Di sisa tahun 2023 berjalan ini, optimisme GOOD masih tinggi untuk memacu pertumbuhan kinerja, sejalan dengan tren kenaikan bisnis yang masih berlanjut.
Hal itu direalisasikan perusahaan melalui berbagai strategi bisnis yang diklaim mampu mendukung perusahaan menjaga momentum pertumbuhan kinerjanya.
Lantas apakah saham GOOD masih menarik investasi?
Artikel ini dipersembahkan oleh
Kinerja Fundamental GOOD
Dilihat dari laporan keuangan kuartal II-2023, GOOD mencatatkan kenaikan pendapatan sekitar 0,77% YoY menjadi sebesar Rp5,22 triliun. Sedikit lebih tinggi dari kuartal II-2022 yang sebesar Rp5,18 triliun.
Pemicu naiknya pendapatan GOOD ini didorong oleh pertumbuhan penjualan pada segmen bisnis makanan sekitar 4,18% YoY menjadi Rp4,73 triliun, dari sebelumnya Rp4,54 triliun.
Namun cukup disayangkan, karena segmen bisnis minuman harus mengalami penurunan kinerja sekitar -23.28% YoY menjadi Rp489,38 miliar saja, dari sebelumnya Rp638,74 miliar.
Meski begitu, GOOD masih mendapatkan pertumbuhan dari segmen bisnis lain-lain meski tumbuh tipis 7,47%YoY menjadi Rp121,54 miliar, dari hanya Rp113,09 miliar.
Artinya, secara keseluruhan kinerja GOOD masih ditopang oleh segmen bisnis makanan.
Selain itu, emiten ini juga mampu menekan Beban Pokok Penjualan yang tercatat turun -2,04% YoY menjadi Rp3,84 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp3,92 triliun.
Sehingga, gross profit emiten tercatat tumbuh 9,6% YoY menjadi Rp1,37 triliun, lebih tinggi dari Rp1,26 triliun.
Hanya saja pada kuartal II-2023, bisa dikatakan GOOD belum sepenuhnya berhasil melakukan efisiensi. Terlihat dari Beban Penjualan yang justru naik 9,04% YoY menjadi -Rp748,12 miliar.
Ditambah, perusahaan juga mengalami (rugi) bersih dari entitas asosiasi senilai -Rp1,59 miliar.
Disusul dengan Biaya keuangan yang juga masih minus sebesar –Rp87,45 miliar, dan Beban lainnya juga minus –Rp30,43 miliar.
Sebagai hasilnya di kuartal II-2023, perusahaan masih mampu mencatatkan raihan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp214,79 miliar, yang tumbuh 18,79% YoY dari laba periode sebelumnya Rp180,81 miliar.
[Baca Juga: Saham Preferen: Jenis, Contoh, dan Perbedaannya dengan Saham Biasa]
Neraca Keuangan
Berikutnya ialah posisi total Aset GOOD kuartal II-2023 yang tercatat menurun -7,10% YoY menjadi Rp6,80 triliun, dari sebelumnya di kuartal IV-2022 sebesar Rp7,32 triliun.
Penurunan total Aset ini, terutamanya dipicu oleh menurunnya aset lancar kuartal II-2023 menjadi Rp2,63 triliun, dari sebelumnya kuartal IV-2022 di Rp319 triliun.
Salah satu yang mendorong penurunan aset lancar adalah kas dan setara kas yang turun dari sebesar Rp1,07 triliun di kuartal IV-2022, menjadi hanya Rp473,18 miliar di kuartal II-2023, yang disebabkan oleh menurunnya nilai kas yang dimiliki perusahaan.
Baik itu jumlah kas perusahaan maupun kas pada bank, yang akhirnya memengaruhi penurunan jumlah aset lancar di kuartal II-2023.
Selain aset lancar yang turun, dari sisi liabilitas jangka pendek emiten ini juga tercatat turun di kuartal II-2023 menjadi Rp1,67 triliun, dari sebelumnya kuartal IV-2022 di Rp1,83 triliun.
Sehingga kalau dibandingkan liabilitas jangka pendek yang sebesar Rp1,67 triliun tadi, dengan aset lancar yang sebesar Rp2,63 triliun.
Maka diperoleh Liquidity Ratio sebesar 1,58x, yang menandakan likuiditas GOOD masih cukup mampu membayar utang jangka pendek, meski terbatas.
Hanya saja, perlu diperhatikan kembali dari sisi Cash Ratio yang sebesar 0,3x saja, menunjukkan ketidakmampuan GOOD dalam melunasi kewajiban utang jangka pendek, jika hanya mengandalkan kas.
Hal ini menjadi warning yang perlu dipertimbangkan lagi dari sisi neraca keuangan perusahaan.
Belum lagi kalau dilihat secara keseluruhan, dari total liabilitas yang dimiliki pada kuartal II-2023 sebesar Rp3,28 triliun. Sedangkan total Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,06 triliun.
Maka menunjukkan DER 1,07x, di mana ekuitas GOOD tidak akan mampu melunasi utang-utangnya. Situasi ini berpotensi merujuk perusahaan pada opsi merilis utang baru, untuk membiayai utang perusahaan. Â
Maka secara garis besar, bisa dikatakan bahwa kinerja fundamental GOOD masih belum terapresiasi secara riil.
Dari sisi profitabilitas, emiten masih belum mampu melakukan efisiensi terhadap operasional kinerja. Ditandai dengan adanya berbagai beban yang dicatatkan. Seperti beban penjualan, biaya keuangan dan beban lain-lainnya.
Bahkan dari sisi neraca keuangan pun, emiten ini juga menunjukkan beberapa indikator ‘yang perlu diperbaiki’.
Mulai dari likuiditas perusahaan yang pas-pasan, ketidakmampuan kas perusahaan melunasi utang jangka pendek, hingga ekuitas yang juga tidak bisa melunasi seluruh kewajiban utang-utangnya.
Optimisme Pengembangan Produk hingga Ekspansi Bisnis
Kendati ‘perlu evaluasi’ kembali, namun manajemen perusahaan berusaha untuk tetap bisa mendriver perusahaan ke arah yang lebih baik.
Salah satunya dengan adanya rencana penambahan kegiatan usaha pada bidang industri pengeringan buah-buahan dan sayuran.
Di mana nantinya, GOOD juga akan memproduksi makanan ringan berjenis chip dari bahan kentang dan ubi.
Optimisme perusahaan untuk masuk pada industri makanan ringan kian diperkuat dengan peluang pangsa pasar makanan ringan yang masih akan terus meningkat.
Berdasarkan data Nielsen, pangsa pasar makanan ringan telah meningkat dari 3,1% di tahun 2021, menjadi 5,7% pada tahun 2022.
Begitu juga dengan penjualan makanan ringan yang terus meningkat dari Januari 2021 sampai ke November 2022, baik itu peningkatan secara volume permintaan dan juga harga jual makanan ringan itu sendiri.
Dari sisi pemasaran makanan ringan jenis chips ini, perusahaan akan menyasar pasar modern market.
Dan juga akan menyasar pasar general trade, karena potensi pasar yang masih besar, didukung dengan jalur distribusi perusahaan yang sudah ada sebelumnya.
Untuk memperkuat pemasaran, produk baru ini akan diproduksi dengan merk Garuda Chipz.
Sejalan dengan pengembangan produk berjenis chips, maka perusahaan akan melakukan ekspansi berupa penambahan mesin produksi berkapasitas 300kg/jam. Dan akan mengoperasikan pabrik di Pati, Jawa Tengah.Â
Rencana kedua, pengembangan produk real estate, yang dimiliki sendiri maupun yang disewa, untuk bisa disewakan kembali.
GOOD tercatat memiliki properti berupa ruang kantor di Jakarta dan gudang, beserta lahan tanah di Bandar Lampung.
Meski data permintaan pasar terhadap sewa properti belakangan tercatat melambat.
Seperti halnya data Indeks Permintaan Properti Komersial kategori sewa kuartal IV-2022 tumbuh melambat di 11,59% YoY, dari sebelumnya 16,19% YoY.
Namun GOOD optimis menjajal peluang bisnis penyewaan properti. Dengan prediksi sekitar 200 hektar pasokan lahan industri akan memasuki pasar di tahun 2023. Disusul dengan kemudahan investasi melalui sistem OSS.
Dengan harapan, akan ada pertumbuhan sewa yang kembali positif di tahun 2024 nanti, sesuai dengan perkiraan ekonomi yang membaik.
[Baca Juga: Syarat dan Cara Membuka Rekening Saham Online Terbaru]
GOOD Masih Menarik Investasi?
Berdasarkan hasil kinerja dan rencana bisnis GOOD ke depannya, kira-kira apakah GOOD masih menarik investasi?
Per Oktober 2023 ini, harga saham GOOD masih melanjutkan penurunan hingga ke level 400an.
Di harga 400-an, maka secara valuasi GOOD ini masih tergolong mahal, dengan rasio valuasi yang tercermin dari PER 37,3x dan PBV 5,2x.
Sementara kita tahu bahwa kinerjanya tadi masih menyisakan banyak ‘pekerjaan rumah’ bagi GOOD, terutama dalam hal efisiensi dan kemampuan perusahaan terhadap utang-utangnya.
Hal ini setidaknya membuat emiten cukup berisiko dalam memanuver perusahaan, terutamanya dalam jangka pendek ini.
Lantas, bagaimana jika Anda sudah terlanjur memiliki saham ini? Anda bisa dapat cuan dari saham dengan menerapkan tips dalam ebook ini Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan Di Saham.
Selain itu, Anda juga bisa konsultasi bersama Perencana Keuangan Finansialku untuk mendapatkan advice yang tepat dengan me-review portofolio Anda.
Hubungi sekarang di nomor 0851 5866 2940 atau klik banner ini untuk info lengkapnya.
Over View
Dari hasil kinerja GOOD pada kuartal II-2023, menunjukkan bahwa perusahaan masih perlu berupaya keras untuk dapat meningkatkan kinerja penjualan dan raihan laba bersih, yang bisa dikatakan masih tertahan.
Di mana kenaikan penjualan hanya terjadi pada segmen makanan ringan (4,18% YoY), dan segmen lain-lain (7,47% YoY). Sedangkan segmen minuman secara nilai justru turun (-23,38% YoY).
Ditambah dengan tercatatnya sejumlah beban, seperti Beban Penjualan yang naik (9,04% YoY), (rugi) bersih dari entitas asosiasi senilai -Rp1,59 miliar, dan juga Biaya Keuangan yang masih minus -Rp87,45 miliar, dan Beban lainnya juga minus -Rp30,43 miliar.
Ini mengapa secara kinerja operasional, GOOD masih punya ‘pekerjaan rumah’ yang perlu diperbaiki, agar pada kinerja kuartal berikutnya tidak lagi boncos.
Belum lagi perhitungan kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk dapat menjalankan kewajibannya membayar sejumlah utang, dengan likuiditas yang juga terbatas dengan Liquidity Ratio 1,58x.
Sementara dari Cash Ratio 0,3x yang berarti GOOD tidak mampu melunasi kewajiban utang jangka pendek, jika hanya mengandalkan kas.
Dan secara DER 1,07x menunjukkan ekuitas GOOD juga tidak mampu melunasi utang-utangnya. Bukan tidak mungkin, situasi ini mengantarkan GOOD pada opsi menerbitkan utang baru.
Nah, berkenaan dengan rencana bisnis, nampaknya GOOD sangat menyadari tingginya persaingan bisnis, terutamanya dalam industri makanan dan minuman ringan.
Sekalipun kondisi ekonomi sudah mulai pulih, nyatanya kinerja penjualan GOOD masih cukup tertahan.
Tidak heran, jika kemudian GOOD berani mengambil langkah konservatif, dengan melakukan pengembangan produk berjenis chips – Garuda Chipz dan ekspansi bisnis secara sekaligus, yakni menyasar ranah penyewaan properti.
Hanya saja, dalam hal ini perlu diperhitungkan kembali pada kemampuan perusahaan dalam menghadapi potensi persaingan.
Untuk produk berjenis chips sendiri, kita tahu saat ini sudah ada banyak produk sejenis. Dan produk chips ini juga sangat mudah untuk ditiru oleh kompetitor lainnya.
Demikian pula dengan penyewaan properti yang akan dilakukan perusahaan.
Perlu kita tahu, bahwa Jakarta dan Bandar Lampung adalah kota dengan jumlah penduduk yang padat dan tergolong pada daerah dengan potensi pembangunan yang besar.
Itu artinya masih mungkin bagi perusahaan mendapatkan permintaan pasar. Hanya saja yang perlu diwaspadai di sini adalah faktor ekonomi yang dapat memicu turunnya permintaan pasar.
Nah, bagaimana pandangan teman-teman investor mengenai langkah GOOD yang mengembangkan produk dan ekspansi ke ranah properti? Apakah mampu mendongkrak kinerja profitabilitasnya?
Jika Anda ingin dapatkan update lain seputar investasi saham, Anda bisa dapatkan informasinya dengan mengisi form berikut ini.
Disclaimer:Â Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.
Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.
Bagaimana pendapat Anda mengenai informasi di atas? Apakah menurut Anda layak dipertahankan? Yuk, share opini Anda di kolom komentar di bawah ini.
Editor: Ratna Sri Haryati
Sumber Gambar:
- RK Team
Leave A Comment