Apakah betul seorang perfeksionis tidak bisa menjadi pebisnis? Saya sendiri pun seorang perfeksionis dan sampai sekarang belum berhasil berbisnis.

Penasaran nih, apa sih alasannya seorang perfeksionis tidak bisa menjadi pebisnis? Yuk cari tahu jawabannya di sini:

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Start It Up

 

QUIZ: Apakah Anda juga Seorang Perfeksionis?

Mari bermain quiz sejenak untuk mengetahui apakah Anda seorang perfeksionis atau bukan.

Caranya adalah dengan melihat apakah Anda lebih banyak menjawab jawaban terakhir dari setiap pertanyaan, atau lebih banyak menjawab jawaban lainnya dari tiap pertanyaan.

Selamat bermain!

[viralQuiz id=31]

 

So, bagaimana dengan hasil tes Anda? Apakah Anda seorang realis atau perfeksionis? Berikut ini penjelasannya:

 

#1 Realis

Berdasarkan tes ini, Anda melihat dunia dengan cara yang realistis. Anda melihat gambar dari apa yang terlihat di gambar, bukan apa yang tersembunyi. Anda sangat praktis dan logis, cenderung untuk tidak dipengaruhi emosi saat memberikan penilaian.

 

#2 Perfeksionis 

Anda cenderung untuk memperhatikan detail dari setiap gambar. Anda biasanya bekerja keras untuk mencapai target. Anda tidak mau membuat kesalahan dan berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang penting.

 

Jika masih ragu, simak beberapa ciri perfeksionis berikut:

 No Karakteristik Ya Tidak

1

Saya menetapkan ekspektasi yang tidak realistis dalam diri sendiri

   

2

Saya sangat tidak mudah percaya pada orang lain

   

3

Saya mengontrol segala-galanya

   

4

Saya punya ekspektasi yang tidak masuk akal pada orang lain

   

5

Saya punya level stres yang tinggi

   

6

Orang lain melihat Anda sebagai orang yang tahu segalanya

   

7

Saya sering merasa kesepian

   

 

Apakah Anda lebih banyak menjawab “ya” atau “tidak”?

  • Jika Anda lebih banyak menjawab ya pada setiap poinnya, maka artinya Anda adalah seorang perfeksionis.
  • Sedangkan jika Anda lebih banyak menjawab tidak, artinya Anda bukanlah seorang perfeksionis.

 

Bagaimana hasil tes Anda? Apakah Anda juga seorang perfeksionis? Jika iya, kemungkinan besar Anda mengalami kesulitan dalam berbisnis.

Namun jangan khawatir, Anda bisa mengatasinya kok! Yuk simak beberapa alasan seorang perfeksionis tidak bisa menjadi pebisnis termasuk solusinya berikut ini!

 

5 Alasan Seorang Perfeksionis Tidak Bisa Menjadi Pebisnis

Seseorang yang perfeksionis (perfectionist) umumnya memiliki sebuah standar yang tinggi bagi diri mereka sendiri dan bagi orang lain.

Dalam lingkungan kerja, sebagai seorang karyawan, mereka menganggap tanggung jawab sebagai sebuah hal yang serius.

Mereka tidak pernah mengerjakan sesuatu apapun tanpa mengeceknya berkali-kali bahkan sampai hal yang terkecil sekali pun. Mereka juga selalu memastikan setiap hasil kerjanya sempurna.

Hidup-di-Kota-Besar-Tidak-Mudah-3-Karyawan-Finansialku

[Baca Juga: 15 Bisnis Sampingan untuk Pensiunan yang Boleh Dipertimbangkan]

 

Walau kedengarannya tidak ada yang salah dari sifat perfeksionis ini, namun terkadang sifat ini membuat orang lain terganggu.

Alasannya, seorang perfeksionis biasanya juga mengharapkan hal yang serupa dari rekan kerjanya.

Namun perfeksionis yang selalu unggul dalam pekerjaan belum tentu bisa menjadi seorang pebisnis yang baik.

Ini sangat disayangkan karena sifat perfeksionis mereka terkadang menjadi penghambat kesuksesannya.

Apa saja alasan seorang perfeksionis tidak bisa menjadi pebisnis? Melalui artikel berikut ini, Finansialku akan menjabarkan 5 alasan utamanya agar bisa Anda hindari!

Apabila Anda berambisi untuk menjadi seorang entrepreneur sukses, Anda harus bisa mengatur keuangan pribadi dan bisnis sehingga usaha Anda berjalan dengan lancar! Dapatkan panduannya melalui ebook Finansialku di bawah ini!

Free Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal

 

#1 Selalu Mengerjakan Semuanya Sendiri

Seorang yang perfeksionis percaya bahwa hanya dirinya sendirilah yang bisa melakukan suatu pekerjaan dengan benar. Akibat sikap ini, mereka akan menghadapi 2 situasi berikut ini:

  • Jika mereka memiliki sebuah tim dengan suatu tugas tertentu, mereka akan mengamati hingga hal terkecilnya dalam setiap prosesnya. Saya sendiri sebagai seorang perfeksionis sadar, hal ini sangatlah melelahkan.
  • Mereka tidak suka mempekerjakan atau meng-outsource apapun, karena mereka takut akan hasilnya jika tidak bisa mengontrol prosesnya. Mereka akan merasa bahwa sesuatu akan berjalan tidak sebagaimana mestinya jika tanpa kontrol mereka.

 

Masalahnya di sini, sebuah bisnis atau usaha akan selalu berkembang dan menjadi semakin luas, sehingga tidak akan bisa dilakukan oleh satu orang saja.

Bahkan seorang perfeksionis akan merasa kewalahan mengecek seluruh prosesnya.

Cara Mendidik Keuangan Karyawan Agar Tetap Sejahtera 02 Stress - Finansialku

[Baca Juga: Konsultasi : Bisnis Startup itu Sebenarnya Apa? Apakah Menguntungkan?

 

Pada suatu titik, mereka akan merasa buntu karena tidak ada cukup waktu dalam sehari untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya.

Pada akhirnya, ini berarti ada tugas yang tidak akan terkontrol, dan ini akan membuat seorang perfeksionis stres.

Saya pun seorang perfeksionis dan saya pernah mengalaminya. Saya dulu bekerja di sebuah perusahaan sebagai project manager, tugas saya adalah mengontrol setiap bagian agar proyek tersebut berjalan lancar dan semestinya.

Namun sering kali anggota tim lambat atau mengerjakan sesuatu tidak sesuai kesepakatan, meski saya sudah mengingatkannya berkali-kali.

Apabila saya mengingatkannya terlalu sering, mereka akan berkata:

“Coba kamu yang kerjakan kalau mau seperti itu.”

 

Andai saya punya waktu 48 jam sehari, saya mau mengerjakannya sendiri. Sayangnya itu tidaklah mungkin. Saya pun menjadi frustasi dan tidak pernah puas dengan hasil proyek saya.

Ini hanya satu kasus di mana saya mengepalai sebuah tim, bukan menjalani sebuah bisnis besar.

Tidak terbayang bagaimana jadinya jika saya menjadi pebisnis dan harus mengontrol semuanya. Itu sangat mustahil!

Solusinya pun tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan pemahaman bahwa tidak semua orang sempurna, tidak semua orang perfeksionis.

Jadi, Anda harus mulai belajar melepaskan kontrol sedikit demi sedikit dan mempercayakan orang lain untuk melakukannya.

Ini adalah proses yang panjang, namun bisa dilakukan selangkah demi selangkah.

 

#2 Tidak Mampu Menerima Masukan dari Luar

I think it’s very important to have a feedback loop, where you’re constantly thinking about what you’ve done and how you could be doing it better.” – Elon Musk

 

Seorang perfeksionis percaya dengan sungguh-sungguh bahwa hanya merekalah yang bisa melakukan sesuatu dengan benar. Saat sebuah masukan datang (baik positif maupun negatif), mereka selalu membentengi dirinya.

Seorang perfeksionis kerap merasa kesulitan untuk mengakui kelemahannya.

Saat banyak pebisnis mencari masukan dan saran dari orang lain dalam membangun bisnisnya, seorang perfeksionis cenderung mengurus semuanya sendiri dan percaya bahwa campur tangan orang lain hanya akan menghalangi mereka dalam mencapai tujuannya.

Salah satu pebisnis perfeksionis yang ternama adalah Steve Jobs. Jobs dikenal selalu mengontrol penuh setiap aspek pengembangan produk Apple sehingga memaksa setiap karyawan datang kepadanya untuk meminta persetujuan dari setiap detail inovasi produknya.

Namun dirinya pun terkenal akan pemecatan karyawan akibat kemarahannya dan ketidakpuasannya, sehingga ia dibatasi oleh perusahaannya pada titik tertentu.

Meskipun pernah begitu, Jobs melakukan transformasi saat ditunjuk kembali untuk menyelamatkan perusahaan Apple. Ia pun mengurangi sifat perfeksionisnya sejak saat itu.

5 Kisah Perubahan Strategi Bisnis Yang Dilakukan Oleh Perusahaan 03 Apple - Finansialku

[Baca Juga: Tito Sulistio: Startup Bisa Melantai Di Bursa Efek Indonesia]

 

Saya pun pernah mengalami hal yang sama, di mana saya paling kesal saat seseorang mengkritik saya dan mengatakan apa yang saya kerjakan itu salah.

Jika disertai dengan bukti otentik, saya akan menerimanya dengan senang hati. Namun terkadang pihak yang memprotes hanya mengkritik tanpa ada bukti kebenarannya.

Tapi, seiring waktu berjalan saya mencoba membuka diri dan belajar melihat sudut pandang bisnis dari mata orang lain.

Dengan demikian saya belajar untuk melihat lebih luas dan melakukan yang terbaik dengan bantuan orang lain.

 

#3 Perfeksionis Menghambat Peluncuran

Saat seorang perfeksionis memutuskan untuk menjalani semuanya sendiri, dirinya akan mengembangkan sebuah produk atau jasa yang dipercayanya memiliki peminat atau konsumen.

Dirinya akan mengembangkan bisnis dan menentukan timeline-nya, seperti apa yang banyak pebisnis lakukan.

Perbedaan pebisnis pada umumnya dan seorang pebisnis perfeksionis adalah pebisnis biasa akan mau mengembangkan sebuah MVP, meluncurkannya, mengecek pasar, kemudian memodifikasi dan mengembangkan produk/jasa setelah menerima masukan dan data-data dari marketing dan sales efforts.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Sedangkan mereka yang merupakan pebisnis perfeksionis akan melakukan kebalikannya, karena mereka tidak mampu membiarkan sebuah produk/jasa yang kurang sempurna diluncurkan.

Mereka takut akan penolakan dan kegagalan. Sehingga selalu ada sesuatu yang ingin mereka perbaiki. Hasilnya, akan dibutuhkan waktu sangat lama untuk meluncurkan suatu produk/jasa bagi pebisnis perfeksionis.

 

#4 Perfeksionis Kurang Seimbang

It’s all about quality of life and finding a happy balance between work and friends and family.” – Philip Green

 

Karena obsesinya untuk melakukan semuanya sendiri dan menginginkan hasil sempurna dalam apapun yang dilakukannya, pebisnis perfeksionis akan menjadi sangat sibuk dan menghabiskan setiap waktu dengan business-related activities.

Pada akhirnya, mereka banyak mengorbankan aktivitas sosialnya, waktu bersama keluarga dan berlibur pun akan sangat diminimalisasi.

Oleh karena itulah, hal-hal seperti panggilan telepon dari orang tercinta, makan, dan tidur kerap diabaikan juga.

Banyak sekali kasus perfeksionis yang menderita insomnia atau kelelahan kronis akibat ketidakseimbangan dalam hidupnya.

Apa-Saja-Faktor-Kegagalan-Pemimpin-3-Finansialku

[Baca Juga: Perencanaan Keuangan untuk Startup Founder Agar Tetap Fokus Membesarkan Baby Startup]

 

Singkatnya, pekerjaan akan menjadi satu-satunya fokus bagi mereka selama hidupnya.

Waktu kerja yang panjang ini digabungkan dengan stres dan kelelahan akan menjadi penyakit.

Saat penyakit mencapai puncaknya, mustahil bagi mereka untuk berfungsi secara efektif lagi seperti biasanya.

Hal ini biasanya ditandai dengan kesulitan untuk fokus, munculnya sifat pelupa, yang tentunya pada akhirnya tidak bisa mereka toleransi akibat sifat perfeksionisnya.

Hal ini sangat merefleksikan diri saya. Di mana saya dulu hanya mengutamakan pekerjaan saya. Saya bahkan lupa mengurus rumah dan suami karena pekerjaan saya belum sempurna.

Suatu saat suami saya bilang:

“Lebih baik kamu berhenti bekerja deh daripada kaya gini.”

 

Memang betul saya kerja dari pukul 08.00 hingga 17.00, kemudian saya akan pulang dan mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Saya juga akan mempersiapkan bahan meeting besoknya dengan baik.

Alhasil memang sangat sedikit waktu saya bagi suami dan keluarga. Bahkan saat akhir pekan saya meminta mereka membantu pekerjaan saya (suami dan orangtua).

Mereka menyadarkan saya bahwa bukan begini cara bekerja dan akhirnya saya pun bisa mengurangi sifat perfeksionis saya akhir-akhir ini.

 

#5 Perfeksionis akan Kehilangan Kreativitasnya

Salah satu kunci dari kesuksesan dalam berbisnis adalah pemikiran kreatif dan problem-solving.

Inilah kedua aspek dari bagaimana sebuah produk atau jasa dikembangkan dan diperbaiki dengan sebuah strategi pemasaran yang baru dan unik.

Saat seorang yang perfeksionis terlalu fokus dalam mengerjakan tugasnya dan mengatasi ketakutan akan ketidaksempurnaan, mereka biasanya kehilangan kemampuan untuk “think outside of the box.”

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 728 x 90

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 336 x 280

Bahkan Steve Jobs yang merupakan seorang perfeksionis mampu menahan perfeksionisnya dan bermimpi ke depan.

Inilah yang mengantarkan perusahaan Apple pada kesuksesannya di bawah kepemimpinannya yang telah mengubah sifatnya.

 

Seorang Perfeksionis Pun Bisa Menjadi Pebisnis!

Bukan berarti seorang pebisnis tidak dapat mencapai kesuksesan, hanya saja mereka harus menerima beberapa kenyataan bahwa sesuatu bisa saja lebih baik atau minimal sama dengan hasil kerja, meski jika dikerjakan oleh orang lain.

Dengan demikian, sebuah perusahaan bisa meluncurkan produk/jasanya, dan konsumen bisa membelinya.

Sering kali, permulaan dari sebuah kesuksesan akan memodifikasi perilaku dari seorang perfeksionis. Mereka akan mampu menerima kenyataan dan menyadari ini saatnya untuk mengubah sifatnya tersebut.

Bonus tambahannya adalah bahwa pebisnis mulai memiliki waktu untuk beraktivitas sosial dengan keluarga dan teman-temannya lagi.

Apakah artikel ini bermanfaat? Jika demikian, Anda bisa share artikel ini sekarang juga ke rekan dan kerabat Anda yang membutuhkan informasinya!

 

Disclaimer: Penyebutan merek pada artikel ini hanya bertujuan sebagai sarana edukasi, bukan untuk tujuan-tujuan lainnya.

 

Apakah Anda memiliki pendapat terkait artikel ini? Tinggalkan komentar Anda di bawah!

Jika ada pertanyaan, silakan ajukan pertanyaan Anda pada kolom di bawah ini. Perencana Keuangan kami siap membantu Anda, terima kasih!

 

Sumber Referensi:

  • Unoviana Kartika Setia. 25 Feb 2017. Ungkap Kepribadian Anda Lewat Tes Penglihatan Ini. Liputan6.com – https://goo.gl/6zaULP
  • Admin. 26 September 2017. 7 Tanda Nyata Kamu Tipe Orang Perfeksionis Garis Keras. Idntimes.com – https://goo.gl/bcipuw
  • Dina Indelicato. 12 Juni 2018. 5 Reasons Why Perfectionists Cannot Be Entrepreneurs. Addicted2success.com – https://goo.gl/qtfjM2

 

Sumber Gambar:

  • Quiz – https://goo.gl/6zaULP
  • Perfeksionis – https://goo.gl/K3AUEt