Dalam artikel ini, saya akan membahas sebuah topik ringan yaitu uniknya setiap investor di pasar saham.

Ya, tak ada seorang investor pun yang memiliki style dan profil risiko yang sama persis.

Mari langsung kita bahas alasan dan penyebabnya!

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Logo Rivan Kurniawan

 

Setiap Investor Memiliki Perspektifnya Masing-masing

Semalam saya tiba-tiba terpikir menulis artikel ini (sekarang pukul 6 pagi ketika artikel ini ditulis).

Sebagai seorang investor yang sudah berkecimpung selama 10 tahun di dunia investing, saya menyadari bahwa tidak ada investor yang sama persis, mulai dari pola pikir, profil risiko, bahkan strategi investasinya. Setiap investor memiliki gayanya sendiri-sendiri.

Meskipun berada di komunitas atau grup yang sama, bukan berarti investor-investor tersebut merupakan hasil copy paste antara satu dan yang lainnya.

Setiap Investor Itu Unik dan Berbeda 03 Finansialku

[Baca Juga: The Beauty of Investing: Pahami Seluk Beluknya dan Nikmati Keuntungannya]

 

Berikut ini beberapa contoh kasus nyata yang mungkin dapat menjadi gambaran bagi Anda:

 

Kasus 1

Seorang teman, dia selalu membeli saham Astra Group saja (ASII, AALI, UNTR, BNLI, dll) karena menurutnya manajemen Astra Group nggak pernah macem-macem.

So, setiap kali dia menerima gaji, ia menyisihkan uangnya untuk beli saham Astra. Anyway, dia juga gak peduli apakah posisi IHSG sedang tinggi atau lagi jatuh.

 

Kasus 2

Ada lagi seorang teman, somehow dia sangat yakin dengan saham WSBP (PT Waskita Beton Precast Tbk) dan 70% portofolio nya disimpan di WSBP.

Menurutnya nggak akan mungkin bisa bangun gedung tanpa beton, jadi pasti saham WSBP ini akan naik suatu saat nanti, meskipun saat artikel ini ditulis WSBP masih dalam trend downtrend.

 

Kasus 3

Seorang kenalan saya yang lain berbeda lagi, sudah beli saham INKP (Indah Kiat Pulp and Paper Tbk) dari 10 tahun lalu (2008) ketika harganya masih di 800, tapi nggak dijual ketika sahamnya mencapai 2300 an di 2010, sampai kemudian sempat turun lagi ke 800 an di 2015, dan sekarang di 2017 naik lagi di 2530.

 

Dan masih banyak lagi contoh lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Dari ketiga kasus di atas, bisa saya simpulkan bahwa mereka memiliki style dan tingkat penerimaan risiko yang berbeda satu dengan lainnya.

Perbedaan itu bisa datang dari segi pola pikir, metode berinvestasi, pemilihan saham, sampai bagaimana mereka menyusun portofolio.

But, I think itulah uniknya dunia pasar modal, di mana segala hal mungkin terjadi.

 

Bagaimana dengan Saya Pribadi?

Saya sendiri lebih mengedepankan analisis fundamental, khususnya value investing.

Di masa awal saya berinvestasi, saya terus mencari jati diri dengan mempelajari berbagai jenis Technical Analysis, yang sempat membuat saya profit besar, namun juga akhirnya harus kehilangan besar.  Nilai loss-nya kurang lebih senilai mobil Innova baru lah.

Mungkin jumlah itu gak seberapa buat sebagian dari Anda, namun nilainya cukup besar buat saya yang waktu itu terhitung baru lulus kuliah dan mulai bekerja.

Butnobody knows including my parents or my girlfriend waktu itu. Saya mengalami trauma yang cukup membekas dan sempat berjanji untuk tidak menyentuh pasar saham lagi. 

Belajar dari Kegagalan, Ini 8 Tips Memaknai Kesalahan 01 - Finansialku

[Baca Juga: 4 Tips Agar Tetap Tenang Menghadapi Pasar Saham yang Bearish, Penasaran?]

 

Namun, sebagian dari diri saya tahu bahwa pasar saham merupakan instrumen yang sangat luar biasa untuk menciptakan wealthy.

Kemudian, saya pun merefleksikan diri: There must be something wrong with my investment method.

Akhirnya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengubah mindset saya tentang pasar saham.

Jika di awal saya berpikir pasar saham ini adalah alat buat jadi cepat kaya, sekarang saya melihatnya berbeda.

Kemudian, saya mempelajari buku-buku tentang analisis fundamental dan value investing, termasuk mempelajari pola pikir Warren Buffett, Benjamin Graham, Philip Fisher, Peter Lynch.

Saya juga mempelajari pola pikir tokoh fundamental di Indonesia seperti Lo Kheng Hong, Teguh Hidayat, John Veter, dll.

Akhirnya, seperti Anda mungkin ketahui, inilah saya sekarang. Menjadi seorang investor yang lebih menjadikan analisis fundamental sebagai fondasi yang kuat. Dan di sinilah saya menemukan jati diri investasi saya yang sesungguhnya.

Lantas apakah dengan mempelajari semua figur sukses di atas, lantas saya mengikuti 100% pola pikir dan style mereka?

Tidak. Saya mencoba merefleksikan kembali dengan diri saya pribadi, karena kembali lagi, every single investor is unique. Saya tidak mungkin bisa menjadi Warren Buffet kedua, atau Lo Kheng Hong kedua, namun saya bisa menjadi diri saya sendiri dengan segala pengetahuan yang saya miliki.

Apa yang cocok buat saya, kemudian saya pakai; dan apa yang kurang cocok buat saya, saya modifikasi dan saya kembangkan sendiri. Inilah yang disebut dengan konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Contoh hal kecil, saya mengembangkan sebuah dashboard sendiri yang berisikan ringkasan laporan keuangan 500+ emiten di BEI yang saya sebut dengan cheat sheet.

Konsep yang saya kembangkan tersebut saya terapkan secara KONSISTEN dari waktu ke waktu.

Secara garis besar, saya hanya mau berinvestasi di saham yang memiliki fundamental yang kuat, harganya di bawah harga wajarnya, dan manajemennya aman, nggak pernah terlibat kasus hukum.

Dan terakhir, semua itu dibungkus juga dengan money management yang tepat. 

 

3 Tips yang Harus Anda Lakukan untuk Sukses di Pasar Saham

Setelah menyimak penjelasan di atas, lalu apa yang bisa Anda lakukan untuk menjadi investor yang bisa menaklukan pasar saham? Ini dia tiga tips dari saya:

 

#1 Temukan Jati Diri Anda dalam Berinvestasi

Entah Anda adalah tipikal investor jangka panjang atau tipikal trader, memang butuh waktu untuk mengenali diri sendiri.

Anda yang paling mengenal diri Anda sendiri. In my case, setidaknya saya butuh 2 hingga 3 tahun untuk akhirnya menemukan jati diri saya dalam berinvestasi.

 

#2 Jangan Berusaha Menjadi Orang Lain

Seringkali saya menjumpai investor (umumnya masih investor tahap awal, yang hanya mencontek stock pick dari group saham atau orang yang dikenalnya), yang akhirnya ngedumel karena stock pick yang diberikan kurang manjur. 

Setiap Investor Itu Unik dan Berbeda 01 Finansialku

[Baca Juga: Mitos di Pasar Modal, Perlukah Kita Percayai?]

 

Let me tell you something, sebelum Anda mencontek stock pick-nya, kenali terlebih dahulu profil orang yang memberi stock pick tersebut. 

Berapa lama time frame-nya? Bagaimana profil penerimaan risikonya? Apa logic di balik rekomendasi saham tersebut?

Karena bisa jadi time frame dan penerimaan risikonya berbeda dengan Anda.

Namun, satu tips dari saya: sebaiknya jangan hanya contek stock pick-nya, tapi contek pola pikirnya, sehingga Anda bisa menjadi investor atau trader yang mandiri.

 

#3 Be Consistent

Jika Anda akhirnya sudah menemukan jati diri Anda dalam berinvestasi, konsisten lah menjalankannya.

Seorang kenalan saya yang juga merupakan pemain besar pernah berkata:

“Investasi saham itu seperti main golf. Kita gak perlu lihat kanan kiri (wah si A profit nya udah sekian %, saya baru sekian %), yang akhirnya bisa membuat kita malah terjerumus.”

 

Fokus saja dengan target investasi kita, dan konsisten dengan metode investasi yang Anda yakini.

Selain itu, Anda juga harus terus menambah pengetahuan Anda tentang dunia saham. Meskipun sudah sering berlalu lalang di bursa, tidak ada salahnya Anda mempelajari dasar investasi saham lewat ebook Finansialku berikut ini.

Download ebook-nya sekarang, gratis!

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Bagaimana dengan Anda?

So, bagaimana dengan Anda?

Bagaimana metode investasi yang Anda gunakan sampai dengan saat ini?

Silakan bagikan pendapat Anda di kolom bawah ini. Yuk, saling berbagi dengan yang lainnya, tentunya Anda dapat memperkaya pola pikir dengan melihat perspektif orang lain.

 

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan tuangkan dalam kolom komentar di bawah ini. Terima kasih!

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • Investor – https://goo.gl/7h8NdT
  • Investor 2 – https://goo.gl/wJNf1s
  • Investor 3 – https://goo.gl/zSbNuz