Tahukah Anda bagaimana gaya kepemimpinan Jawa dalam menjalankan pemerintahannya? Mari kita simak bagaimana kepemimpinan yang satu ini.

Selamat membaca…

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Lifestyle (rev)

 

Tokoh Kepemimpinan Jawa Dalam Sejarah

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”

Terjemahannya: (Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”)

 

Mengenal kepemimpinan Jawa, perlu diakui, jika tokoh Patih Gajah Mada menjadi figur sejarah yang cukup banyak dikenal oleh masyarakat.

Tipe Kepemimpinan dalam Organisasi, yang Manakah Anda 02

[Baca Juga: Kenali Gaya Kepemimpinan Direktif dan Pengaruhnya Pada Bawahan]

 

Kalimat di atas merupakan sumpah dari seorang Gajah Mada yang ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Paraton, dan dikenal sebagai Sumpah Palapa.

Sedikit membahas sejarah, Mahapatih Gajah Mada merupakan bagian sejarah dari Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya dengan gelar Kertajasa Jayawardhana (1293-1309).

Kata Majapahit berasal dari kata ‘buah maja yang rasanya pahit’, yang mana buah tersebut banyak ditemukan di daerah hutan tempat kerajaan Majapahit berdiri.

Pada awalnya Majapahit berpusat di Mojokerto, Jawa Timur tetapi pada era Jayanegara Ibukota dipindahkan ke Triwulan, lalu pada tahun 1456 berpindah lagi ke Kediri.

Skill Kepemimpinan 01 - Finansialku

[Baca Juga: Mengenal Gaya Kepemimpinan Erick Thohir, Sang Menteri BUMN]

 

Kejayaan kerajaan Majapahit semakin maksimal diera rajanya yang keempat yakni Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan bersama dengan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil menaklukan 98 kerajaan dan mempersatukan nusantara.

Kerajaan Majapahit adalah salah satu imperium terbesar pada abad ke-13 dan menjadi kerajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai Nusantara.

Sebab setelah Raja Hayam Wuruk wafat di tahun 1389, kerajaan ini mulai goyah dan berangsur redup setelah mengalami berbagai konflik di tengah keluarga kerajaan.

Termasuk serangan Kerajaan Islam Demak dengan rajanya yaitu Raden Patah yang merupakan anak dari Raja Majapahit Prabu Brawijaya, serangan itu berhasil menaklukan Majapahit hingga akhirnya runtuh pada 1478 M.

 

Ciri-ciri Kepemimpinan Jawa

Sepertinya kita perlu tahu seperti apa ciri-ciri dari kepemimpinan Jawa. Berikut ini adalah ciri tersebut.

 

#1 Monocentrum

Monocentrum bermakna bahwa kepemimpinan berpusat pada figur yang tunggal. Kepemimpinan Jawa bersifat tunggal, yakni berpusat pada satu orang (monoleader atau monocentrum).

Dalam hal ini, sering kita temui pada banyak pemimpin kita di Indonesia.

Mengenal Kepemimpina Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 01 Finansialku

[Baca Juga: Cocok di Hati Milenial, Ini Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo!]

 

Ternyata itu bukan hanya ada di Indonesia saja, karena pada belahan dunia lain pun demikian, pemimpin yang berpusat pada satu tokoh.

Dan tentu saja bila demikian akan menjadi satu kelemahan tersendiri. Karena akan surutnya sistem pemerintahan bila satu tokoh tersebut pudar selama memerintah.

 

#2 Metafisi

Kepemimpinan Jawa juga berciri Metafisis. Metafisi di sini selalu dikaitkan dengan hal metafisik seperti wahyu, pulung, drajat, keturunan (nunggak semi), dan sebagainya.

Mengenai ini kita bisa memperhatikan bagaimana kepemimpinan kraton Jogja sebagai contoh dalam menentukan pemimpin mereka, yang mana berdasarkan nunggak semi atau keturunan.

Mengenal Kepemimpina Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 02 Finansialku

[Baca Juga: Ternyata Ini Gaya Kepemimpinan Anies Baswedan! Cek Yuk]

 

#3 Etis

Ciri yang satu ini pada kepemimpinan Jawa, lebih mengarah kepada apa yang baik dan buruk itulah yang menjadi dasar dalam memilih.

 

#4 Pragmatis

Ciri kepemimpinan Jawa  yang bersifat pragmatis adalah memunculkan tokoh yang kontroversi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam memimpin.

 

#5 Sinkretis

Ciri kepemimpinan Jawa yang satu ini mengambil dari berbagai pengajaran agama, yang mempengaruhi lingkungan Jawa.

 

Falsafah Kepemimpinan Jawa

Dalam kepemimpinan Jawa ada falsafah-falsafah yang tertanam sangat dalam. Falsafah tersebut adalah sebagai berikut:

 

#1 Falsafah Kepemimpinan Sumur dan Sungai

Orang Jawa sering menggunakan falsafah sumur dan sungai. Sumur adalah sumber mata air yang jernih.

Falsafah Kepemimpinan Jawa ini sering digelitik dengan ungkapan Jawa: Sumur Marani Tinimba. Artinya, sumur itu dapat berfungsi ketika ditimba airnya.

Bagaimana Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan 01 - Finansialku

[Baca Juga: Kenali Gaya Kepemimpinan Paternalistik Berikut Ini!]

 

Air sumur tidak akan berfungsi bila di dalam sumur terus tanpa ditimba. Jika pemimpin Jawa menerapkan falsafah sumur, berarti selalu ingin dilayani.

Pimpinan yang minta dilayani bawahan jelas bukan panutan. Seharusnya, pimpinan itu melayani rakyat, bukan sebaliknya.

Berbeda dengan politik model sungai. Falsafah yang dijunjung tinggi oleh sungai adalah kegunaan bagi orang lain.

 

#2 Falsafah Kepemimpinan Prasaja dan Manjing Ajur-ajer

Kepemimpinan prasaja (sederhana) adalah suatu falsafah hidup. Atas dasar falsafah kepemimpinan Jawa prasaja dan ajur-ajer, maka pegangan kepemimpinan Jawa ini yaitu:

  1. Aja Gumunan, Falsafah Aja Gumunan ini mengajarkan pemimpin untuk bersifat tenang dan berwibawa, tidak terlalu terheran-heran dengan suatu hal.
  2. Aja Kagetan. Falsafah aja kagetan, adalah rasa tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal di luar dugaan, dan tidak boleh sombong.
  3. Aja Dumeh. Dan yang terakhir, aja dumeh ini sering kali pemimpin kalah pada hal ini. Banyak pemimpin yang merasa sebagai keturunan ningrat.

 

#3 Falsafah Kepemimpinan Suket Teki

Pada falsafah ini kepemimpinan Jawa di ajarkan untuk tidak menjadi seperti rumput teki. Suket teki sendiri adalah rumput teki, yang artinya watak seorang pimpinan yang sulit dihilangkan.

Watak pimpinan yang menahun, sudah mengendap, sehingga sulit dipengaruhi orang lain. Itulah kondisi suket teki, memang sulit dimatikan dengan cara apa pun.

Mengenal Kepemimpina Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 03 Finansialku

[Baca Juga: Mengenal Gaya Kepemimpinan Represif yang Lebih Seram Dari Otoriter]

 

Konotasi pemimpin berfalsafah suket teki tidak selalu baik. Maksudnya, pimpinan suket teki berarti wataknya yang jelek sulit dihilangkan.

Banyak pemimpin yang berwatak otoriter, senang memerintah (dhawuh) saja, tanpa memperhatikan kondisi bawahan.

 

#4 Falsafah Kepemimpinan Astabrata

Astabrata, adalah wejangan tentang darmaning ratu gung binathara, untuk membangkitkan semangatnya.

Asta berarti delapan dan brata berarti bertapa atau memenuhi kewajiban.

Astabrata dimaknai sebagai kewajiban seorang pemimpin yang bijak dalam menghadapi rakyat yang multi kultural.

Ajaran tersebut sudah banyak dibahas oleh siapa saja, baik di area sastra, budaya, dan politik. Di bagian lain Rama memberikan wejangan kepada Bharata, disebut sastracetha.

Ajaran ini pun juga memuat pentingnya gaya kepemimpinan dalam mengatasi berbagai hal. Dan kedelapan wejangan, yaitu:

 

Download Sekarang! Ebook PERENCANAAN KEUANGAN Untuk USIA 30-an, GRATIS!

12 Ebook Perencanaan Keuangan 30an

 

Laku Hambeging Indra

Di mana maknanya, pemimpin harus kuat, tidak mudah goyah, menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat hati dan tidak berpura-pura.

Seorang pemimpin haruslah adil seperti air, yang jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya.

 

Laku Hambeging Yama

Meneladani sikap dan sifat Dewa Yama. Dewa yang adil tidak pilih kasih. Kepemimpinan Jawa meneladani dewa Yama ini.

 

Laku Hambeging Surya

Seorang pemimpin yang baik harus selayaknya matahari yang bersikap adil dan teguh.


 

Laku Hambeging Candra

Dalam bahasa Jawa bulan adalah candra.

Jadi bagi kepemimpinan Jawa pemimpin itu harusnya seperti bulan yang pada saat gelap atau dalam masalah, pemimpin itu tetap memberikan cahaya pada rakyatnya.

 

Laku Hambeging Maruta

Maruta yang berarti angin. Bagi pemimpin Jawa, seorang pemimpin itu harus layaknya angin yang bisa memasuki seluruh lapisan rakyatnya, meneliti kondisi dan keadaan mereka.

 

Laku Hambeging Bumi

Bagi pemimpin Jawa landasan ini cukup tertanam, yaitu seorang pemimpin harus rela berkorban bagi rakyatnya.

Seperti bumi yang rela di cangkul dan di injak demi kepentingan manusia.

9 Gaya Kepemimpinan Dale Carnegie yang Dapat Kamu Terapkan Sekarang 02 - Finansialku

[Baca Juga: Mengenal Serba-serbi Gaya Kepemimpinan Strategis]

 

Laku Hambeging Baruna

Baruna yang berarti samudra yang luas. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang siap menampung apa saja yang hanyut dari daratan.

 

Laku Hambeging Agni

Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api (agni), yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap nasionalisme.

 

Nah itu dia kepemimpinan Jawa dan falsafah yang dianutnya.

Bagaimana menurut Anda, bagus ya falsafah itu, bila semua pemimpin-pemimpin kita menerapkannya dalam kepemimpinannya.

 

Semoga informasi ini cukup dalam memenuhi kebutuhan informasi Anda seputar kepemimpinan Jawa. Silakan berbagi artikel ini ya kepada banyak orang. Terima kasih

 

Sumber Referensi:

  • Admin. 21 Agustus 2020. BUDAYA Etika Kepemimpinan Jawa. Indonesia.go.id – https://bit.ly/326q4jN
  • Okenews. 24 Mei 2018. Konsep Jawa Tentang Kepemimpinan. Oknews.co.id – https://bit.ly/325Hr4g
  • Anugerah Ayu Sendari. 10 Desember 2019. 40 Kata-Kata Pepatah Jawa, Beri Pesan Penuh Makna. Liputan6.com – https://bit.ly/35VzobB
  • Admin. 29 Juni 2020. MENGENAL KERAJAAN TERBESAR DI NUSANTARA DARI SRIWIJAYA HINGGA MAJAPAHIT. Mtbfm.co.id – https://bit.ly/3emGeKN
  • Admin. 7 Februari 2020. Sejarah Kerajaan Majapahit: Imperium Terbesar yang Kini Runtuh. Kumparan.com – https://bit.ly/384xOXu
  • Sapto Andika Candra. 18 Desember 2017. Mengintip Delapan Kunci Kepemimpinan Raja Jawa. Republika.co.id – https://bit.ly/2TPZqYc
  • Titi Mumfangati. 3 Juli 2012. ASTHABRATA: FIGUR PEMIMPIN IDEAL. Jogjaprov.go.id – https://bit.ly/3oViF0L
  • Hadi Susanto. 17 Agustus 2016. Konsep Kepemimpinan Jawa. Bagawanabiyasa.wordpress.com – https://bit.ly/32mprTx

 

Sumber Gambar:

  • Mengenal Kepemimpinan Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 01 – https://bit.ly/3eJojOD
  • Mengenal Kepemimpinan Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 02 – https://bit.ly/2U8ZodS
  • Mengenal Kepemimpinan Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 03 – https://bit.ly/3pcVorh
  • Mengenal Kepemimpinan Jawa dan Falsafah-falsafahnya. 04 – https://bit.ly/32qCsLD