Pergerakan pasar saham yang sulit diprediksi membuat keputusan take profit investor menjadi sulit.

Sehingga, tidak mudah bagi investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk jual atau beli saham.

Tapi sebenarnya apa sih definisi dari take profit? Lalu kapan investor harus take profit? Cari tahu lebih lengkapnya pada artikel Finansialku di bawah ini.

 

Apa Itu Take-Profit?

Take profit, seperti dikutip dari buku sekolah pasar modal Bursa Efek Indonesia, adalah tindakan melakukan penjualan saham yang dimiliki atau yang telah dibeli, setelah mencapai level harga atau target yang direncanakan atau diinginkan.

Menentukan posisi mengambil keuntungan biasanya tergantung apakah kamu seorang trader atau investor, karena berkaitan dengan jangka waktunya.

Seorang trader bisa saja masuk/beli saham pagi, dan menjualnya sore sebelum penutupan bursa, sehingga target profitnya biasanya lebih rendah daripada investor.

Investor biasanya membeli saham untuk jangka waktu yang lebih panjang, bisa setengah tahun, satu tahun, bahkan bisa bertahun-tahun.

Dampaknya, target keuntungan yang ingin dicapai pun lebih tinggi. Sebelum lanjut, kamu bisa tonton dulu video di bawah ini, ya.

 

 

Waktu yang Tepat Untuk Take Profit Saham

Setelah mengetahui definisinya, pertanyaan selanjutnya adalah tentang kapan waktu yang tepat untuk take profit saham. Berikut waktu yang tepat.

 

Ketika Target Keuntungan Sudah Tercapai

Sebelum kamu melakukan investasi atau trading saham, sebaiknya kamu membuat planning terlebih dahulu. Salah satu bagian penting dari planning adalah menentukan harga jual atau target harga.

Misalnya, kamu membeli saham UNVR di harga Rp 5.500 per lembar dan kamu memiliki target mau dijual di harga Rp 5.900.

Jadi, ketika harga saham UNVR mencapai Rp 5.900 per lembar, maka kamu seharusnya mengeksekusi sesuai yang sudah ditargetkan sebelumnya.

Kapan pun waktunya, baik 1 bulan kemudian, atau pun 3 bulan kemudian, kalau sudah menyentuh target yang dicapai maka kamu seharusnya tetap jual.

[Baca Juga: Gimana Proses dari Trading Cepat dan Apa Untungnya?]

 

Namun sayangnya hal ini sering kali diabaikan oleh sebagian trader. Banyak trader yang masih belum tahu apa yang harus dilakukan setelah membeli saham.

Jika kamu tidak tahu target jual, maka nantinya kamu akan menjual dengan harga yang salah. Bahkan, bisa saja kamu menjadi mudah terpengaruh dari saran-saran orang lain yang belum tentu benar.

Kemudian, jika kamu mau mengubah target take profit sebenarnya boleh saja. Namun, tentunya kamu harus memiliki pertimbangan yang benar-benar matang.

[Baca Juga: Sudah Tahu Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Take Profit Saham?]

 

Selain itu, kamu juga harus melakukan analisa untuk mendasari keputusan untuk mengubah target take profit-mu. Baik menaikkan ataupun menurunkan target profit yang sudah ditentukan, pastikan tetap melakukan analisis, ya.

Jangan sampai kamu mengubah target profit hanya karena faktor emosi saja.

 

Ketika Saham Sudah Berada di Harga Puncak

Apabila saham yang kamu miliki sedang naik dan saham kamu memiliki potensi untuk koreksi atau turun maka saham kamu sudah berada di harga puncak.

Sebaiknya kamu bisa memutuskan untuk take profit dahulu. Kemudian, kamu beli lagi sahamnya ketika sudah koreksi.

Definisi Take Profit Adalah… Ini Dia Penjelasannya! 01 - Finansialku

Sumber: Liputan6.com – https://bit.ly/3x46zGj

 

Untuk melihat saham-saham yang memiliki potensi koreksi atau turun di ujung tren naik, ada banyak pola yang bisa kamu gunakan. Kamu bisa pelajari pola-pola tersebut dalam analisa teknik.

Oleh karena itu, sebagai trader, kamu perlu melihat serta mempelajari momentum dari trading saham tersebut.

Sebaiknya, kamu jangan melakukan hold saham secara terus menerus jika saham sudah naik terlalu tinggi. Pertimbangkan untuk menjual saham ketika saham sudah di harga bawah.

 

Ketika IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Sudah Naik Tinggi

Ketika IHSG sudah naik atau sedang ada banyak sentimen negatif, maka ada kemungkinan IHSG mengalami koreksi. Kamu dapat mempertimbangkan untuk menjual saham-saham yang sudah naik sebelumnya.

Bagi kamu yang memiliki saham-saham LQ45, tentunya ini akan sangat berguna. Karena, sebagian besar saham LQ45 mengikuti pergerakan IHSG.

Teruslah belajar dan memahami pasar saham, semakin banyak pengalaman dan pengamatan pasar saham, maka kamu akan mengetahui kondisi di mana IHSG dikatakan sudah naik tinggi.

Salah satu kondisinya adalah ketika IHSG sudah naik berhari-hari.

Kemudian, mulai ada sentimen negatif, maka biasanya IHSG akan rawan untuk terkoreksi, walaupun mungkin sentimennya bukan merupakan sentimen yang dampaknya terlalu besar terhadap saham.

 

Hal yang Wajib Diketahui Terkait Take Profit

Kebanyakan pemula berfokus pada besaran nominal untuk menentukan take profit. Misalnya, take profit setelah cuan 20% atau setelah untung senilai 100 ribu, dan sejenisnya.

Padahal, momen take profit yang tepat tidak selalu dapat ditentukan dengan besaran nominal. Investor dan trader perlu memperhitungkan kondisi pasar terkini pula saat trading saham.

Ada risiko besar ketika kamu berfokus pada besaran profit. Bayangkan, seandainya kamu sudah mematok take profit 20%, tetapi kemudian saham pilihanmu terhantam skandal suap tingkat nasional dan manajemennya diciduk KPK.

Harga saham ambruk dengan cepat. Apakah kamu tetap akan bersikeras mengincar take profit 20%? Tentu hal tersebut tidak memungkinkan lagi.

[Baca Juga: Meraih Kebebasan Finansial Dengan Trading Forex, Ini Tipsnya!]

 

Atau coba bayangkan situasi sebaliknya. Kamu sudah mematok profit 20%, tetapi kemudian laporan keuangan emiten mencatat raihan laba bersih 200% lebih tinggi dari ekspektasi.

Harga saham naik lebih cepat, sedangkan hasil analisis terbaru menunjukkan ada potensi cuan sampai 50% karena saham jadi terhitung murah.

Apakah kamu tetap ingin take profit 20%? Justru dalam situasi ini, kamu bisa mengincar cuan lebih besar.

Ketika membeli saham, kamu seharusnya sudah menentukan strategi take profit tertentu untuk menentukan kapan bakal menjualnya dan mencari peluang cuan lain.

Namun, dunia saham itu dinamis. Pasti akan ada situasi-situasi di mana kamu dituntut untuk meralat rencana take profit awal.

 

Terlepas dari tiga cara menentukan besaran take profit di atas, ada baiknya kamu memerhatikan dua hal berikut ini:

  1. Lakukan jual saham ketika fundamental saham sudah tidak bagus lagi, atau ketika valuasi saham tersebut menjadi terlalu mahal.
  2. Lakukan jual saham ketika keuntungan investasi itu sudah mendominasi portofolio. Kamu tidak perlu menjual keseluruhan saham koleksimu, tetapi ada baiknya menjual sebagian (take profit parsial) untuk merealisasikan cuan dan berinvestasi pada saham potensial lainnya.

 

Memang tidak baik mengubah-ubah take profit terlalu sering. Akan tetapi, strategi saham apa pun sebaiknya bersifat fleksibel.

Pantau terus berita-berita dan laporan keuangan terkait saham koleksimu agar tidak sampai ketinggalan informasi yang memengaruhi target keuntunganmu kelak.

 

Pelajari Investasi Saham Secara Fundamental

Pada kenyataannya tidak akan ada satu orang pun yang benar-benar bisa memprediksi market. Dengan demikian, kamu perlu memiliki target yang jelas sebelum berinvestasi di pasar saham.

Untuk bisa take profit pada saham yang kamu miliki, kamu perlu belajar lebih lagi untuk benar-benar mahir.

Finansialku sarankan untuk kamu belajar dari audiobook berikut ini agar bisa belajar lebih mantap dalam melakukan take profit.

banner_jangan_asal,_ketahui_ini_dulu_sebelum_investasi_saham

 

Untuk investor saham pun kamu bisa belajar lebih dalam dengan bergabung di Grup Belajar Saham yang menyediakan 25+ video fundamental saham, update materi saham harian, dan gratis webinar setiap bulan sekali.

Jangan hanya mengandalkan emosi dan spekulasi dalam investasi. Pastikan saham yang kamu beli memiliki fundamental yang baik.

 

Nah itulah definisi take profit dalam dunia trading. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Sobat Finansialku. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini pada rekan-rekan lainnya, terima kasih.

 

Editor: Ratna Sri H.