Sudah sejak awal 2019, ekonomi global memang sudah diprediksi akan mengalami penurunan. Kini, prediksi tersebut semakin menguat. Lalu, apakah Indonesia terkena dampaknya?

Mari simak ulasan selengkapnya dalam artikel Finansialku berikut ini. Selamat membaca!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Benar, Ekonomi Global sedang dalam Kondisi Lemah

Setiap tahun kondisi perekonomian suatu negara tentu akan diprediksi berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir tahun. Begitu juga dengan kondisi ekonomi secara global.

Kondisi ekonomi global sudah diprediksi akan turun atau melemah dan sayangnya, hal tersebut benar adanya.

Bahkan dilansir dari Koran Kontan, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) sudah melakukan tindakan berupa pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2019 dan 2020.

Dalam laporan yang diberikan, OEDC kini memperkirakan bahwa perekonomian global di tahun 2019 hanya akan tumbuh sebesar 3,3%. Sedangkan di tahun 2020 hanya akan naik sebesar 0,1% menjadi 3,4%.

Melihat prediksi tersebut, tentu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan laporan yang diterima pada bulan November 2018, yakni sebesar 3,5% untuk 2019.

Selain itu, dilansir dari CNNIndonesia.com, pada pekan lalu dilaporkan bahwa beberapa negara telah memangkas pertumbuhan ekonominya.

China yang pada awalnya memprediksi pertumbuhan ekonomi dipatok pada angka 6,5% menjadi hanya di kisaran 6% hingga 6,5%.

Hal serupa juga dilakukan oleh zona Eropa, ketika Bank Sentral Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 ini dari 1,9% menjadi hanya 1,1%.

Ekonomi Global 02 - Finansialku

[Baca Juga: Apa itu Masalah Ekonomi Modern dan Klasik? Ini Penjelasannya!]

 

Kabarnya, penurunan prediksi ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian dalam penyelesaian sengketa dagang antara Amerika Serikat dengan China juga keluarga Inggris dari Uni Eropa.

Selain itu, melansir dari Ekonomi.bisnis.com, faktor lain yang mempengaruhi hal ini ialah rendahnya permintaan produksi di Jerman yang tidak diduga.

Beberapa dampak yang terjadi seperti Amerika Serikat pada pekan lalu melaporkan, bahwa jumlah pekerja baru hanya tumbuh sebesar 20.000 pada Februari, jauh di bawah perkiraan median survei ekonom Bloomberg yakni sebesar 180.000.

Di kawasan lain, ekspor dari China dilaporkan anjlok hampir mencapai 21% pada Februari atau penurunan terbesar yang pernah dialami Beijing dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu pesanan pada pabrik Jerman secara tidak diduga turun 2,6% pada Januari, yang merupakan penurunan terdalam sejak Juni tahun lalu.

Isu-isu besar tersebut berpengaruh besar terhadap kegiatan perdagangan internasional, sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga China. Padahal kedua negara itu merupakan penyumbang terbesar PDB Global.

Sebelumnya, World Economic Forum sudah membuat perkiraan kontribusi sejumlah negara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan PDB Global di tahun 2017 sampai 2019. Perkiraan tersebut digambarkan dalam bentuk persentase, yakni:

China 35,2%
AS 17,9%
India 8,6%
Euro Zone 7,9%
Indonesia
2,5%
Korea Selatan 2%
Australia 1,8%
Kanada 1,7%
Inggris 1,6%
Turki 1,2%

 

Kabar Baik: Ekonomi Indonesia Masih Meningkat

Meskipun keadaan ekonomi global sedang mengalami penurunan atau melemah, kabarnya hal in tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 ini justru masih meningkat dari tahun lalu.

Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan bisa mencapai 5,3% sesuai target di APBN 2019. Artinya, laju ekonomi naik dibandingkan pencapaian tahun 2018 yang hanya 5,17%.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia, dipengaruhi oleh sejumlah perkembangan proyek-proyek infrastruktur yang sudah atau sedang berjalan.

Pada Senin (11/3), Darmin menjelaskan:

“Berbeda kalau belum ada investasinya, boleh jadi terpengaruh. Karena ini hanya melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan berbeda banyak, walau ekonomi dunia melambat.”

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Darmin mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa berpotensi terkoreksi dari sisi ekspor dan Penanaman Modal Asing (PMA) akibat adanya perang dagang yang terjadi.

Namun selama ini, kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sangatlah minim.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa didorong oleh konsumsi masyarakat dan juga investasi. Meski begitu, pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor melalui pengembangan pasar baru.

Kepala Ekonom Maybank Investment, Suhaimi Ilias, mengatakan bahwa pemerintah harus mendorong kinerja ekspor dan sektor manufaktur agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih kencang pada periode mendatang.

“Perekonomian Indonesia selama ini mengandalkan eksploitasi sektor pertambangan. Pada saat yang sama memanfaatkan potensi penduduk yang besar (konsumsi). Negara-negara lain sudah tumbuh dengan manufaktur yang lebih kukuh.”

 

Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Senin (11/3), menambahkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia tahun ini semestinya bisa jauh lebih baik dibandingkan dengan 2017. Sebab, situasi moneter global diproyeksi tidak akan seketat tahun 2018.

“The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi tahun ini. Ini akan menjadi periode di mana aliran modal kembali ke emerging market dan hal itu sudah mulai terlihat sejak akhir kuartal IV 2018 lalu.”

 

Gratis Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Sri Mulyani Yakin Perekonomian Indonesia Baik-baik Saja

Masih dilansir dari CNNIndonesia.com, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, merasa yakin akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih dalam kategori aman, karena masih dapat ditopang dari sisi domestik, yakni melalui konsumsi masyarakat.

Sri Mulyani, Selasa (12/3), mengatakan:

“Pertumbuhan global yang melemah juga disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan internasional yang melemah. Pertumbuhan dari dalam negeri harus menjadi engine of growth jika ingin pertumbuhan tetap tinggi di atas 5 persen.”

 

Sri Mulyani juga Bank Indonesia melihat pemerintah berhasil menjaga inflasi tetap rendah sepanjang 2018. Di sisi lain, pada Februari 2018 Indonesia mengalami deflasi 0,08% month-on-month (mom) atau inflasi secara tahunan sebesar 2,57%.

Ekonomi Global 03 - Finansialku

[Baca Juga: Banyak Untungnya Lho! Ini 5+ Kartu Kredit yang Cocok Buat Traveling]

 

Dengan inflasi yang rendah, mampu menjaga daya beli masyarakat, sehingga konsumsi tetap tumbuh tinggi. Terlebih lagi, konsumsi memegang peranan terbesar dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).

“Di dalam dua bulan ini ada deflasi itu menggambarkan harga cukup stabil. Sehingga konsumsi bisa terjaga 5 persen. Itu penting kalau Indonesia ingin momentum growth di atas 5 persen.”

 

Mengenai PDB, IMF pernah membuat daftar perkiraan nilai PDB Anggota G20 Tahun 2018, yakni:

No. Negara Nilai PDB (US$ Juta)
1. AS 20.412.870
2. Uni Eropa 19.669.743
3. China 14.092.514
4. Jepang 5.167.051
5. Jerman 4.211.635
6. Inggris Raya 2.936.286
7. Prancis 2.925.096
8. India 2.848.231
9. Italia 2.181.970
10. Brasil 2.138.918
11. Kanada 1.798.512
12. Rusia 1.719.000
13. Korea Selatan 1.693.246
14. Spanyol 1.506.439
15. Australia 1.500.256
16. Meksiko 1.212.831
17. Indonesia 1.074.966
18. Belanda 945.327
19. Turki 909.885
20. Arab Saudi 748.003
21. Swiss 741.688

 

Di samping itu, Sri Mulyani juga yakin bahwa pertumbuhan ekspor masih akan baik-baik saja meskipun terjadi isu perang dagang yang terjadi.

Sebab, menurutnya, Indonesia bisa memanfaatkan pasar Asia dengan populasi banyak sebagai pengganti pasar-pasar ekspor tradisional.

“Meski China dan India melemah tapi the new emerging country seperti Filipina, Bangladesh, bahkan dalam hal ini Pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan mereka populasi dan pasarnya cukup besar. Jadi Indonesia harus tetap mampu untuk menjaga momentum.”

 

Melalui hal ini, Sri Mulyani berharap agar ekspor setidaknya bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang sudah mencatat defisit US$1,16 miliar di Januari tahun ini.

 

Langkah Menjaga Perekonomian Indonesia

Terdapat sejumlah langkah yang bisa dilakukan agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia tetap stabil dan tidak terpengaruh oleh ekonomi global yang turun atau melemah.

Sri Mulyani berpendapat, langkah yang bisa dilakukan pertama ialah membuat sumber pertumbuhan dalam negeri dari berbagai sektor mampu menghasilkan dengan kualitas dan performa yang baik.

“Kalau kita ingin mencapai pertumbuhan yang tetap tinggi di atas 5 persen kita harus meyakinkan bahwa pusat-pusat atau sumber-sumber pertumbuhan dalam negeri tetap bisa menjadi engine. Jadi Indonesia harus tetap mampu untuk menjaga momentum untuk domestic boost sumbernya dan juga tetap menjaga agar ekspor meningkat.”

 

Langkah kedua, selain dari sisi ekspor, sisi impor pun harus ditekan agar mampu memperkecil defisit perdagangan yang terjadi.

Kalau impor bisa ditahan dengan berbagai policy kemarin apakah B20, maka dari sisi eksternal balance kita faktor negatif jadi lebih kecil. Dengan demikian growth tetap akan kita tingkatkan.”

 

Langkah ketiga, ialah dengan adanya pertumbuhan positif dari investasi, agar dapat membantu upaya menjaga kekuatan ekonomi Indonesia di tengah melemahnya ekonomi global.

“Pemerintah juga akan tetap berbagi upaya investasi yang melibatkan swasta sehingga private investment tetap terjaga selain pemerintah akan menjaga capital spending maupun belanja barang dan meningkatkan kualitas SDM.”

 

Sempat menyinggung mengenai pertumbuhan ekonomi, berikut ini daftar pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 Tahun 2018 yang dilansir dari Koran Kontan, yakni:

India 7,1%
China 6,5%
Turki 5,2%
Indonesia 5,17%
AS 3%
Australia 2,8%
Meksiko 2,5%
Korea Selatan 2%
Kanada 1,9%
Uni Eropa 1,7%
Arab Saudi 1,6%
Inggris Raya 1,5%
Prancis 1,4%
Brasil 1,3%
Rusia 1,3%
Jerman 1,1%
Afrika Selatan 1,1%
Italia 0,7%
Jepang 0,3%
Argentina -4,2%

 

Bagaimana pendapat Anda mengenai kondisi ekonomi global yang semakin melemah? Berikan pendapat dan komentar Anda pada kolom yang tersedia.

Bagikan juga informasi penting ini kepada rekan atau saudara yang belum mengetahuinya. Terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Admin. 12 Maret 2019. Global Lesu, Sri Mulyani Yakin Laju Ekonomi RI Kuartal I Aman. CNNIndonesia.com – https://goo.gl/rAFz9p
  • Nirmala Aninda. 10 Maret 2019. Ekonomi Global Tahun Ini Kemungkinan Terus Melemah. Ekonomi.bisnis.com – https://goo.gl/8cTYBJ
  • Wilfridus Setu Embu. 12 Maret 2019. Sri Mulyani Beberkan Langkah Menjaga Ekonomi RI Meski Ada Guncangan Global. Merdeka.com – https://goo.gl/SNiYgZ
  • Grace Olivia & Lidya Yuniartha. 13 Maret 2019. Ekonomi Global Melambat, Perkonomian Indonesia Bisa Tetap Menggeliat. Koran Kontan.

 

Sumber Gambar:

  • Ekonomi Global 1 – https://goo.gl/KeEmCq
  • Ekonomi Global 2 – https://goo.gl/JcHwGc
  • Ekonomi Global 3 – https://goo.gl/jXE5uK