Ada banyak faktor yang melatarbelakangi investor dalam mengambil keputusan investasi. Termasuk salah satunya adalah bias dalam behavioral finance.

Apa itu behavioral finance? Bagaimana hal tersebut dalam memengaruhi pengambilan keputusan investasi? Simak artikel berikut sampai habis.

 

Summary:

  • Menurut behavioral finance, investor kerap melakukan kesalahan dalam keputusan keuangannya, karena dipengaruhi oleh bias kognitif dan bias emosi.
  • Beberapa cara yang bisa dilakukan agar investor tidak salah ambil keputusan diantaranya membuat rencana investasi, analisa dan riset, serta evaluasi portofolio.

 

Apa itu Behavioral Finance?

Sobat Finansialku pasti sudah sering mendengar ada banyak investor yang menjadi korban investasi bodong dengan total kerugian mencapai triliunan rupiah. Ini tidak terjadi sesekali saja, tapi hampir setiap tahun.

Ada juga perusahaan yang harga sahamnya melesat 300% dalam setahun padahal masih merugi. Tidak masuk akal bukan?

Nah, behavioral finance mengkaji dan meyakini bahwa ada faktor-faktor psikologis yang memengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Pengaruh tersebut menyebabkan para investor melakukan hal-hal yang tidak rasional. Akibatnya pergerakan pasar menjadi sulit diprediksi.

behavioral finance (1)

Infografis Behavioral Finance. Sumber: Finansialku.com

[Baca Juga: Apa Itu Behavioral Finance? Investor Wajib Banget Tahu!]

 

Kenapa Behavioral Finance itu Penting?

Latar belakang pengetahuan, preferensi, sifat, bahkan emosi bisa melandasi munculnya keputusan dalam bertindak.

Hal tersebut bisa menyebabkan seseorang kehilangan kontrol diri sehingga menjadi terlalu percaya diri atau terlalu pesimis. Termasuk dalam hal berinvestasi.

Sebagai contoh, investor yang tidak mau rugi cenderung menjual saham ketika harganya sudah naik sedikit, dan menahan saham yang harganya masih rendah.

Keputusan tersebut dibuat secara impulsif dengan maksud untuk menghindari kerugian karena khawatir harga saham tersebut sewaktu-waktu jatuh.

Keputusan investasi yang dipengaruhi oleh aspek psikologis sangat berpotensi menimbulkan bias.

Apalagi jika investor mengabaikan aspek penting lain seperti basis fundamental dan analisa keuangan. Akibatnya malah berpotensi merugikan investor itu sendiri.

Kajian behavioral finance membantu investor memahami pengaruh bias dan dampaknya dalam pengambilan keputusan investasi. Sehingga investor diharapkan dapat berpikir rasional untuk menentukan pilihan investasi tanpa ada pengaruh bias.

Jika investor dapat mengidentifikasi bias dan menghindarinya, kesalahan investasi dapat diminimalisasi. Dengan demikian, nilai investasi akan meningkat.

Oleh karena itu, behavioral finance penting supaya Sobat Finansialku bisa terhindar dari potensi kehilangan uang dan lebih berhati-hati dalam berinvestasi.

Sebab, ada beberapa emosi dan perilaku menyimpang saat investasi, yang bisa membuat investor rugi. Mau tahu apa saja? Simak YouTube Finansialku berikut ini dan jangan lupa subscribe, ya!

 

 

Faktor Psikologis Investor dalam Mengambil Keputusan

Sebagai investor, Sobat Finansialku perlu mengetahui jenis-jenis bias yang bisa membawa pengaruh buruk pada proses pengambilan keputusan.

Bias-bias behavioral finance ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bias kognitif dan bias emosi. Berikut penjelasannya!

 

#1 Bias Kognitif

Bias kognitif berkaitan dengan penalaran yang salah karena kesalahan memproses informasi dan asumsi umum yang belum tentu akurat. Jenis-jenis bias ini antara lain:

  1. Anchoring & adjustment bias, yaitu pengambilan keputusan investasi yang hanya didasari pada satu informasi tertentu tanpa mempertimbangkan informasi dan faktor lainnya.
  1. Representativeness bias, yaitu pengambilan keputusan investasi yang terburu-buru, tanpa melakukan analisa yang lebih dalam, serta mengandalkan pengalaman masa lalu sebagai acuan.
  1. Self-attribution bias, ketika investor menganggap kesuksesan investasi semata-mata berkat kemampuan dirinya sendiri dalam menganalisa dan memprediksi. Namun apabila terjadi kegagalan akan selalu menyalahkan faktor eksternal.
  1. Availability bias, ketika nvestor dalam mengambil keputusan investasi hanya berdasarkan apa yang tersedia dan paling mudah.
  1. Conservatism bias, ketika investor terlambat bereaksi terhadap informasi-informasi terbaru akibat cenderung hanya percaya pada penilaian awal dan menyangkal segala perubahan informasi.
  1. Illusion of control bias, ketika investor meyakini bahwa dirinya memiliki kendali penuh atas tercapainya kinerja investasi yang dimilikinya.
  1. Hindsight bias, yaitu pengambilan keputusan investasi hanya berdasarkan keberhasilan investasi di masa lalu yang cenderung dilebih-lebihkan. Namun cenderung melupakan kegagalan investasi yang pernah dialami.
  1. Confirmation bias, ketika investor cenderung hanya mencari informasi dan fakta yang mendukung sudut pandangnya. Namun mengabaikan informasi dan fakta yang berlawanan dengan sudut pandangnya.

 

#2 Bias Emosi

Bias emosi menggambarkan perilaku berpikir subjektif yang mengedepankan intuisi dan dorongan hati daripada fakta dan kalkulasi. Jenis-jenis bias ini antara lain:

  1. Loss aversion bias, ketika investor rela mempertahankan investasi yang tidak menguntungkan karena merasa dampak kerugian investasi lebih besar dibandingkan dengan kepuasan atas keuntungan investasi.
  1. Overconfidence bias, yaitu pengambilan keputusan investasi berdasarkan kepercayaan diri investor yang berlebihan atas informasi fakta yang dimilikinya.
  1. Status-quo bias, ketika investor telah nyaman dengan kondisi investasinya dan menolak untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap investasinya.
  1. Self-control bias, ketika investor tidak memiliki disiplin dan kontrol diri yang baik dalam proses serta tujuan investasi yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri.
  1. Regret-aversion bias, ketika investor khawatir berlebihan akan dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi dari keputusan investasinya.
  1. Greed bias, ketika investor menginginkan untuk terus mendapatkan keuntungan dengan cara apapun tanpa memperhitungkan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki.
  1. Endowment bias, ketika investor hanya mengandalkan sisi sentimental sebagai dasar mengambil keputusan investasi dan mempertahankannya apa pun kondisinya.

[Baca Juga: 8 Bias Behavioral Finance dan Konsepnya dalam Investasi, Cari Tahu Yuk!]

 

Teori-teori dalam Behavioral Finance

Beberapa teori dalam behavioral finance lainnya adalah risk perception dan herding theory.

Risk perception terjadi ketika investor cenderung memiliki pertimbangan yang subjektif mengenai risiko produk investasi tertentu. Sedangkan menurut herding theory, investor cenderung untuk mengikuti keputusan kelompok, dibandingkan dengan keputusannya sendiri.

Risk perception berpengaruh pada penilaian investor terhadap risiko yang akan dihadapinya. Investor dengan persepsi risiko tinggi akan lebih berhati-hati dalam memilih produk yang akan diinvestasikan.

Sementara itu, investor dengan persepsi risiko rendah cenderung lebih berani dalam memutuskan produk investasi yang akan dibeli.

Sementara itu, herding theory menjelaskan situasi ketika investor akan secara bersama-sama melakukan penjualan karena ketakutan terhadap kerugian sehingga mengakibatkan pasar jatuh.

Investor sering melakukan ini tanpa sadar karena menganggap mengikuti keputusan orang lain memberikan keuntungan dalam berinvestasi.

Nah, jangan sampai alasan Sobat Finansialku berinvestasi hanya karena “ikut-ikutan” teman. Seperti yang terjadi pada Dara (39 tahun).

Hanya karena FOMO, Dara harus merugi hingga ratusan juta karena uangnya “nyangkut” di investasi. Simak kisahnya berikut ini!

 

Hal yang Harus Diperhatikan Agar Tidak Salah Ambil Keputusan

Ketika bias kognitif dan emosi tidak disertai dengan proses pengambilan keputusan yang matang, investor berpotensi melakukan kesalahan yang berujung pada kerugian.

Untuk mencegah hal tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan:

 

#1 Menganalisa Informasi Secara Komprehensif dan Objektif

Investor harus memiliki pemikiran yang kritis. Selain mendalami isu terkini dan memantau kondisi pasar, investor juga harus mempelajari laporan keuangan fundamental perusahaan dan mengevaluasi kinerja bisnis perusahaan.

Dengan begitu investor dapat memilah informasi sesuai dengan kebutuhannya.

 

#2 Mengenali Profil Risiko dan Tingkat Toleransi Risiko

Pemilihan instrumen investasi perlu Anda sesuaikan dengan profil risiko. Mengetahui profil risiko diri dapat membantu investor menetapkan tingkat toleransinya terhadap risiko.

Tingkat toleransi tersebut dapat menjadi tolok ukur kesiapan investor dalam menerima kerugian yang mungkin terjadi ketika berinvestasi.

 

#3 Mengevaluasi Portofolio Investasi Secara Berkala

Seiring berjalannya waktu, kondisi pasar tentu mengalami kenaikan dan penurunan. Kondisi ini dapat membuat alokasi portofolio investor tidak sesuai dengan rencana aset alokasi awal yang sudah ditetapkan.

Untuk itu, Anda sebagai investor perlu melakukan rebalancing portfolio untuk mengatur kembali alokasi aset agar sesuai dengan tujuan awal.

Perencana Keuangan Finansialku siap membantu untuk melakukan review portofolio investasi Anda. Yuk, buat janji konsultasi secara 1 on 1 dengan cara klik banner di bawah ini, sekarang!

konsul- INVESTASI Q3 23

 

#4 Membuat dan Menerapkan Investasi yang Terencana

Investasi bukan hanya soal market timing atau sekedar ikut-ikutan. Tetapi harus dirancang sedemikian rupa agar optimal dan relevan dengan tujuan keuangan.

Untuk itu, sebagai investor harus memiliki strategi jangka waktu investasi, batasan kapan harus menjual, batas kerugian yang bisa ditolerir, dan berbagai strategi lainnya.

 

Atur Strategi Investasi Bersama Ahli!

Sobat Finansialku, itulah penjelasan seputar behavioral finance yang penting diketahui oleh Anda sebagai investor.

Dengan adanya bias-bias yang bisa memengaruhi keputusan berinvestasi, maka sebaiknya atur strategi investasi Anda dengan tepat bersama ahlinya.

Untuk mendapatkan arahan yang lebih komprehensif, langsung saka diskusi bersama Perencana Keuangan Finansialku. Hubungi Customer Advisory via WhatsApp di nomor 0851 5866 2940 dan buat janji konsultasi!

 

Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Semoga artikel seputar behavioral finance kali ini bermanfaat, ya.

Jangan lupa bagikan informasi ini kepada teman-teman investor lain agar tidak salah mengambil keputusan investasi. Terima kasih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Referensi:

  • Admin. Behavioral Finance. maksi.binus.ac.id- http://tinyurl.com/k5u3hpvu
  • Raditha Maryam. 2 Februari 2023. Behavioral Finance: Definisi, Konsep, Bias, dan Pengaruhnya dalam Pengambilan Keputusan Investasi. Konsultanku.co.id- http://tinyurl.com/3ftykk8e
  • Budi Frensidy. 22 Maret 2022. Wake Up Call: Behavioral Finance Tentang Tingkat Laku Investor. Kontan.co.id- http://tinyurl.com/2n74xcn8
  • Admin. Behavioral Finance. Pluang.com- http://tinyurl.com/2p8cj2z7
  • Admin. 26 September 2021. Pentingnya Mengetahui Behavioral Finance Saat Berinvestasi. Swa.co.id- http://tinyurl.com/3ddv8d5d
  • Admin. Faktor Psikologis dalam Investasi Saham. Bions.id- http://tinyurl.com/3k229zcf