Tahun 2023 merupakan salah satu tahun di mana banyak sekali perusahaan yang melakukan IPO, bahkan per 1 Oktober 2023 jumlah perusahaan yang IPO mencetak rekor sebanyak 66 perusahaan.
Salah satu IPO paling fenomenal adalah PT Barito Renewables Energy (BREN). Gimana nih prospeknya?
Artikel ini dipersembahkan oleh
IPO Barito Renewables Energy (BREN)
Melalui IPO-nya, PT Barito Renewables Energy Tbk. menjadi perusahaan kelima yang melantai di bursa.
Perusahaan dengan sticker code BREN ini dimiliki oleh konglomerat Prajogo Pangestu, yang juga tercatat memiliki saham pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Pertindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan sebagian kecil pada PT Gozco Plantations Tbk. (GZCO). Â
Sejak IPO tanggal 9 Oktober 2023 hingga tanggal 18 Oktober 2023, BREN mencatatkan kenaikan luar biasa mencapai sebesar 175% dalam seminggu.
Bahkan sempat menyentuh ATH-nya dengan kenaikan di atas 200%. Â Dengan jumlah penjatahan yang cukup fantastis yakni 12 % dari jumlah bidding IPO dari ritel.
Tidak heran BREN dianggap sebagai saham IPO paling sukses di tahun 2023.
Bedah Laporan Keuangan BREN dan Valuasinya
Bagaimana prospek BREN dan apakah layak menjadi saham dengan valuasi premium?
BREN merupakan salah satu anak usaha BRPT yang berfokus pada pengembangan energi modern dan terbarukan atau yang dikenal dengan EBT.
Pembangkit listrik yang digunakan oleh BREN adalah pembangkit listrik tenaga geotermal dengan lokasi di Gunung Wayang, Jawa Barat.
Uniknya, BRPT pada saat itu menggunakan anak usahanya yang berbasis di Singapura yakni Star Energy Geothermal Pte Ltd, untuk mengoperasikan geotermal.
Sebagai informasi saja, Star Energy sendiri didirikan pada tahun 2000. Selain itu, Star Energy kini menjadi perusahaan partner dari PLN, di mana seluruh listrik yang dihasilkan 100% dibeli oleh PLN.
[Baca Juga: Bunga Acuan BI Naik 6%, Ini Pilihan Investasi yang Menarik!]
Laporan Keuangan BREN
Pendirian perusahaan ini memang cukup unik, hampir sama seperti pendirian Star Energy yang cukup berliku.
Awal mula pendiriannya terjadi saat Star Energy melakukan aksi korporasi dengan membeli dua lokasi PLTP yakni Salak di Bogor dan Drajad di Garut, dengan biaya pinjaman bank sebesar USD 1,95 miliar pada tahun 2018.
Saat itu kondisi keuangan Star Energy sudah cukup buruk, dengan adanya pinjaman obligasi yang listing di Singapura belum jatuh tempo.
Dengan sigap Prajogo Pangestu mendirikan PT Barito Cahaya Nusantara, yang kemudian diubah nama menjadi PT Barito Renewables Energy sebagai induk usaha dari Star Energy, yang telah berdiri puluhan tahun.
Pendirian PT baru tersebut berfungsi untuk memperoleh pendanaan dari investor dan bank.
Oleh sebab itu, memang kondisi liabilitas BREN cukup buruk dengan utang yang tinggi, dan mengambil langkah IPO untuk memperkecil liabilitas tersebut.
Sumber: Neraca BREN pada Laporan Keuangan Kuartal I-2023
Dengan utang yang cukup besar, BREN dikategorikan sebagai Efek non Syariah. Lalu bagaimana dengan kondisi laporan laba ruginya?
Sumber: Neraca BREN pada Laporan Keuangan Kuartal I-2023
Tercatat BREN masih memperoleh laba periode tahun berjalan setelah pajak yang tidak terlalu besar.
Dan dengan kenaikan laba yang tidak signifikan, memang sangat sulit untuk diharapkan BREN dapat melunasi utang-utangnya dalam waktu cepat.
Sumber: Cheat Sheet RK Team, Oktober 2023
Dari rasio profitabilitas sebelum IPO, BREN tercatat hanya mampu menghasilkan net profit sebesar 15,99% per tahun 2022. Dan diproyeksikan akan membaik pada tahun 2023 sebesar 19,88%.
BREN sendiri memiliki valuasi yang cukup premium, tercatat BREN melakukan IPO pada tanggal 9 Oktober 2023 di harga Rp780 per lembar sahamnya.
Dengan demikian ringkasan valuasi BREN pada saat IPO dengan menggunakan patokan kondisi keuangan BREN pada tahun buku 2022 sebagai berikut jika dibandingkan dengan beberapa pesaing dalam industri sejenis:
Sumber: Analis RK Team
Surprisingly, hanya berselang 10 hari setelah IPO saham BREN ditutup di harga Rp3.790 per lembar saham, bahkan sempat menyentuh ATH pada harga Rp4.270 per lembar sahamnya.
Oleh sebab itu, tidak heran BREN disebut sebagai pendatang baru paling fenomenal di 2023. Dengan PER sebesar 314x dan PBV 152x.
Nah, jika Anda juga memiliki saham pada emiten-emiten di atas, Anda bisa review portofolio Anda dengan bantuan Perencana Keuangan untuk mengetahui apakah saham-saham tersebut masih bisa mendatangkan cuan untuk Anda.
Review sekarang dengan hubungi Customer Advisory di nomor 0851 5866 2940 atau klik banner di bawah ini.
Prospek Industri Renewables Energy
Pertama, industri EBT di Indonesia tergolong bernasib baik, karena mendapat support penuh dari pemerintah melalui Kementerian ESDM yang menargetkan pada, tahun 2025 produksi listrik di Indonesia harus sudah menggunakan EBT sebanyak 23%.
Dan juga diprediksi akan meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2050, di mana EBT akan mendominasi produksi listrik di Indonesia. Hal ini didasari dengan biaya pembangkit listik batubara yang cukup mahal.
Berikut ini perbandingan biaya listrik batubara dan bukan batubara, berdasarkan kajian dari Kementerian ESDM pada tahun 2021:
Sumber: www.esdm.go.id
Tidak heran banyak perusahaan berbasis EBT yang melakukan IPO, untuk mendapatkan modal seperti halnya PGEO, ARKO, dan KEEN.
Kedua, adanya carbon trading yang akan menguntungkan BREN, karena mereka akan memperoleh carbon credit yang dapat dijual kepada perusahaan-perusahaan listrik yang berbasiskan batubara.
Ketiga, Indonesia menjadi salah satu negara dengan proyeksi penghasil EBT dalam panas bumi yang terbesar di dunia, dan Star Energy memiliki 3 site besar untuk memproduksi panas bumi.
[Baca Juga: Investasi Saham di Tahun Politik, Ini Tantangan dan Sektor yang Dilirik]
Layak Dipertimbangkan?
Dilihat dari sisi valuasi, per artikel ini dibuat BREN sedang ditransaksikan pada kisaran harga Rp4.510-an, dengan valuasi PER 376x dan PBV 181x yang membuatnya menjadi cukup mahal.
Maka akan sangat riskan, jika kita memaksakan masuk ke saham BREN.
Dalam hal valuasi ini, jika kita bandingkan dengan saham lain yang berbasis EBT pada beberapa emiten yang masih menawarkan valuasi cukup terjangkau, seperti KEEN yang bergerak pada bidang hydro energy, yang memanfaatkan air sebagai pembangkit listrik, memiliki rasio PER 10x dan PBV 1,26x.
Ada juga, saham PGEO yang bergerak pada bisnis tenaga panas bumi milik pemerintah, dengan rasio PER 21,65x dan PBV 2,12x.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa harga saham BREN yang sudah cukup mahal, sebenarnya tidak sebanding dengan kinerja keuangan perusahaan yang masih dibebani utang relatif besar.
Di mana utang ini sangat berisiko bagi jalannya bisnis BREN, sekalipun perusahaan memiliki prospek yang menarik akan industri renewables energy di masa mendatang.
Tidak hanya itu, laba bersih yang diperoleh perusahaan juga belum bertumbuh secara optimal.
Nah, apakah Anda akan memasukkan emiten ini pada list portofolio Anda?
Apabila Anda masih butuh informasi lain seputar investasi saham, Anda bisa mendapatkan update terbaru dengan mengisi form berikut ini.
Disclaimer:Â Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.
Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi, bukan sebagai saran investasi.
Bagaimana pendapat Anda mengenai informasi di atas? Apakah menurut Anda layak dipertimbangkan? Yuk, share opini Anda di kolom komentar di bawah ini.
Â
Editor: Ratna Sri H.
Leave A Comment