Para investor, sudahkah mengenal Behavioral Finance? Ternyata, hal ini penting Anda ketahui agar tidak salah langkah mengambil keputusan.

Simak lengkapnya dalam artikel berikut ini.

 

Summary

  • Behavioral Finance merupakan suatu kajian yang meyakini bahwa ada pengaruh psikologis yang mempengaruhi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.
  • Hal yang memengaruhi para investor dalam mengambil keputusan adalah aspek kognitif dan emosi yang sangat mudah mengalami bias atau penyimpangan.
  • Bias kognitif dan bias emosi bisa diatasi dengan berbagai cara agar untuk menghindari kerugian dalam berinvestasi.

 

Perilaku Mempengaruhi Keputusan Investasi

Pernahkah terpikir oleh Anda kalau perilaku seseorang juga bisa berpengaruh dalam hal keputusan berinvestasinya? Ya, hal inilah yang kita pelajari dalam behavioral finance.

Beberapa waktu yang lalu, kita melihat saham-saham yang mengalami kenaikan signifikan. Contohnya, saham MLPL yang selama setahun terakhir ini mengalami kenaikan sebesar 648%.

Sayangnya, kenaikan harga saham ini tidak beserta dengan kondisi fundamental perusahaan yang baik. Karena, jika kita lihat nilai ekuitas selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan dan selama 3 tahun terakhir perusahaan ini mengalami kerugian.

Beberapa waktu yang lalu juga kita melihat fenomena harga batu bara yang berhasil menembus harga tertinggi sepanjang sejarah (all time high).

Kenaikan saham batu bara ini membuat beberapa investor takut ketinggalan momen atau yang kita kenal FOMO (Fear of Missing Out).

Sehingga, banyak investor yang berlomba-lomba ‘masuk’ ke saham batu bara ketika harga sudah tinggi dan akhirnya ‘nyangkut di harga yang tinggi.

Pada kondisi pasar yang bersifat rasional, seharusnya kita dapat memilih saham sesuai dengan kondisi fundamental perusahaan dan membelinya di harga yang wajar.

Kenyataannya, kondisi pasar di dunia bersifat tidak rasional karena terpengaruh oleh kondisi psikologis manusia atau yang biasa kita sebut dengan Behavioral Finance.

Lantas, apa itu Behavioral Finance?

[Baca Juga: Bagaimana Manajemen Risiko dalam Trading Saham Untuk Pemula?]

 

Pengertian Behavioral Finance

Behavioral Finance merupakan suatu kajian yang meyakini bahwa ada pengaruh psikologis yang mempengaruhi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.

Sehingga, faktor psikologi ini menyebabkan para investor melakukan hal yang tidak rasional dan tidak terprediksi.

Terkadang emosi, sifat, pengetahuan, preferensi, serta berbagai macam hal yang ada pada diri manusia melandasi munculnya keputusan dalam bertindak.

Hal ini membuat mereka kehilangan kendali, yang menjadikan mereka terlalu percaya diri atau malah menjadi terlalu pesimis.

Untuk lebih memahaminya, yuk, tonton video Finansialku berikut ini!

 

Faktor Psikologi Investor dalam Mengambil Keputusan

Dalam buku Behavioral Finance and Wealth Management karya Michael M. Pompian, yang memengaruhi para investor dalam mengambil keputusan adalah aspek kognitif dan emosi.

Namun, masalahnya adalah kedua aspek tersebut sangat mudah mengalami bias atau penyimpangan.

Jika seorang investor bersikap bias dalam mengambil keputusan, tentu ia harus waspada karena hal tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap investasinya.

Apa saja bias tersebut?

[Baca Juga: Psikologi Trading, Pentingkah Untuk Dipahami Para Traders?]

 

Bias Kognitif

Kognitif adalah sebuah proses dalam menerima, memahami dan memproses informasi yang diterima untuk menentukan suatu kesimpulan dan keputusan.

Bias kognitif menggambarkan adanya penyimpangan atau ketidakseimbangan informasi yang investor miliki. Beberapa bias kognitif yang ada seperti:

 

Representativeness Bias

Pernahkah kita melihat suatu saham perusahaan di mana harganya mengalami kenaikan yang tinggi dan seketika kita menyimpilkan bahwa saham tersebut merupakan saham perusahaan yang berfundamental baik? Nah, inilah yang kita sebut representativeness bias.

Umumnya, investor hanya mengandalkan pengalaman masa lalu yang mereka anggap dapat menjadi acuan keputusan investasi saat ini tanpa analisis mendalam.

 

Anchoring & Adjustment Bias

Informasi yang pertama kali kita dapatkan menjadi dasar utama bagi kita untuk mengambil keputusan. Investor hanya mengacu pada satu informasi tertentu sebagai dasar pengambilan keputusan.

 

Availability Bias

Saat kita membaca berita dan melihat bahwa suatu saham akan naik, maka kita langsung membeli saham tersebut tanpa mencari informasi lain dahulu.

Apa yang paling mudah dan tersedia untuk investor lakukan, itulah yang menjadi keputusan akhir investor. Seringkali, investor meyakini bahwa investor lain pun pasti melakukan yang sama dengan dirinya.

 

Self-attribution Bias

Di saat kita berhasil memperoleh return yang tinggi, maka kita akan sangat merasa puas dan memuji kemampuan kita dalam menganalisis. Tetapi, di saat mengalami kerugian kita cenderung mencari ‘kambing hitam’ atas kesalahan yang dibuat.

 

Confirmation Bias (Selection Bias)

Di saat kita ingin membeli suatu saham dan kita meyakini bahwa saham tersebut merupakan saham yang baik, maka kita cenderung mencari informasi yang memperkuat opini kita.

Sehingga informasi yang investor peroleh hanyalah informasi yang baik tentang perusahaan tersebut tanpa melihat sisi yang tidak baiknya.

 

Bias Emosi

Bias emosi adalah bias yang lebih menitikberatkan pada perasaan dan spontanitas yang muncul daripada fakta yang ada. Dengan demikian, bias emosi menggambarkan kesalahan keputusan karena mengabaikan fakta. Macam dari bias emosi yaitu:

 

Overconfidence Bias

Pernahkah Anda saat menganalisis suatu saham Anda merasa sangat percaya diri dan yakin bahwa analisis yang Anda lakukan sudah benar? Hal inilah yang kita sebut overconfidence bias.

Keputusan investasi dilakukan karena kepercayaan diri berlebih atas prediksi dan informasi yang investor miliki.

 

Loss Aversion Bias

Investor merasa dampak kerugian investasi lebih besar daripada kepuasan atas keuntungan investasi. Akibatnya, investor rela mempertahankan investasi yang tidak menguntungkan.

Misalnya, jika terdapat pilihan untuk memperoleh return 10% dengan risiko sebesar 10%, atau return 50% dengan resiko sebesar 50%. Sebagian besar orang akan lebih memilih risiko yang lebih kecil daripada memilih return yang akan diperolehnya.

 

Self-Control Bias

Investor tidak disiplin terhadap proses dan tujuan investasi yang telah mereka buat sendiri. Misalnya, jika melihat persentase penghasilan untuk menabung lebih kecil daripada persentase untuk memenuhi kebutuhan saat ini.

Sehingga, mengorbankan keuntungan jangka panjangnya untuk keuntungan jangka pendek.

 

Regret-Aversion Bias

Kondisi ketika kita pernah melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan dan kita enggan mengulanginya lagi sehingga cenderung takut untuk mengambil keputusan.

 

Greed Bias

Salah satu ciri khas manusia adalah keserakahan atau ketamakan dan memiliki keinginan untuk melakukan yang lebih baik. Meskipun harus melampaui batas kemampuan investasi yang investor miliki

Beberapa trader berusaha untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan cara mempertahankan posisinya dan berharap untuk harga dapat naik lebih tinggi.

Ada juga trader yang menambah proporsi sahamnya mereka miliki karena harganya bergerak naik untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, tanpa memikirkan bagaimana money management-nya.

[Baca Juga: Money Management, Lakukan Ini Sebelum dan Setelah Investasi]

 

Cara Mengatasi Bias 

Dari dua bias di atas, bias kognitif merupakan bias yang paling mudah diatasi jika daripada bias emosi. Bias emosi perlu pembiasaan dan pengalaman untuk mengatasinya dalam melakukan investasi.

Untuk dapat mengatasi bias kognitif, beberapa cara yang dapat kita lakukan yaitu:

  • Membuat suatu sistem trading yang sistematis.
  • Memberikan pertimbangan terhadap keputusan yang akan dibuat.

 

Untuk dapat mengatasi bias emosi cara yang dapat dilakukan yaitu:

  • Mengurangi melihat kondisi pasar secara sering.
  • Mengotomatisasi proses penjualan dan pembelian yang akan dilakukan.
  • Mencari penasehat yang sudah berpengalaman dan memiliki sertifikasi.

[Baca Juga: Mengenal Strategi Investasi Goal Based Investment]

 

Dari penjelasan di atas, kita dapat semakin mengerti kenapa kita sering melakukan kesalahan dalam melakukan investasi yang menyebabkan kerugian.

Selain cara-cara di atas, saya mengajak Anda untuk mengikuti pelatihan Bersama para professional trader dalam “Traders Lab” Cara Menambah Pemasukan Dalam Waktu 3 Bulan / Kurang!

Melalui pelatihan ini, Anda akan mengetahui bagaimana cara kerja seorang professional trader dalam meningkatkan potensi keuntungan. Sehingga Anda akan semakin percaya diri dengan trading plan yang Anda buat.

Yuk, bergabung sekarang karena ada diskon 90% sebelum kuota kehabisan. Informasi lengkapnya Anda bisa klik tombol di bawah ini.

 

Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Sobat Finansialku, itulah penjelasan mengenai behavioral finance dan cara mengatasinya.  Melalui artikel ini semoga Anda dapat memanfaatkan behavioral finance untuk memperoleh keuntungan dengan sebaik mungkin.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar, silakan tulis pada kolom di bawah ini. Jangan lupa bagikan pula informasi ini pada rekan-rekan investor lainnya. Terima kasih.

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi:

  • Admin. 12 April 2021. Behavioral Finance: Apa Sih Itu? Dan, Bagaimana Efeknya? Qmfinancial.com – https://bit.ly/30HcMwE
  • Linda Noviana. 10 November 2020. Apa Itu Behavioral Finance? Pluang.com- https://bit.ly/30L9w3x
  • Admin. 15 Maret 2021. Psikologi Keuangan 3. Kompasiana.com – https://bit.ly/3FzsRUb
  • Rivan Kurniawan. 29 November 2019. 7 PERILAKU INI BISA MENJADI ANCAMAN BAGI INVESTASI ANDA! Kampungpasarmodal.com- https://bit.ly/3x487Rl