Menakar prospek saham sektor konstruksi.

Pemerintah tengah melakukan audit ke beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang belakangan ini diberitakan mengalami kecelakaan kerja, khususnya di wilayah ibukota.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Selektif Dalam Memilih Saham Konstruksi

Kecelakaan kerja yang berulang kali terjadi dalam proyek konstruksi pengembangan infrastruktur menyebabkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sempat memerintahkan penghentian sementara pekerjaan 38 proyek konstruksi layang (elevated).

Kendati demikian, penghentian atau moratorium proyek pembangunan ini tak berlangsung lama. Sejak 1 Maret kemarin, para kontraktor sudah bisa kembali melanjutkan proyeknya.

Menakar Prospek Saham Sektor Konstruksi 02 jalan Tol - Finansialku

[Baca Juga: Pahami Perbedaan Prinsip Trading Saham vs Investasi Saham Sebelum Membeli Saham]

 

Terdapat 28 proyek mendapat rekomendasi lanjut tanpa catatan, sedangkan 10 proyek lainnya bisa dilanjutkan, namun dengan catatan yang diberikan oleh Komite Keselamatan Konstruksi.

Beberapa kejadian kecelakaan kerja proyek ini berdampak pada saham-saham sektor konstruksi. Insiden tersebut memicu ketidakpastian bagi sejumlah emiten konstruksi.

Emiten-emiten tersebut adalah perusahaan yang turut menjalani audit konstruksi layang, seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Harga saham ketiga emiten tersebut juga sempat terkoreksi.

Masih ada tekanan yang membayangi sektor konstruksi meski proses audit telah rampung. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi mandat untuk merombak direksi perusahaan konstruksi pelat merah.

Disisi lain, Henan Putihrai selaku Sekuritas Calvin Athrasal beranggapan dengan adanya pergantian kepemimpinan atau direksi di kubu perusahaan konstruksi pemerintah ini, bertujuan yang baik. Namun, menurutnya untuk jangka pendek masih ada gejolak.

Seperti dilansir oleh Kontan.co.id, Senin (5/3/18) analis Henan Putihrai mengungkapkan:

“Walaupun pergantian direksi bertujuan positif, tetapi untuk jangka pendek masih ada gejolak.”

 

Pasalnya, pejabat baru yang terpilih, bakal butuh waktu beradaptasi. Manajemen juga perlu melakukan berbagai pembenahan untuk proyek-proyek yang mendapat catatan khusus dari komite keselamatan konstruksi.

 

 

A post shared by Finansialku (@finansialku_com) on

 

Prospek Saham Sektor Konstruksi Untuk Jangka Panjang

Sejalan dengan visi pemerintah yang tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, kedepan saham konstruksi dinilai masih menjanjikan. Dapat dilihat dari pertumbuhan indeks saham konstruksi yang telah tumbuh 8% sejak awal tahun.

Walau begitu, Calvin tetap mengingatkan, jika kasus kecelakaan kerja terulang lagi, hal ini bisa menyebabkan proyek kembali tertunda dan pembayaran proyek bisa kembali mundur. Alhasil, arus kas emiten konstruksi bisa bermasalah.

“Jadi, perusahaan konstruksi harus pandai memutar uang.”

 

Sementara itu, analis CIMB Sekuritas, Aurelia Barus menilai, audit yang dilakukan pemerintah merupakan langkah positif untuk meningkatkan kualitas kerja kontraktor.

Menurut dia, kemajuan proses konstruksi dan target penyelesaian proyek masih sesuai dengan ketentuan.

Aurelia juga menilai, kinerja pendapatan emiten konstruksi masih bisa mencapai target. Pasalnya, sebagian besar telah lolos proses audit.

Menurut Aurelia, dalam waktu dua setengah tahun kedepan, proyek-proyek konstruksi yang digarap oleh Kontraktor BUMN masih dianggap aman karena nilai kontraknya saja hingga akhir 2017 berkisar antara Rp43 triliun hingga Rp138,1 triliun.

Aurelia pun masih mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham sektor konstruksi.

Emiten-BUMN-Konstruksi-Karya

[Baca Juga: Inilah 3 Skill Yang Perlu Dimiliki Untuk Menjadi Trader Saham Sukses!]

 

Keyakinan serupa juga diungkapkan VP Research & Analyst Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere.

Ia malah menyebut, moratorium proyek yang sempat terjadi, sama sekali tak berpengaruh ke kinerja emiten sektor konstruksi. Karena pada kenyataannya, proyek konstruksi masih tetap berjalan.

“Prospek sektor ini masih sangat bagus seiring banyak proyek yang dikerjakan dalam beberapa tahun ke depan.”

 

Nico hanya mengingatkan emiten konstruksi harus tetap berhati-hati terhadap risiko pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan akhir-akhir ini. Dikhawatirkan itu bisa mempengaruhi proses pendanaannya.

Apalagi kecenderungannya perusahaan konstruksi selalu mengalami arus kas yang negatif karena mereka harus mencari pinjaman dana untuk mengerjakan proyek.

“Ditambah lagi penguatan harga komoditas dalam jangka menengah dan jangka panjang ini bisa mempengaruhi margin.”

 

Di sisi lain, kontraktor swasta nampaknya masih tetap kalah pamor. Calvin menilai, hal ini lantaran pemerintah memang banyak mengalokasikan proyek infrastruktur ke kontraktor BUMN.

Dari sisi permodalan, kemampuan pendanaan emiten konstruksi BUMN juga lebih kuat ketimbang swasta. Kebanyakan kontraktor swasta pun akhirnya hanya masuk ke pekerjaan subkontrak.

Tapi, menurut Nico, baik emiten konstruksi pelat merah maupun emiten konstruksi swasta akan tetap mengail keuntungan lebih baik dari berbagai proyek infrastruktur di tahun ini.

Hanya saja, Nico mengingatkan, emiten konstruksi harus tetap berhati-hati risiko yang muncul akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan akhir-akhir ini.

Wisata-Surabaya-15.-Jalan-Tunjungan

[Baca Juga: Risiko Pasar Modal: 5 Alasan yang Membuat Investor Bisa Rugi di Investasi Saham]

 

Gejolak nilai tukar ini dikhawatirkan mempengaruhi proses pendanaan proyek. Apalagi arus kas perusahaan konstruksi biasanya cenderung negatif lantaran harus menambal pendanaan awal untuk mengerjakan proyek. Sehingga, banyak emiten konstruksi yang mengandalkan pendanaan dari utang.

Dari berbagai saham sektor konstruksi, Calvin merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp3.370 per saham. Ia juga menyukai saham PTPP dan memberikan target harga Rp4.470 per saham.

Menurut Calvin, kinerja kedua emiten ini cukup stabil. WSKT unggul karena menggarap berbagai proyek besar. Sedangkan PTPP memiliki struktur permodalan yang kuat.

Setali tiga uang, Aurelia juga masih merekomendasikan beli saham WSKT dengan memasang target harga Rp3.400 per saham.

Aurelia juga tetap merekomendasikan saham PTPP dengan target harga Rp3.500 per saham. Keduanya dianggap sebagai dua kontraktor terbesar di Indonesia.

Sementara itu, Nico merekomendasikan beli saham WSKT dengan target Rp3.600 per saham. Lalu di sektor swasta, Nico merekomendasikan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) dengan target harga Rp510.

Harga kedua saham tersebut dinilai masih relatif murah dan mampu menguat dalam jangka menengah.

 

Komentar dan pendapat apa yang ingin Anda berikan terhadap artikel  ini? Silakan tuliskan pada kolom di bawah ini, terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • RR Putri Werdiningsih. 05 Maret 2018. Saham Sektor Konstruksi Masih Prospektif Asal Selektif. Kontan.co.id – https://goo.gl/NjbtuY

 

Sumber Gambar:

  • Prospek Saham Sektor Konstruksi – https://goo.gl/JWfJZV
  • Sektor Konstruksi Jalan – https://goo.gl/3TcnbB

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg