Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hampir mencapai Rp14.000, hal ini membuat perusahaan berbasis impor mengalami kesulitan. Sebaliknya, nilai investasi batubara merangkak naik.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Rupiah Melemah, Perusahaan Berbasis Impor Mandet

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Republik Indonesia menyebut perusahaan berbasis impor akan merugi karena adanya nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Walaupun akan mengalami penurunan pemasukan, kerugian yang diperkirakan tersebut tidak akan mencapai 50 persen dari potensi pendapatannya.

Ketua Umum Kadin Rosan Roesli mengungkapkan, perusahaan yang akan merugi karena pelemahan rupiah ini berada di sektor farmasi serta makanan dan minuman. Pasalnya kedua sektor itu masih membutuhkan bahan baku impor.

“Sebenarnya masing-masing industri beda-beda dampaknya. Tidak (sampai 50 persen penurunan marjin keuntungan).”

 

Rupiah-Melemah-Perusahaan-Berbasis-Impor-Mandet-1-Finansialku

[Baca Juga: Reksa Dana Syariah, Potensi Investasi yang Memiliki Peluang untuk Terus Meningkat]

 

Rosan kemudian berharap rupiah dapat kembali stabil di kisaran Rp13.700 hingga Rp13.750 per dolar AS agar perusahaan di berbagai sektor tetap untung dan bisa ekspansi.

“Kan tiba-tiba Rp13.500 per dolar AS ke Rp14.000 per dolar AS ya pening kepala, kalau balik lagi ke Rp13.500 per dolar AS secara realistisnya susah juga.”

 

 

Nilai Investasi Batubara Meningkat

Sebaliknya, Ketua Umum Kadin Rosan Roesli menyatakan perusahaan berbasis ekspor, khususnya batubara, malah akan meraup untung ketika rupiah melemah dalam kurs. Pasalnya, pendapatan sektor batubara ini mayoritas berupa dolar AS.

“Jadi, kalau mereka (perusahaan batu bara) kalau bisa lebih Rp14.000. Sebagian besar (pendapatan) 75 persen dolar, sedangkan cost-nya (biaya) menggunakan rupiah.”

 

Terlepas dari melemahnya rupiah yang memberikan keuntungan pada sektor batubara, industri batubara saat ini juga memang tengah mengalami peningkatan kinerja.

Pada penutupan perdagangan Kamis (20/4/2018) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Juni 2018 di ICE Futures tercatat mencapai US$92,80 per ton. Sebelumnya, di awal Januari, harga komoditas ini pun sempat menyentuh angka US$97,50 per ton.

Rupiah-Melemah-Perusahaan-Berbasis-Impor-Mandet-3-Finansialku

[Baca Juga: Ini Penyebab Melemahnya Rupiah Hingga Rp13.900]

 

Analis BNI Securities Dessy Lapagu mengatakan, pasokan batubara berkurang sejak kuartal akhir tahun lalu, sehingga harga batubara cenderung tinggi.

Dessy optimis, kinerja perusahaan batubara bisa naik lagi bila bisa menjual batubara kalori tinggi yang tengah diminati:

“Cina ingin lebih banyak impor batubara high calorie.”

 

Seiring kenaikan harga batubara, pada tahun lalu hampir semua perusahaan tambang besar di Indonesia mencatatkan kinerja cemerlang.

Hal ini dapat terlihat dari realisasi pendapatan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang naik 38 persen sepanjang tahun lalu menjadi Rp19,4 triliun. Lalu, penjualan  PT Indo Tambangraya Megah Tbk mencapai US$526 juta, naik 28 persen dari tahun sebelumnya. PT Adaro Energy Tbk (Adro) juga mencetak kenaikan pendapatan 29 persen jadi Rp 3,25 triliun.

Mengacu pada saham batubara yang menarik dikoleksi, saat ini Dessy menjagokan PTBA dan ADRO.

Pasalnya, PTBA berencana meningkatkan target penjualan dengan ditopang ekspor batubara ke pasar premium. PTBA telah membidik penjualan batubara tahun ini meningkat jadi 25,88 juta ton. Rinciannya, 53 persen atau 13,74 juta ton untuk pasar domestik, serta 47 persen atau 12,15 juta ton untuk pasar ekspor.

“Dengan porsi penjualan ke PLN yang cukup tinggi, setidaknya penjualan PTBA sudah lebih secure.”

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Selain PTBA, Dessy menuturkan ADRO juga menarik untuk dikoleksi karena hingga akhir 2017 sudah memenuhi aturan domestic market obligation (DMO) mencapai 20 persen. Maka, tidak sulit untuk mencapai kewajiban penjualan domestik sebesar 25 persen.

“Sementara, ada emiten batubara lain yang porsi penjualan domestiknya masih di angka belasan persen, jika tidak terpenuhi bisa kena sanksi pemerintah.”

 

Dessy merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp2.480 per saham. Sedangkan PTBA dengan target harga Rp4.050 per saham.

Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo memprediksi harga batubara di kuartal II-2018 berpotensi terkoreksi karena cuaca dingin di Cina mereda. Prediksi Andy, harga rata-rata batubara global US$87,5 per ton di kuartal dua.

Di tengah harga batubara yang naik, Andy menyarankan investor agar memilih emiten batubara yang memiliki produksi batubara dengan nilai kalori yang lebih tinggi. Andy menjagokan ITMG dan menaikkan target harga saham ini dari Rp24.100 per saham menjadi Rp44.000 per saham dengan rekomendasi beli.

Selain itu, Andy juga merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga sebesar Rp4.650 per saham dan ADRO dengan target harga Rp2.750 per saham.

 

Apa pendapat Anda setelah membaca artikel ini? Berikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah ini.

 

Sumber Referensi:

  • Dinda Audriene Mutmainah. 26 April 2018. Pelemahan Rupiah Bikin Perusahaan Berbasis Impor ‘Buntung’. Cnnindonesia.com – https://goo.gl/AAHCer
  • Danielisa Putriadita. 23 April 2018. Menimbang peluang saham-saham emiten batubara saat harga naik tinggi. Kontan.co.id – https://goo.gl/kHdQdW

 

Sumber Gambar:

  • Impor – https://goo.gl/YF2mLJ
  • Batu Bara – https://goo.gl/Pa7L7e
  • ICE Futures – https://goo.gl/Y6sXbx

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg