Jika di bulan Desember ada santa claus rally, maka di bulan Januari ada January effect. Seperti apa sebenarnya fenomena ini?

Berikut akan Finansialku bahas selengkapnya dalam ulasan di bawah ini!

 

Summary:

  • January effect adalah kejadian di pasar modal yang terjadi ketika harga saham meningkat di awal tahun, terutama di bulan Januari.
  • Menghadapi fenomena January effect sebaiknya investor tetap berstrategi dan objektif dalam melihat serta mempertimbangkan keputusan berinvestasi. 

 

Apa itu January Effect?

Memasuki awal tahun, para investor banyak menantikan momen-momen kenaikan harga saham, atau January effect.

January effect adalah fenomena di pasar modal atau sebuah anomali, di mana harga saham di awal tahun, khususnya bulan Januari, mengalami kenaikan.

january effect

Ilustrasi January Effect. Sumber: snips.stockbit.com

 

Biasanya kenaikan harga saham di bulan Januari ini diawali dari peristiwa atau aksi di bulan Desember sebelumnya, seperti window dressing.

Efek ini membuka peluang bagi para investor untuk membeli saham ketika harga lebih rendah sebelum Januari. Lalu, mereka dapat menjualnya setelah harga sahamnya naik di awal tahun.

 

Bagaimana January Effect Bisa Terjadi?

Berdasarkan teori-teori yang ada, terdapat beberapa asumsi tentang bagaimana January effect saham bisa terjadi.

Pertama, para manajer investasi cenderung untuk menjual kepemilikan saham berkapitalisasi rendah dengan alasan menghindari pajak di akhir tahun. Lalu, saat awal tahun mereka akan kembali membelinya yang berdampak pada kenaikan harga saham tersebut.

Kedua, para manajer investasi akan membeli saham-saham yang dinilai memiliki kinerja baik pada tahun tersebut. Di bulan Januari, para manajer investasi akan membentuk kembali portofolio investasi mereka pada laporan tahunan pemegang saham.

Itulah kenapa para manajer investasi baru melakukan pembelian di bulan Januari yang menyebabkan harga saham mengalami kenaikan.

Ketiga, ketika individual investor memperoleh bonus akhir tahun, mereka memanfaatkannya untuk memborong beberapa saham. Hal tersebut tentunya membuat harga saham mengalami kenaikan di bulan Januari.

[Baca Juga: Contoh Investasi Jangka Panjang, Tujuan, dan Rekomendasi Sahamnya]

 

Sejarah Fenomena January Effect

Sejarah January effect berawal ketika seorang investment banker dari Amerika Serikat bernama Sidney B. Wachtel melakukan observasi saham pada tahun 1942. Periode observasinya sendiri mulai dari tahun 1925 dengan menggunakan data stock market di AS.

Dari hasil observasinya, Sidney menunjukkan bahwa saham-saham dengan small cap atau kapitalisasi kecil cenderung mengalami kenaikan harga di awal tahun.

Kenaikan harga saham-saham kecil ini justru mengalahkan kenaikan harga pada kapitalisasi lainnya seperti mid dan bahkan large cap. Hal tersebut terjadi karena adanya kinerja yang positif sebelum pertengahan bulan Januari.

Kemudian, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rozeff dan Kinney muncul dengan mendukung observasi tersebut.

Rozeff dan Kinney melakukan penelitian mengenai analisis data bursa saham Amerika (New York Stock Exchange) dalam kurun waktu sejak tahun 1904 sampai 1974.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa return saham lebih besar lima kali lipat, khususnya pada saham-saham yang kapitalisasinya kecil.

Selama bulan Januari, rata-rata return pasar saham adalah sebesar 3,48%. Sedangkan, selain di bulan Januari, rata-rata return hanya sebesar 0,42%.

Tak hanya itu, salah satu firma investasi yaitu Salomon Smith Barney juga melakukan research mengenai analisis data saham dari tahun 1972 sampai 2002.

Berdasarkan risetnya, Barney menemukan bahwa saham-saham berkapitalisasi rendah memiliki potensi untuk mengungguli saham-saham berkapitalisasi besar hingga 0,82% di bulan Januari.

Namun, di bulan lainnya, saham-saham small cap tersebut justru underperform atau berkinerja buruk. Dengan demikian, Barney berasumsi bahwa January effect adalah suatu fenomena yang semakin tidak penting.

 

Fenomena January Effect di Indonesia

Di Indonesia, pada rentang waktu tahun 2013 sampai 2023, khususnya di bulan Januari, terlihat bahwa January effect mengalami kinerja yang positif.

Kalau kita hitung berdasarkan probability-nya, selama 11 tahun ke belakang, kurang lebih 64% di bulan Januari pasti berkinerja positif. Kecuali pada tahun 2020-2021 ketika masih mengalami dampak pandemi.

Meskipun begitu, IHSG memang selalu cenderung meningkat sepanjang bulan Januari. Pada bulan Januari tahun 1991-2020, IHSG mengalami penurunan. Maka dapat kita simpulkan bahwa IHSG masih cenderung naik turun alias fluktuatif pada bulan Januari.

Berdasarkan data yang ada, kinerja IHSG di Indonesia justru lebih kuat terjadi di bulan Februari. Daripada bulan Januari, kinerja Februari jauh lebih baik dengan probability kinerjanya positif hingga 82%.

Maka dari itu, perlu Anda ketahui bahwa January effect bukanlah hal yang akan selalu terjadi di bursa saham Indonesia.

Poin pentingnya, jika Anda ingin memanfaatkan peluang dari January effect adalah perhatikan grafik atau fundamental saham dengan cermat.

Agar Sobat Finansialku lebih memahami fenomena January effect dan dampaknya terhadap investasi, yuk, simak Podcast Finansialku berikut ini!

 

Cara Mengantisipasi January Effect

Sebagai seorang investor, khususnya investor jangka panjang maka perlu mengantisipasi fenomena January effect.

Perencana Keuangan Finansialku, Gede Indra Gautama, S.E., CFP® menjelaskan bahwa para investor jangka pendek bisa menyikapi January effect sebagai peluang untuk mengkapitalisasi atau memaksimalkan keuntungan.

Untuk mendapatkan keuntungan, investor harus membelinya pada saat harga saham rendah. Kapan itu terjadi? Tentunya pada saat para manajer investasi melakukan penjualan di akhir tahun.

Di bulan Desember itulah investor jangka pendek sudah bisa mempertimbangkan saham-saham yang kiranya sudah cukup menarik untuk Anda beli.

Jadi, ada baiknya para investor jangka pendek mulai merencanakan beli saham di bulan sebelumnya tepatnya dari bulan Desember. Kemudian untuk strategi investor jangka panjang bisa lebih mementingkan untuk tetap hold dan stay invested.

Karena pada dasarnya, para investor tersebut memang berinvestasi saham untuk mewujudkan tujuan keuangan jangka panjang.

Oleh karena itu, akan lebih bijak dan efisien bagi investor jangka panjang untuk tidak terlalu mengkapitalisasi atau mengambil keuntungan dari January effect.

Pasalnya, tidak ada yang bisa menjamin January effect akan selalu terjadi walaupun secara historis memang terjadi setiap tahunnya.

Agar Sobat Finansialku tidak salah mengambil langkah berinvestasi, Perencana Keuangan Finansialku siap membantu menyusun strategi investasi yang tepat untuk Anda.

Yuk, buat janji konsultasi secara 1 on 1 dengan klik banner di bawah ini.

konsul- INVESTASI Q3 23

 

Fenomena January Effect di Pasar Saham Luar Negeri

Sepanjang 13 dekade atau 130 tahun di Australia, hanya di dua dekade terakhir yang peluang untuk January effect rendah, yakni hanya mencapai 50%. Kemudian di Jepang, peluang terjadinya January effect cukup volatile atau naik turun.

Sedangkan, untuk di UK dan US juga hampir mirip seperti apa yang terjadi di Australia, yakni peluang January effect paling tinggi hanya di 50-60%.

Kesimpulannya adalah dari 4 negara ini, bisa kita lihat dalam dua dekade terakhir peluang terjadinya January effect mulai berkurang.

Jadi, dalam jangka panjang atau beberapa tahun ke depan mungkin para investor harus lebih bijak untuk tidak terlalu memanfaatkan peluang January effect.

[Baca Juga: Mengenal Chart Saham untuk Analisis Harga, Biar Makin Cuan!]

 

Dampak January Effect Terhadap Investasi

Untuk strategi investasi jangka pendek, January effect tentu menawarkan peluang keuntungan yang lebih besar. Para investor jangka pendek dapat memaksimalkan keuntungan tersebut, dengan catatan itu tidak mengganggu investasi yang sifatnya jangka panjang.

Namun, untuk investasi jangka panjang, sebaiknya tetap stick to the plan dan tidak berinvestasi atau kapitalisasi dari January effect.

Ketika berinvestasi, Sobat Finansialku harus benar-benar objektif dalam melihat dan mempertimbangkan berdasarkan data-data yang ada.

Tidak perlu fomo dan terburu-buru melakukan investasi. Pastikan dulu target investasi Anda, lalu tentukan produk investasinya yang sesuai.

Untuk bisa menentukannya dengan tepat, Anda bisa membaca ebook dari Finansialku berjudul Panduan Praktis Menuju Investasi yang Sukses.

Apabila butuh advice terkait investasi, Anda bisa menghubungi Customer Advisory melalui WhatsApp di nomor 0851 5866 2940 untuk buat janji konsultasi bersama Perencana Keuangan Finansialku. Semoga membantu!

 

Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Selain artikel di atas, Anda juga bisa mendengarkan podcast Finansialku di iTunes maupun Spotify, lho.

Jangan lupa tuliskan pendapat Anda di kolom komentar, dan bagikan informasinya kepada rekan-rekan investor lainnya. Terima kasih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

 

Editor: Muhammad Dicky Syaifudin

Sumber Referensi:

  • Finansialku Talk Podcast Eps. 168 – January Effect Mitos atau Fakta? Dan Dampaknya Terhadap Investasi. Spotify.com – https://shorturl.at/aow03