Bisnis kuliner alami pertumbuhan positif saat post-pandemic, tapi kembali terpuruk setelah harga bahan baku mengalami kenaikan

Bagaimana para pelaku bisnis bisa bertahan? Simak tips dari Financial Planner Finansialku kali ini!

 

Summary:

  • Ada beragam tantangan yang perlu dihadapi oleh seorang pebisnis, termasuk ketika menjalani bisnis kuliner. Misalnya saat terjadi kenaikan harga bahan baku.
  • Meski dinamika bisnis mengalami pasang surut, ada sejumlah tips dari Financial Planner untuk menyiasati naiknya harga bahan baku pada bisnis kuliner.

 

Dinamika Bisnis Kuliner di Tengah Banyaknya Tantangan

Tren industri kuliner terus mengalami pertumbuhan yang positif selama post-pandemic.

Bisnis kuliner di Indonesia saat ini banyak diungguli oleh berbagai restoran yang tersebar di berbagai tempat. Mulai dari kawasan wisata, hotel, pusat kuliner, dan tempat lainnya.

Banyaknya permintaan para konsumen mendorong pelaku bisnis untuk menerobos ketatnya persaingan.

Biar begitu, bisnis kuliner ini menjadi salah satu incaran pengusaha karena menjual makanan yang mereka anggap “nggak ada matinya.”

Namun, di balik itu semua, kegigihan para pelaku bisnis ternyata menjadi pukulan keras ketika harus berhadapan dengan harga bahan baku yang serba naik.

Kenaikan harga bahan baku ini merupakan salah satu faktor eksternal, yang ada di luar kendali para pelaku bisnis.

Selain harga bahan baku, pelaku bisnis kuliner juga harus berhadapan dengan dampak inflasi.

Tidak cukup sampai di situ, lonjakan Covid-19 di Indonesia juga membuat konsumen jadi lebih waspada dalam mengonsumsi makanan.

Akhirnya, mereka terpaksa harus memutar otak dan segera menyesuaikan dengan keadaan untuk bisa mempertahankan usahanya.

 

Dampak Harga Bahan Baku Naik pada Bisnis Kuliner

Tidak sedikit pelaku bisnis mengeluh akan naiknya harga bahan baku yang cukup signifikan ini.

Para pengusaha akhirnya mencari alternatif agar perekonomian tidak berlarut-larut yang mempengaruhi kinerja bisnis tersebut.

Alhasil inilah beberapa dampak akibat ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan!

 

#1 Penurunan Daya Beli Masyarakat

Kenaikan harga bahan baku tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan data responden dari Kota Pontianak, pendapatan masyarakat sejak pandemi mengalami penurunan sebesar 30-70%. Sementara pengeluaran cenderung tetap.

Oleh karena itu, masyarakat cenderung memilih gaya hidup sederhana dengan membuat makanan buatan sendiri.

Sehingga terjadilah penurunan daya beli masyarakat.

 

#2 Distribusi Barang Tidak Merata

Presiden Direktur PT Multistrada Arah Sarana Tbk. menjelaskan, bahwa sejak pandemi Covid-19, banyak pabrik yang tutup dan menghambat pengiriman bahan baku.

Tersendatnya arus pengiriman membuat stok produk terbatas. Sehingga pelaku bisnis mau tidak mau harus menaikkan harga dengan alasan untuk menjaga margin keuntungan.

 

Strategi Menyiasati Kenaikan Harga Bahan Baku Ala CFP

Kekhawatiran pelaku bisnis ini sebenarnya bisa teratasi dengan beberapa strategi.

Berikut penjelasannya dari Certified Financial Planner (CFP) Finansialku, Valencia Fabian, BA, CFP®:

 

#1 Mengganti Bahan Baku

Upaya mencari pengganti bahan baku alternatif atau mencari supplier yang menawarkan harga lebih rendah bisa jadi solusi yang pertama.

Misalnya menyiasati peningkatan pengeluaran seperti tepung terigu yang bisa kita ganti dengan bahan pangan lokal lain yang serupa.

Namun, perlu kamu pastikan bahwa bahan baku tersebut tidak mengurangi nilai produk yang pengusaha tawarkan kepada konsumen.

 

#2 Mengurangi Spesifikasi

Solusi kedua adalah dengan mengurangi spesifikasi produk namun tetap mempertahankan kuantitas.

Strategi ini bisa pengusaha terapkan setelah menyadari daya beli masyarakat yang cenderung rendah.

Contoh penerapan strategi ini sudah banyak perusahaan brand snack lakukan, yaitu mengurangi ukuran produk yang mereka jual.

Produk yang panjang awalnya 10 cm kemudian perusahaan kurangi menjadi 8 cm, agar bisa mereka jual dengan harga yang sama.

 

#3 Menerapkan Sistem Bundling

Strategi selanjutnya adalah dengan menerapkan sistem bundling untuk produk yang dijual.

Hal ini bisa jadi solusi supaya penjualan produk tetap memiliki daya beli yang tinggi.

Pengusaha juga akan tetap mendapatkan keuntungan yang stabil, dan mampu menawarkan solusi bagi konsumen ketika mereka membeli produk tersebut.

Sehingga bahan baku produk dengan harga yang lebih tinggi, bisa tertutupi oleh produk dengan bahan baku yang harganya lebih rendah.

[Baca Juga: Strategi Bisnis Kuliner Agar Menguntungkan, Termasuk Pembukuan?]

 

#4 Menurunkan Sedikit Keuntungan dan Jumlah Produk

Loyalitas konsumen perlu pengusaha pertahankan. Para konsumen tidak akan merasa keberatan membeli suatu produk, apalagi harga lebih rendah.

Dengan harapan, besaran keuntungannya bisa kembali normal jika harga bahan baku kembali turun.

Selain itu, pengusaha juga bisa mengantisipasi kerugian akibat sisa produk yang tidak terjual dengan mengurangi jumlah produksi.

Pengusaha bisa fokus pada mengutamakan kualitas produk dan menurunkan jumlah produksi untuk menghindari adanya kerugian yang lebih banyak.

 

#5 Pisahkan Rekening Bisnis dan Pribadi

Bukan hanya modal usaha, untuk membangun sebuah bisnis, pengusaha juga perlu memikirkan persediaan barang dan peralatan yang mendukung operasional bisnis.

Harga persediaan barang dan peralatan ini tentu akan bertambah seiring berjalannya waktu.

Akan jadi hal tidak mudah apabila mendadak ada kebutuhan pribadi yang mendesak dan memerlukan dana besar.

Tidak jarang, pelaku bisnis terpaksa harus mengambil beberapa keuntungan dari penjualan untuk bisa tetap bertahan hidup.

Akhirnya, keuangan bisnis dan rekening pribadi menjadi tercampur yang seharusnya itu tidak dilakukan oleh pengusaha di sektor bisnis mana pun.

Nantinya hal ini membuat pelaku bisnis kebingungan menghitung total aset yang sesungguhnya. Termasuk dalam hal perhitungan dan pembayaran pajaknya.

Kalau ternyata hal ini sudah terlanjur terjadi, harus bagaimana?

Mungkin secara pemahaman pasti mudah untuk kita mengerti alur pengelolaan keuangannya harus seperti apa.

Tapi sayangnya ada banyak variabel hidup yang perlu disesuaikan agar semua bisa berjalan sesuai harapan.

Sebagai pelaku bisnis, jika kamu mengalami kendala dalam hal ini, jangan khawatir.

Karena saya, Valencia Fabian, atau Perencana Keuangan Finansialku lainnya, siap membantu untuk mengatur keuangan bisnismu agar lebih tertata dan berjalan lancar.

Selain itu, Finansialku juga akan membantu kamu menyusun strategi perencanaan keuangan pribadi dan bisnismu sesuai dengan kebutuhan.

Kamu bisa menghubungi saya sekarang melalui Advisory Support di nomor 0851 5866 2940. 

 

Yuk, Praktikkan Strateginya!

Itulah beberapa strategi yang bisa kamu praktikkan dalam bisnis yang tengah ditekuni.

Tentu saja, kamu perlu menyesuaikan kembali strategi mana yang cocok dengan cakupan bisnismu saat ini. Semoga bermanfaat, good luck

 

Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Bagaimana pendapatmu mengenai harga bahan baku yang naik ini? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar, ya!

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada rekan-rekan pebisnis lainnya. Terima kasih.

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

 

Sumber Referensi:

  • Siti Ayu Rahma. Agustus 2022. Siap-Siap, Harga Makanan di Restoran dan Mal Bakal Naik. Merdeka.com – https://bit.ly/3CfZZBv
  • Adminlina. Oktober 2021. Pasar Kuliner Menggiurkan di Tengah Pandemi. Pelakubisnis.com – https://bit.ly/3xVDcsc