Nestle mengakui kalau komposisi dari produk yang mereka jual di pasaran tidak sehat.

Mari cari tahu selengkapnya lewat berita Finansialku berikut ini.

 

Waduh, Nestle Indonesia Akui Komposisi Produknya Tidak Memenuhi Standar Kesehatan Eksternal!

31 Mei lalu, Nestle yang merupakan salah satu perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia dilaporkan melalui Financial Times kalau produk-produknya terkonfirmasi tidak sehat, jika dikonsumsi terlalu banyak atau setiap hari.

Lebih dari 60 persen dari semua produk yang dibuat Nestle dikatakan tidak sehat, berdasarkan penilaian Otoritas Kesehatan Australia, Australia Health Rating System dengan nilai keseluruhan 3,5 bintang saja.

Adapun, nilai 3,5 bintang ini merupakan ambang batas untuk mengakui kesehatan sebuah produk.

Dilansir laman cnbcindonesia.com, Dalam dokumen yang tersebar itu, 96 persen dari minuman Nestle (tidak termasuk kopi murni) dan 99 persen produk permen serta es krimnya tidak baik untuk kesehatan.

Hanya ada 82 produk minuman dan 60 persen produk susu yang memenuhi ambang batas kesehatan (nilai 3,5 bintang).

Tapi, data tersebut tidak termasuk susu formula bayi, makanan bayi, kopi dan divisi ilmu kesehatan, yang membuat makanan untuk orang-orang dengan kondisi medis tertentu.

Nestle Akui Komposisi Produknya Tidak Sehat. Gimana, Nih_ 02

Sumber: https://bit.ly/3pCdy6s

 

Tidak terima dengan penilaian tersebut, direktur Nestle, Mark Schneider mengatakan kalau pihak Nestle juga sudah mulai mengurangi kadar gula dan natrium sebagai komposisi produk perusahaan ini.

“Misalnya, kami sudah mengurangi kadar gula dan natrium secara signifikan dalam 2 dekade terakhir.” Katanya, dikutip laman pikiran-rakyat.com, Minggu (06/06).

PT Nestle Indonesia juga turut buka suara terkait laporan tersebut. Debora R Tjandrakusuma, Direktur Corporate Affairs Nestle mengatakan hanya 30 persen produk saja yang tidak memenuhi standar kesehatan.

“Dari keseluruh portofolio produk-produk kami berdasarkan total penjualan global, kurang dari 30 persen tidak memenuhi standar “kesehatan” eksternal yang ketat yang didominasi produk-produk indulgent (memanjakan) seperti cokelat dan es krim, yang bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sebagai bagian dari pola makan sehat, seimbang, dan menyenangkan.” Katanya, dikutip laman Money.kompas.com, Selasa (08/06).

 

Debora juga memastikan kalau portofolio merek dan kategori produk-produk Nestle berkontribusi secara positif untuk kesehatan dan keafiatan komunitas yang dilayani Nestle di seluruh dunia.

Upaya menjamin kualitas dan keamanan produk-produk yang dipasarkan tersebut dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan seperti serelia utuh, protein, serat, dan mikronutrien (zat gizi mikro).

Penambahan produk-produk tersebut juga dibarengi dengan mengurangi penggunaan gula, garam, lemak jenuh, dan kalori pada produk-produk yang ada.

“Di Indonesia, kami memproduksi dan mendistribusikan produk-produk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, termasuk persyaratan gizi, kualitas dan keamanan dari BPOM, serta peraturan Halal.” Lanjutnya.

[Baca Juga: Waspada, 10+ Gejala Diabetes pada Wanita yang Mudah Dikenali]

Dikatakan, sejak 2017 lalu, Nestle juga terus berupaya mengurangi kandungan gula pada produk-produknya sebesar 28 persen.

“Upaya-upaya kami ini dibangun di atas fondasi kerja yang kuat selama beberapa dekade untuk meningkatkan kualitas gizi produk-produk kami. Contohnya, kami telah mengurangi gula dan garam para produk-produk kami secara signifikan dalam dua dekade terakhir.” Ujarnya, dikutip laman yang sama.

 

YKLI Desak BPOM

Mendengarkan kabar ini, YKLI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) YKLI mendesak pihak BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk melakukan investasi dan klarifikasi kebenarannya.

Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Harian YKLI menyebut kalau BPOM punya peran dan turut bertanggung jawab terhadap temuan fakta dalam dokumen yang tersebar itu.

“Kalau betul dokumen menyatakan tidak sehat, tentu harus diinvestigasi. Kalau secara rasional BPOM harus melakukan investigasi lebih detail untuk meyakinkan perlindungan kepada konsumen karena menyangkut keamanan pangan.” Katanya, dikutip laman Cnnindonesia.com, Senin (07/06).

[Baca Juga: Fenomena Fajar Bagi Penderita Diabetes: Bahaya dan Cara Mengatasinya]

Tulus juga turut meminta BPOM untuk buka suara soal terminologi dan standar kesehatan yang diterapkan karena konsumen berhak mendapatkan informasi terkait standar kesehatan yang berlaku.

Bukan cuma itu, Tulus juga mengharapkan WHO untuk ikut serta turun tangan menangani kasus ini, mengingat Nestle adalah korporasi multi nasional.

“Kalau tidak aman, tentu sifatnya bisa tanggung renteng (tanggung jawab bersama). Nestle juga dan BPOM selama ini sebagai pemberi sertifikasi bagaimana.” Ujarnya.

 

Sementara itu, dalam kesempatan berbeda, Kemendag (Kementerian Perdagangan) mengatakan kalau pihaknya sudah memastikan produk makanan dan minuman dari Nestle yang beredar di pasar Indonesia aman.

“Sejauh ini Kemendag memastikan produk Nestle di Indonesia aman dan memenuhi standar BPOM. Semua produk Nestle yang telah memenuhi uji dan standar di Indonesia sehingga laik diedarkan sesuai hasil dari BPOM.” Ungkap Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag dalam keterangannya, dikutip laman yang sama, Senin (07/06).

Oke juga menambahkan kalau laporan Financial Times juga merupakan kewenangan pihak Nestle dan otoritas Australia untuk memastikan validitas.

“Dokumen itu sepenuhnya wewenang pihak Australia dan Nestle untuk menguji validitasnya. Khusus di Indonesia, selama sudah dicantumkan informasi sesuai ketentuan berlaku termasuk izin edar BPOM, maka produk yang beredar dan diperdagangkan dipastikan memenuhi standar yang diberlakukan.” Lanjutnya.

 

Setiap standar produk di sebuah negara, dikatakan Oke disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

Di Indonesia sendiri, setiap produk Nestle yang beredar dipastikan Oke sudah melewati rangkaian uji kelayakan BPOM.

“Sepengetahuan saya, pihak BPOM sudah menerapkan standar yang berlaku internasional. Sampai saat ini belum ditemukan produk-produk beredar di Indonesia yang tidak memenuhi standar uji yang diterapkan BPOM, mungkin hal ini perlu dikonfirmasi ke BPOM.” Pungkasnya.

 

Bagaimana pendapat Sobat Finansialku mengenai laporan terkait produk Nestle ini? Mari kita diskusikan di kolom komentar!

Sobat Finansialku juga bisa mendiskusikan hal ini bersama teman-teman atau keluarga dengan menyebarkan berita dari Finansialku melalui pilihan platform media sosial yang tersedia di bawah ini. Sampai jumpa di artikel lainnya!

 

banner -cara memilih dan alasan penting asuransi kesehatan

 

Editor: Eunice Caroline Trijadi

 

Sumber Referensi:

  • Kiki Safitri. 08 Juni 2021. Ini Penjelasan Nestle Indonesia soal Laporan 60 Persen Produk Tidak Sehat. Money.kompas.com – https://bit.ly/2T6KQyn
  • Rio Rizky Pangestu. 06 Juni 2021. Lebih Dari 60 Persen Produk Nestle Terkonfirmasi Tidak Sehat di Australia. Pikiran-rakyat.com – https://bit.ly/3x9QmyV
  • Lynda Hasibuan. 07 Juni 2021. Heboh Laporan Produk Nestle Tak Sehat, Ini Bocoran Daftarnya. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/3cnanKs
  • Nafilah Sri Sagita K. 07 Juni 2021. Nestle Indonesia Buka Suara soal ‘Bocoran’ 60 Persen Produk Tak Sehat. Health.detik.com – https://bit.ly/2T9v1Hb
  • Redaksi. 07 Juni 2021. Dokumen Bocor, 60 Persen Produk Nestle Dinilai Tak Sehat, YLKI Desak BPOM Lakukan Investigasi. Wartakota.tribunnews.com – https://bit.ly/3gfVjPF
  • Redaksi. 07 Juni 2021. 60 Persen Produk Nestle Tak Sehat, YLKI Desak Investigasi. Cnnindonesia.com – https://bit.ly/3zbvuJ9

 

Sumber Gambar:

  • https://bit.ly/3zfR7bi