Investasi penyelamat dari inflasi. Tapi, jangan mulai dulu kalau kamu belum tahu istilah risk tolerance!

Istilah ini akan membantu kamu perangi inflasi secara efektif, lho! Segera cari tahu selengkapnya di artikel Finansialku satu ini!

 

Summary:

  • Risiko dalam investasi dapat berarti sebuah kesempatan yang bisa investor ambil untuk mendapatkan keuntungan investasi.
  • Terdapat tiga jenis investor yang terbagi berdasarkan risk tolerance, yaitu agresif, moderat, dan konservatif.
  • Jika toleransi risiko cenderung moderat, maka bisa mempertimbangkan untuk melakukan investasi di P2P Lending atau fintech lending.

 

Apa Itu Inflasi?

Belakangan ini, banyak pihak memberikan informasi soal bagaimana 2023 akan menjadi gelap dalam sektor ekonomi.

Ancaman resesi jadi topik paling hangat dalam lini kehidupan, membuat kita dilanda ketakutan akan sesuatu yang bahkan belum pasti terjadi.

Sampai-sampai kita lupa kalau ada sesuatu yang pasti terjadi di sektor ekonomi.

Ini adalah fenomena tahunan, yang akan menentukan bagaimana satu tahun tersebut kita lalui di negara Indonesia.

Adalah inflasi. Yang mana, menurut KBBI, adalah sebuah fenomena saat nilai uang suatu negara mengalami kemerosotan.

Lebih lengkap, inflasi juga bisa kita definisikan sebagai,

“Angka (dalam satuan persen) yang menunjukkan kenaikan harga-harga barang atau jasa secara umum.”

 

Menghadapi fenomena tahunan ini, Bank Indonesia, selaku bank sentral selalu berusaha menjaga angka tersebut dan menghindari deflasi agar ekonomi negara tetap berjalan lancar.

Inflasi sendiri muncul karena semakin banyaknya produksi uang kertas dan cepatnya penyebaran uang kertas tersebut.

Adapun, terdapat dua jenis inflasi menurut teori ekonomi, yaitu:

  • Inflasi akibat adanya dorongan biaya (cost-push inflation), dan
  • Inflasi akibat peningkatan permintaan (demand-pull inflation).

 

Apa Penyebab dari Adanya Inflasi?

Ada 10 faktor yang menjadi penyebab inflasi, melansir tulisan milik Kementerian Keuangan, yaitu:

 

#1 Tarikan Permintaan Konsumen

Negara mendapatkan permintaan yang cukup tinggi pada suatu barang maupun jasa. Semakin banyak permintaan, maka semakin naik pula harga dari barang atau pun jasa tersebut.

Hal ini produsen lakukan demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ini kemudian mempengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan, sekaligus pendapatan dari masyarakat yang tinggi pula.

 

#2 Inflasi Dorongan Biaya

Penyebab inflasi yang pertama adalah tingginya harga produksi suatu barang, bersamaan dengan tingginya harga sebuah barang yang menjadi bahan baku produksi.

Semakin bagus bahan dan kualitas yang produsen berikan, maka semakin tinggi pula harga dari barang tersebut.

Ini juga tentu berlaku pada penjualan jasa. Semakin pemberi jasa tersebut memiliki pengalaman yang banyak, maka semakin mahal pula harga yang dia patok untuk jasanya.

 

#3 Jumlah Uang Beredar (JUB)

Penyebab selanjutnya adalah banyak dan cepatnya jumlah uang yang beredar.

Ini juga dibarengi dengan adanya ketidakseimbangan antara permintaan konsumen dan penawaran yang pedagang buat.

Banyaknya uang yang beredar juga mempengaruhi perekonomian sebuah negara sekaligus nilai tukar mata uang negara terhadap dolar Amerika.

 

#4 Inflasi Campuran

Inflasi campuran terjadi ketika adanya kenaikan atau lonjakan penawaran dan permintaan, yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan.

Ketika permintaan sebuah barang mengalami lonjakan, maka stok atau ketersediaan barang tersebut akan menipis.

Ini kemudian merembet pada terjadinya subsidi dan pengganti barang yang tidak bisa terpenuhi.

Ini yang kemudian membuat harga barang-barang yang beredar mulai melambung tinggi.

 

#5 Inflasi Ekspektasi

Inflasi ekspektasi muncul dari masyarakat yang sering melakukan prediksi tidak pasti.

Ini pernah terjadi pada 1998 yang kemudian menyebabkan Indonesia mengalami Krisis moneter dan menimbulkan kekacauan di mana-mana.

Ekspektasi ini berbicara soal bagaimana masyarakat yang sering memiliki prediksi atau ekspektasi terkait kondisi perekonomian negara.

Banyaknya, masyarakat memiliki optimisme bahwa perekonomian negaranya akan menjadi lebih baik dan maju di masa yang akan datang.

Sementara pada kenyataannya, ini tidak melulu berjalan seperti ekspektasi masyarakat.

Ada lima hal lain yang menjadi penyebab dari kemunculan inflasi, salah satunya adalah kondisi ekonomi politik negara.

 

Apa Dampak Inflasi pada Kehidupan Sehari-hari?

Kemudian, dampak yang akan muncul adalah penurunan daya beli masyarakat, terlebih untuk masyarakat berstatus ekonomi menengah ke bawah.

Hal ini karena nilai uang akan mengalami penurunan. Sebagai contoh yang mudah, mari kita ilustrasikan pada harga satu kilogram beras.

Jika pada tahun ini, satu kilogram beras Rp10.000, kemudian inflasi Indonesia adalah 4%, maka di tahun depan, harga beras akan menjadi Rp10.400.

Pada level tinggi, inflasi dapat memberikan dampak pada penghasilan masyarakat yang nantinya akan mengalami penurunan.

Maka, dengan menurunnya standar perekonomian ini, dampak jangka panjangnya akan membuat masyarakat mengalami kemiskinan.

Selain pada masyarakat, inflasi juga akan memberikan dampak pada stabilitas ekonomi suatu negara.

Seperti efek domino, ini juga akan berdampak pada banyak sektor, yang membuat konsumen harus membeli produk dalam jumlah yang banyak.

Sementara itu, produsen juga harus menurunkan penawaran harga kepada konsumen agar tetap menjadi pilihan buat konsumen.

 

Strategi Terbaik Menghadapi Inflasi

Melvin Mumpuni, salah satu perencana keuangan sekaligus founder dan CEO dari Finansialku mengatakan bahwa inflasi bukanlah sesuatu yang buruk.

Ini justru berarti bahwa perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan.

“Yang jadi permasalahan ketika harganya naik, tapi daya beli masyarakatnya nggak ikut naik. Jadi, harganya udah ketinggian, tapi orang yang enggak bisa beli. Itu yang berbahaya.” Katanya.

 

Untuk menghadapinya, Melvin Mumpuni memberikan beberapa strategi menghadapi inflasi, yaitu:

 

#1 Menambah Penghasilan Aktif

Tidak bisa kita pungkiri, naiknya kebutuhan sehari-hari membuat kita cukup meringis ketika harus memenuhi kebutuhan bulanan.

Karena, kita harus mengakui bahwa ruang gerak kita menjadi sempit ketika mengandalkan gaji bulanan untuk memenuhi kebutuhan bulanan.

Mau tidak mau, kita harus menaikkan nilai pemasukan dengan menambah penghasilan aktif.

Penghasilan aktif bisa kita dapatkan melalui beberapa opsi, seperti menambah pekerjaan sampingan, hingga berjualan produk atau jasa.

 

#2 Menambah Pemasukan dan Investasi

Menambah pemasukan tidak hanya bisa kita lakukan hanya dengan memiliki penghasilan aktif melalui pekerjaan sampingan.

Kita bisa memanfaatkan pemasukan investasi untuk menambah penghasilan bulanan kita.

Namun, yang harus kamu ketahui, ini akan terasa menguntungkan ketika kamu sudah memiliki modal yang cukup besar.

Jika tidak memungkinkan, kamu bisa fokus pada capital gain, yang merupakan keuntungan yang kita peroleh dari penjualan aset modal.

Keuntungannya kita dapatkan dari selisih harga penjualan dan harga pembelian investasi.

 

#3 Investasi

Terakhir, strategi yang paling mudah dan baik untuk kita lakukan sebagai upaya menekan dampak inflasi yang pertama adalah investasi.

Melvin Mumpuni menyarankan kita untuk melakukan investasi untuk jangka panjang.

Sehingga, penghasilan investasinya tidak bisa kita manfaatkan dalam waktu dekat atau jangka pendek.

Justru, ini lebih cocok kita manfaatkan sebagai sarana menabung kekayaan sebagai bekal masa depan.

Salah satu instrumen investasi yang bisa kita pilih adalah P2P Lending atau fintech lending.

P2P Lending atau fintech lending, bukan hanya memberikan keuntungan buat investor, tapi juga membantu kita untuk memberikan pendanaan.

Seperti Investree, salah satu perusahaan yang menjembatani kita untuk bisa terhindar dari inflasi dengan memberikan pendanaan pada pihak lain, dengan imbal hasil hingga 20% per tahunnya.

Lebih lengkap, kita bisa pahami bahwa Investree merupakan sebuah perusahaan teknologi finansial di Indonesia yang membertemukan dua pihak.

Dua pihak tersebut adalah orang yang butuh bantuan pendanaan, dan orang yang bersedia meminjamkan dananya pada mereka.

Risk Tolerance_cara kerja p2p lending

Cara Kerja P2P Lending. Sumber: Investree

 

Pihak yang meminjam ini bukan hanya perseorangan, namun juga UMKM yang kerap sulit berkembang karena kurangnya pendanaan.

Dengan begitu, selain bisa melindungi aset uang kita dari inflasi, memberikan pendanaan melalui Investree juga memberikan kita kesempatan untuk turut mendorong perekonomian mikro di Indonesia.

Tidak perlu takut untuk memberikan pendanaan di sini, karena TKB total Investree sudah mencapai 96,82%.

Buat perusahaan P2P Lending, nilai TKB menjadi sesuatu yang penting, karena TKB merupakan ukuran tingkat keberhasilan penyelenggaran dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu 90 hari setelah jatuh tempo.

Terlebih, dengan potensi imbal hasil sebanyak 20%, P2P Lending mampu melindungi nilai uang kita dari ancaman inflasi.

Selain itu, Investree akan memberikan beberapa keuntungan buat kamu sebagai lender, yaitu:

  • Imbal hasil yang atraktif, hingga 20% per tahun.
  • Prosesnya 100% online, dengan modal pendanaan mulai dari Rp1 juta
  • Risiko pendanaannya terstruktur, dijamin berkualitas
  • Kamu bisa mengelola portofoliomu sendiri
  • Mendapatkan perlindungan asuransi rekdit.

 

Setelah mengetahui Tingkat Keberhasilan dalam perusahaan P2P Lending, hal selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah memilih grade yang sesuai dengan toleransi risiko investasimu.

 

Apa Itu Risk Tolerance?

Sebelum mengetahui cara memilih grade yang tepat, mari kita lebih dulu bahas risk tolerance.

Laman Investopedia mendefinisikan risk tolerance sebagai,

“A degree of risk that an investor is willing to endure given the volatility.”

 

Pengertian ini dapat kita artikan pula sebagai tingkat toleransi seorang investor dalam menerima dan mengambil risiko ketika melakukan investasi.

Risiko, dalam hal ini dapat berarti pula sebuah kesempatan yang bisa investor ambil untuk mendapatkan keuntungan investasi.

Maka, secara umum, dapat kita artikan bahwa risk tolerance bicara soal tingkat toleransi potensial kerugian dan kemampuan kita untuk menerima serta bertahan menghadapi kerugian itu sendiri.

Risk tolerance adalah salah satu hal paling penting dalam kegiatan investasi, karena berpengaruh pada bagaimana kita melakukan investasi nantinya.

Ketika kita sudah paham betul toleransi risiko kita pada investasi, maka kita akan mampu dengan mudah memutuskan grade apa yang harus kita pilih ketika melakukan investasi pada P2P Lending.

Karena, pemilihan grade ini secara otomatis juga berpengaruh pada besaran imbal hasilnya.

Investor yang memilih grade rendah, cenderung memiliki investasi yang aman dan tidak terlalu fluktuatif, tapi juga imbal hasil yang cenderung rendah.

Sebaliknya, investor yang memilih grade tinggi, juga akan mendapatkan imbal hasil yang tinggi, namun dengan fluktuasi pasar yang lebih berisiko dan dinamis.

Ada tiga jenis investor yang terbagi berdasarkan risk tolerance, di antaranya:

 

#1 Agresif

Jenis investor yang pertama adalah agresif, atau risk seeker, di mana investor jenis ini cenderung lebih berani mengambil risiko untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Investor jenis ini biasanya lebih banyak menyimpan uangnya pada produk-produk pasar modal dan perdagangan berjangka, seperti saham.

 

#2 Moderat

Jenis investor yang kedua ini cenderung lebih berhati-hati, dan memiliki harapan akan kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko.

Intinya, investor jenis ini cenderung memilih produk-produk investasi yang dapat mengembangkan uangnya.

Biasanya, investor jenis ini lebih suka menyimpan uangnya di produk-produk yang cenderung aman, seperti reksa dana, atau P2P Lending.

 

#3 Risk Averter

Investor jenis risk averter atau konservatif ini adalah jenis investor yang enggan mendekati risiko, alih-alih, sebisa mungkin menghindari risiko.

Tujuan utama mereka dalam melakukan investasi biasanya hanya untuk menjaga nilai uang dari gerusan inflasi.

Maka, produk yang mereka pilih biasanya adalah produk-produk perbankan yang terjamin keamanannya oleh pemerintah.

Beberapa di antara produknya adalah obligasi pemerintah, tabungan, dan deposito bank.

 

Memahami Risk Tolerance Sebagai Strategi Investasi

Ketiga jenis risk tolerance yang sudah Finansialku sebutkan di atas sebenarnya bisa membantu kita untuk meminimalisir tingkat risiko kerugian dalam melakukan investasi.

Sayangnya, masih sedikit dari kita yang memahami bagaimana menggunakan risk tolerance sebagai strategi investasi yang aman.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui risk tolerance kita, salah satunya adalah dengan menggunakan cara-cara yang mudah.

Adalah dengan melakukan pemeriksaan atau angket sederhana yang banyak lembaga keuangan sediakan secara gratis.

Jika ternyata toleransi risikomu cenderung moderat, maka kamu bisa mempertimbangkan untuk melakukan investasi di P2P Lending.

P2P Lending, sebagai instrumen investasi yang sudah banyak kita ketahui sebagai salah satu instrumen yang memberikan imbal hasil cukup tinggi, dan pergerakannya tidak fluktuatif.

Ketika melakukan investasi di P2P Lending, ada satu hal lagi yang mesti kita perhatikan, yaitu grade.

Sebagai informasi, pada instrumen investasi ini, risk tolerance seorang investor bergantung pada grade pinjaman yang akan investor danai.

Grade pinjaman adalah peringkat pinjaman, di mana nilai yang tertera dalam grade ini mengindikasikan potensi pengembalian dari setiap pinjaman.

Semakin tinggi grade sebuah pinjaman, maka semakin tinggi pula tingkat keamanan dan kepastian yang dapat borrower (peminjam) berikan kepada lender (pemberi pinjaman).

Penjelasan soal ini bisa kamu cari tahu secara lengkap melalui blog Investree di sini: Toleransi Risiko 101: Pinjaman dengan Grade Apa yang Harus Saya Pilih?

 

Kamu juga bisa mendapatkan penjelasan dari ahli dengan mendengarkannya melalui podcast dari Investree di https://investr.ee/Treepod18.

Kunjungi tautannya dan mulai investasi pertamamu yang aman dan memiliki strategi sekarang juga!

 

Pilih yang Tepat!

Setelah mengetahui soal risk tolerance dan hubungannya dengan grade pada investasi P2P Lending, kamu akhirnya bisa memilih investasi yang tepat dengan tujuan keuanganmu.

Terlebih, untuk kamu yang memang berniat untuk melakukan investasi di instrumen yang aman satu ini.

 

Itu dia penjelasan mengenai risk tolerance dan implementasinya pada instrumen investasi P2P Lending. Jika kamu ada pertanyaan terkait ini, jangan ragu untuk tuliskan pertanyaanmu lewat kolom komentar, ya!

 

Editor: Ratna Sri H.

Sumber Referensi:

  • Rahma Soediro. 29 September 2018. Toleransi Risiko 101: Pinjaman dengan Grade Apa yang Harus Saya Pilih?. Blog.investree.id – https://bit.ly/3tAXB2U
  • Alexandra Twin. 07 Juli 2022. What Is Risk Tolerance, and Why Does It Matter?. Investopedia.com – http://bit.ly/3uci7Yh
  • 30 Maret 2017. How to Determine Your Risk Tolerance Level. Intelligent.schwab.com – http://bit.ly/3tUefuI