpenuhi tanpa mengorbankan stabilitas finansial.

Ini berarti, pendapatan harus dikelola dengan hati-hati, memisahkan kebutuhan dari keinginan, dan menghindari utang sebisa mungkin.

[Baca Juga: Kebebasan Finansial Single Parent Bisa Dicapai dengan Cara Ini Lho!]

 

#1 Gunakan Skema Air Terjun

Dari berbagai strategi pengelolaan anggaran keluarga, skema air terjun (waterfall scheme) adalah skema paling fleksibel dan nyaman untuk single parent.

Air memiliki sifat mengalir dan mengisi penuh wadah yang paling atas, selanjutnya wadah yang berada di bawahnya dan seterusnya hingga wadah terakhir, anggaplah gaji itu seperti air tersebut.

Wadah paling atas tentu saja kebutuhan primer seperti alokasi kebutuhan makan, kebutuhan esensial anak (susu, popok, vaksin), biaya utilitas (listrik, air, internet).

Ketika “air” masih banyak, maka akan mengalir ke wadah di bawahnya, wadah cicilan dan utang. Buat daftar cicilan bulanan dan selanjutnya alokasikan gaji untuk membayar semua cicilan.

skema air terjun

Ilustrasi skema air terjun dalam mengelola keuangan single parent. Sumber: Finansialku

 

“Air” sudah semakin sedikit yang mengalir ke bawah, tapi apabila ada sisa, maka akan jatuh ke wadah sedekah.

Alokasikan uang untuk membantu sesama karena semua kebaikan itu akan berbalik ke kita, apapun agama dan kepercayaan kita. Nah, wadah selanjutnya adalah investasi.

Jika memungkinkan besaran investasi ini minimal adalah 20% dari pendapatan bulanan kita. Apabila selanjutnya ada sisa “air” maka “minum” dan nikmati sampai habis.

Mengapa sampai habis? Karena semua hal sudah disiapkan dengan baik mulai dari kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. Jadi nikmatilah!

Namun, kondisi setiap orang pasti berbeda-beda. Untuk itu, ada baiknya jika Anda berkonsultasi dengan perencana keuangan untuk membantu Anda dalam perencanaan keuangan.

Jika Anda tertarik, Anda bisa manfaatkan FREE konsultasi selama 20 menit (setara harga Rp250.000). bersama Perencana Keuangan Finansialku. Klik banner dan book tanggalnya sekarang karena promo terbatas!

Free FCU

 

#2 Siapkan Dana Darurat

Selain mengelola cashflow, salah satu tips terpenting dalam mengatur keuangan adalah mempersiapkan dana darurat.

Kehidupan sering kali tidak terduga, dan sebagai single parent, memiliki dana darurat berarti ada jaring pengaman saat terjadi keadaan darurat, seperti kehilangan pekerjaan atau terjadi kerusakan pada aset.

Dana darurat yang disarankan adalah 6-12x dari pengeluaran rutin bulanan. Pengeluaran rutin terdiri dari pengeluaran kebutuhan primer, cicilan, dan sedekah.

Apabila pengeluaran rutin anda mencapai 5 juta sebulan, maka anda perlu mempersiapkan antara 30 hingga 60 juta rupiah untuk dana darurat.

 

#3 Punya Asuransi

Asuransi, baik jiwa maupun kesehatan, memainkan peran krusial dalam perencanaan keuangan, terutama untuk single parents.

Asuransi tidak hanya memberikan lapisan perlindungan dari beban finansial yang tak terduga, tetapi juga menawarkan ketenangan pikiran yang tidak ternilai.

Misalnya, bayangkan situasi di mana seorang single parent, seperti Nina, menghadapi masalah kesehatan serius yang membutuhkan perawatan medis mahal.

Tanpa asuransi kesehatan, biaya pengobatan bisa menguras tabungan yang telah susah payah dia kumpulkan, termasuk dana pendidikan anak-anaknya.

Asuransi kesehatan di sini berperan sebagai jaring pengaman, memastikan bahwa kebutuhan medis dapat terpenuhi tanpa mengorbankan keuangan keluarga.

Demikian pula, asuransi jiwa menjadi sangat penting. Dalam kasus Nina, asuransi jiwa bisa menjadi sumber pendapatan penting apabila di kemudian hari Nina menyusul sang suami.

Pendapatan ini dapat membantu keluarga untuk tetap berjalan, membiayai kebutuhan sehari-hari, dan melanjutkan rencana pendidikan anak-anak.

Ini memberikan jaminan bahwa, walaupun dalam keadaan yang tidak diharapkan, keluarga akan memiliki dukungan finansial untuk meneruskan hidup.

[Baca Juga: Jangan Sepelekan! 10 Kesalahan Mengelola Keuangan Single Parents yang Sering Dilakukan]

 

#4 Mulai Investasi

Selain manajemen cashflow, dana darurat, dan asuransi, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah terkait Investasi. Ini bisa berarti mulai menabung untuk pendidikan anak atau investasi jangka panjang lainnya.

Meskipun mungkin sulit untuk menyisihkan uang untuk investasi, ini adalah langkah penting untuk memastikan keamanan finansial di masa depan.

Pendidikan finansial untuk anak juga tidak boleh diabaikan. Mengajarkan anak tentang nilai uang dan kebiasaan mengelola uang sejak dini adalah investasi untuk masa depan mereka.

Yuk, simak video ini dan mulai ajarkan keuangan pada anak.

 

 

Tantangan Keuangan Bagi Seorang Single parents

Namun, mengatur keuangan sebagai single parent tidak hanya sekadar angka dan pengeluaran. Ada tantangan emosional dan psikologis yang juga harus dihadapi. Beban mengelola keuangan sendirian sering kali terasa berat.

Pengeluaran tak terduga, kesulitan menabung untuk masa depan, dan menemukan keseimbangan antara bekerja dan menghabiskan waktu berkualitas dengan anak adalah beberapa tantangan yang sering dihadapi.

 

Apakah Menikah Lagi Adalah Solusi?

Di tengah semua tantangan ini, pertanyaan tentang menikah lagi sering muncul sebagai potensi solusi finansial. Namun, keputusan untuk menikah kembali seharusnya tidak hanya didasarkan pada pertimbangan finansial.

Hubungan yang sehat dan mendukung dapat memang memberikan bantuan dalam pengelolaan keuangan, namun faktor-faktor lain seperti kompatibilitas, kestabilan emosional, dan kesejahteraan anak harus menjadi pertimbangan utama.

Jim T Miller dalam Huffingtonpost.com mengatakan bahwa menikah lagi sebenarnya dapat membawa banyak masalah finansial dan hukum yang jauh berbeda dan lebih rumit dibandingkan dengan pasangan muda yang baru akan menikah.

Ada beberapa masalah umum yang perlu Anda pikirkan.

 

#1 Warisan

Menikah kembali bisa memberi pengaruh besar pada warisan yang secara hukum milik Anda.

Bahkan jika Anda akan meninggalkan segalanya untuk anak-anak Anda, di sebagian besar negara, pasangan secara otomatis memiliki hak untuk mendapatkan.

Jika Anda tidak ingin meninggalkan sepertiga atau lebih aset Anda ke pasangan baru Anda, dapatkan perjanjian pranikah di mana Anda berdua setuju untuk tidak mengambil apapun dari warisan pasangan Anda.

single parent

Ilustrasi Single Parent. Sumber: Freepik

 

#2 Rumah

Jika Anda berencana tinggal di rumah pasangan atau sebaliknya, Anda juga perlu memikirkan apa yang akan terjadi pada rumah saat pemiliknya meninggal.

Jika, misalnya Anda berdua memutuskan untuk tinggal di rumah Anda, tapi Anda ingin anak-anak Anda mewarisi tempat itu setelah Anda meninggal, menempatkan rumah di kedua nama bukanlah pilihan.

Tapi, Anda mungkin juga tidak ingin ahli waris Anda mengusirnya begitu Anda meninggal. Salah satu solusinya adalah agar Anda memberi pasangan Anda hak untuk tinggal di properti Anda selama hidupnya.

Kemudian setelah ia meninggal, rumah tersebut akan diberikan kepada ahli waris Anda.

[Baca Juga: 5 Tips Menjadi Single Parent Bahagia yang Berdikari]

 

#3 Jaminan Sosial, Tunjangan dari Mantan dan Manfaat Pensiun

Menikah lagi juga dapat mempengaruhi manfaat banyak orangtua yang bercerai atau janda yang menerima jaminan sosial dari mantan pasangan mereka.

Janda dan duda pegawai negeri, seperti polisi dan pemadam kebakaran, sering menerima pensiun yang bisa hilang akibat mereka menikah lagi.

Selain itu, janda dan duda personil militer yang gugur saat bertugas dapat kehilangan manfaat uang pensiun apabila menikah kembali.

 

Atur Keuangan Keluarga dengan Baik Walau Sendirian

Dalam perjalanan menjadi single parent, mengatur keuangan adalah salah satu aspek terpenting.

Dengan perencanaan, pendidikan, dan ketekunan, single parent dapat mengatasi tantangan finansial dan memastikan masa depan yang cerah bagi mereka dan anak-anak mereka.

Nah, bagaimana kelanjutan Nina tadi?

Dengan sigap Nina melakukan langkah cepat untuk mengatasi krisis keuangan yang dihadapi. Langkah pertama yang dia ambil adalah membuat anggaran yang ketat.

Dia mulai mencatat setiap pengeluaran, memotong biaya tidak perlu, dan memprioritaskan pembayaran utang. Dia juga mencari pekerjaan tambahan untuk meningkatkan pendapatannya.

Pengorbanan ini tidak mudah, terutama saat harus membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, namun Nina tetap teguh.

Selanjutnya, Nina memulai dana darurat. Dia menyisihkan sejumlah kecil uang setiap bulan, tidak peduli seberapa kecil.

Ini memberikan dia ketenangan pikiran, mengetahui bahwa dia memiliki cadangan untuk keadaan darurat.

Nina juga memperhatikan masa depan dengan mulai berinvestasi dalam reksa dana yang risikonya rendah, dengan tujuan jangka panjang untuk pendidikan anak-anaknya.

Meski awalnya ragu, dia belajar tentang investasi dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang dia kumpulkan.

Salah satu keputusan terpenting yang dia buat adalah mengambil asuransi jiwa dan kesehatan. Ini memberi dia kepastian bahwa anak-anaknya akan terlindungi secara finansial jika sesuatu terjadi padanya.

Seiring waktu, Nina mulai melihat perubahan. Utangnya berkurang, dana daruratnya tumbuh, dan investasinya mulai berkembang.

Dia tidak hanya berhasil mencapai stabilitas finansial, tetapi juga menjadi contoh ketangguhan dan dedikasi untuk anak-anaknya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

 

Disclaimer:  Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi. 

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya.

Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Nah, Sobat Finansilaku, apakah cerita Nina tadi menginspirasi Anda? Cerita Nina di atas bisa menjadi motivasi bagi para single parent untuk tetap semangat dalam mengatur keuangan untuk masa depan keluarga.

Apakah Anda juga memiliki cerita sebagai seorang single parent? Silakan ceritakan pengalaman Anda dalam kolom di bawah supaya bisa menginspirasi yang lainnya.

 

Editor: Ratna Sri H.

Sumber Gambar:

  • Cover: Pexels/Ketut Subiyanto