Resesi Meningkat Menjadi Pemicu Pergerakan Emas

Pelaku pasar kembali dikhawatirkan oleh Resesi yang akan mendorong pergerakan emas.

Kali ini Finansialku akan membahas beritanya. Agar lebih jelas, yuk simak penjelasannya berikut ini. Selamat membaca!

Rubrik Finansialku

Daftar Isi

Resesi Global Memukul Pergerakan Emas

Resesi global rupanya terus naik ke permukaan, Turki sudah jatuh ke dalam resesi, lantaran perekonomiannya turun dua kuartal berturut-turut. Tak hanya Turki, Argentina juga telah mengalami krisis ekonomi.

Investor pun cenderung melakukan risk aversion. Indeks Fear & Greed, per pukul 22.13 WIB kemarin, bertengger di level 30.

Ini menunjukan investor berada di posisi fear. Maka tak heran, jika pelaku pasar menyerbu safe haven, salah satunya dengan emas.

Kemarin, harga emas kontrak pengiriman Desember 2019 di Commodity Exchange mencapai US$1.556.20 per ons troi. Ini merupakan harga emas tertinggi paling tidak sejak 2014 silam.

Sepanjang tahun ini harga aurum naik sebesar 18,57%. Harga emas Logam Mulia, anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Harga jual emas Antam naik mencapai Rp775.000 per gram.

Turki dan Argentina sama-sama belum terlihat dapat keluar dari krisis ekonomi dalam waktu dekat.

Krisis keuangan yang melanda Argentina juga membuat pemerintahannya menunda pembayaran utang sebesar US$100 miliar (setara dengan Rp1,4 kuadriliun).

Resesi pun mulai mengintip AS, hal ini terlihat dari data indeks manufaktur Negeri Paman Sam yang dirilis Institute for Supply Management (ISM).

Indeks manufaktur berada di level 49,1 pada Agustus lalu. Posisi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan konsensus analis yang sebesar 51,2. Selain itu level di bawah 50 menunjukan kontraksi.

Dengan kondisi global yang saat ini terjadi, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim melihat harga emas berpeluang menembus US$1.600 per ons troi.

Perang dagang antara AS dan China yang belum selesai menambah pesona emas. Ibrahim mengatakan:

“Karena itu, pelaku pasar saat ini ramai-ramai masuk ke aset safe haven seperti emas.”

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menyatakan, harga emas bisa terus meningkat jika dalam pertemuan FOMC bulan ini The Fed kembali memangkas suku bunga acuan.

Mengutip dari Bloomberg, analis BNP Paribas SA Harry Tchilinguirian melihat harga emas berpeluang bergerak ke atas US$1.600 per ons troi. Sebab, permintaan terhadap aset lindung nilai melonjak.

Selain itu, The Fed berpotensi kembali memangkas suku bunga di pertemuan bulan ini untuk memerangi perlambatan pertumbuhan ekonomi dari perang dagang dengan China.

Tchilinguirian mengatakan:

“Perang dagang tidak mungkin selesai dengan cepat, dan emas telah kembali ke perannya sebagai aset safe haven.”

Kendati demikian, analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono memperingatkan, harga emas bisa terkoreksi jika resesi benar-benar terjadi. Ia mengatakan:

“Resesi bukan alasan utama mengoleksi emas, justru ketika itu terjadi sebaiknya pelaku pasar mengoleksi dollar AS atau yen Jepang.”

Kenaikan harga emas juga membuat permintaan menjadi melambat. Impor emas India pada Agustus dikabarkan anjlok 84% jadi 14,8 ton dari 92,1 ton setahun sebelumnya. Ini merupakan impor emas terendah India dalam tiga tahun terakhir.

Jika hal ini terus terjadi, harga emas berpotensi terkoreksi. Namun Ibrahim dan Suluh masih memperkirakan harga emas global di akhir tahun bisa berada di kisaran US$1.600 per ons troi.

Tenang, jika Anda tertarik untuk berinvestasi emas dengan tepat, Anda bisa membaca ebook Panduan Berinvestasi Emas untuk Pemula dari Finansialku di bawah ini. Selamat membaca..