Rupiah hari ini terus melemah, siang ini nyaris tembus Rp14.900. Lalu upaya apa yang dilakukan pemerintah?

Simak penjelasan selengkapnya pada rubrik berikut ini.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Rupiah Hari Ini Terus Melemah, Hampir Tembus Rp14.900

Seperti prediksi pekan kemarin, pagi tadi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah tercatat di level Rp14.845. Faktor besar yang mempengaruhinya adalah aktivitas perekonomian yang berkelanjutan di tingkat global.

Dampaknya kurs dolar terkonsolidasi mencapai tingkat tertinggi dalam sepekan terakhir.

Seperti dilansir oleh Cnbcindonesia.com, Selasa (4/9/18) pukul 13:51 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp14.910 di pasar spot. Rupiah melemah 0,68% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.

Sementara itu, harga jual dolar AS di beberapa bank nasional telah menembus Rp15.000/US$.

Berikut data kurs dolar AS di empat bank nasional terbesar hingga pukul 13:50 WIB: 

Bank Harga Beli (Rp) Harga Jual (Rp)
Bank BNI 14.745 14.985
Bank BRI 14.805 14.995
Bank Mandiri 14.736 15.012
Bank BCA 14.800 15.100

 

Senin kemarin, Presiden Joko Widodo memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo serta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso ke Istana Negara.

Pertemuan tersebut merupakan sebuah upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, tiga kementerian/lembaga yang tergabung dalam KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) itu akan terus memantau tingkah laku pelaku pasar dalam transaksi valuta asing.

Sri Mulyani mengatakan upaya tersebut dilakukan agar pemerintah dapat memilah transaksi mana yang memiliki legitimasi dan mana yang tidak.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Dapat Penghargaan Menteri Terbaik Dunia 04 - Finansialku

[Baca Juga: 7 Fintech yang Berpotensi Meningkatkan Perekonomian Indonesia]

 

Seperti dilansir Tirto.id, Selasa (4/9/18), Sri Mulyani mengungkapkan:

“Untuk yang tidak sah, kami akan mengambil langkah tegas agar tidak menimbulkan spekulasi atau sentimen negatif.”

 

Transaksi yang dinilai sah adalah yang berkaitan dengan impor dalam rangka memenuhi bahan baku industri atau membayar utang perusahaan. Sementara kebutuhan yang tidak sah merupakan transaksi yang bersifat spekulatif.

Dalam meyakinkan masyarakat, Sri Mulyani pun menambahkan menegaskan kondisi perekonomian Indonesia masih bagus, terlebih penguatan dolar AS lebih disebabkan karena faktor eksternal (luar negeri) bukan faktor dari dalam negeri.

Walau begitu, Menkeu Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan terus mencoba berbagai cara untuk memperkuat pondasi perekonomian.

Selain memantau bentuk transaksi di pasar valuta asing, Menkeu juga mengatakan pemerintah terus mendorong ekspor serta memperkuat arus modal masuk dari investasi asing.

“Yang kami lakukan sekarang langsung pada pondasi ekonominya. Mana faktor yang dilihat oleh pasar sebagai titik lemah, kami perkuat.”

 

Kendati demikian, pemerintah tak menampak apabila defisit pada transaksi berjalan dan neraca perdagangan Indonesia menjadi kendala tersendiri. Untuk solusi yang sifatnya segera, pemerintah berkomitmen melakukan pengendalian dari sisi kebutuhan devisa.

“Karena ini yang bisa dikontrol.”

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Disisi lain, Gubernur BI, Perry Warjiyo mempertegas kalau pemerintah, BI dan OJK berupaya menstabilisasi nilai tukar dalam jangka pendek.

“Koordinasi kami dengan Kementerian Keuangan dan OJK bukan langkah stabilisasi jangka panjang. Kami melakukannya dari hari ke hari, sementara pemerintah sendiri mempercepat langkah untuk menekan defisit neraca perdagangan.”

 

Ia memastikan BI bakal meningkatkan intensitasnya dengan mengintervensi pasar valuta asing. BI juga berkomitmen untuk memborong SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder, serta membuka lelang swap.

Sembari melakukan sejumlah langkah tersebut, Perry mengatakan BI akan terus mewaspadai dampak dari gejolak perekonomian di sejumlah negara berkembang.

Senada dengan Sri Mulyani, Perry turut mengklaim kondisi perekonomian masih bagus karena pengelolaannya dilakukan secara hati-hati (prudent), baik dari sisi pertumbuhan ekonomi maupun inflasi.

Rupiah Hari Ini Terus Melemah, Apa Upaya Pemerintah 02 Perry - Finansialku

[Baca Juga: Peranan Keuangan Syariah dalam Memperkuat Perekonomian Indonesia]

 

Lalu apakah terus melemahnya nilai tukar rupiah ini akan membuat perbankan aman-aman saja?

Menjawab pertanyaan ini Wimboh Santoso selaku Ketua Dewan Komisioner OJK memastikan bank dalam kondisi aman di tengah mata uang rupiah dan bahkan IHSG yang terus melemah.

Wimboh melihat pelemahan tersebut sebagai hal yang wajar mengingat Indonesia yang terbiasa volatile (mudah bergejolak).

“Ini kondisinya perbankan aman. Insya Allah, ini sementara. Karena ini kan [disebabkan] sentimen negatif.”

 

Wimboh pun menambahkan pentingnya menjaga komunikasi dengan publik ihwal pelemahan rupiah ini.

Di tengah berbagai upaya untuk mendorong ekspor hingga mengerem laju impor, Wimboh menekankan perlunya pemahaman bahwa tren yang terjadi sekarang ini tidak mengkhawatirkan.

Ditengah kabar rupiah yang terus melemah beredar wacana Pemerintah akan menaikkan harga BBM sebagai salah satu upaya stabilisasi perekonomian dalam negeri. Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden Republik Indonesia mengaku tidak mengetahui wacana ini.

Wacana itu dilontarkan Sri Mulyani kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan. Ditemui di kantor Wakil Presiden, Kalla mengaku baru mendengar rencana tersebut dari pertanyaan wartawan.

“Saya belum dengar itu dibicarakan.”

 

Gratis Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Perencanaan Keuangan Untuk Usia 30 an - Finansialku Mock Up

 

Analis Asing Tanggapi Rupiah Hari ini

Pelemahan rupiah hari ini pun mengundang para analis angkat bicara, tidak hanya analis dalam negeri analis asing, Vishnu Varathan selaku kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank ikut bicara.

“Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi, ditambah dengan utang dalam bentuk dolar perusahaan Indonesia yang meningkat, juga membuat (rupiah) cenderung lebih lemah.”

 

Ia pun menambahkan:

“Jika kenaikan kredit meningkatkan risiko lebih lanjut (di pasar berkembang) dan minyak tetap tinggi menjelang sanksi Iran (yang akan diberlakukan pada bulan November), risiko melampaui Rp15.000/US$ adalah bahaya yang jelas dan membahayakan.”

 

Salah satu perusahaan Investors Service yang menyediakan jasa analisis keuangan dan analisis atas lembaga usaha dan lembaga pemerintah Moody’s pun angkat bicara negara ekonomi.

Menurut Moodys, Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara ini memiliki sekitar 41% utang pemerintah dalam bentuk mata uang asing. Jika rupiah terdepresiasi lebih lanjut, maka utang itu akan lebih mahal untuk dibayar kembali.

[Baca Juga: Ayo Menabung Demi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia]

 

Ada juga Radhika Rao, Ekonom DBS yang beranggapan ketika harga minyak naik, hal itu menyebabkan peningkatan tagihan impor negara, upaya intervensi dinilai tidak efektif.

“Otoritas telah secara aktif mendukung (valuta asing) dan pasar obligasi, selama serangan volatilitas baru-baru ini. Di tengah-tengah penurunan yang lebih luas dalam mata uang regional, upaya intervensi membantu untuk memperlancar downdraft tetapi akan menjadi tantangan untuk membalikkan arah.”

 

Bank sentral baru-baru ini menarik beberapa langkah untuk mendukung mata uangnya, seperti menaikkan suku bunganya empat kali sejak Mei, dan terakhir pada bulan Agustus.

Dengan cadangan devisanya berkurang, pemerintah juga memberlakukan pembatasan impor karena akan menahan defisit transaksi berjalannya.

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 728 x 90

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 336 x 280

Tuan Huynh, chief investment officer Deutsche Bank Wealth Management untuk Asia Pasifik, menulis dalam laporan baru-baru ini bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia “membuat negara rentan terhadap krisis pendanaan”.

Dia mencatat bahwa defisit melebar menjadi US$2 miliar pada bulan Juli, defisit bulanan terbesar sejak Juli 2013.

“Pemicu utama untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut akan menjadi penguatan lebih lanjut dari US$ atau melebarnya defisit akun saat ini yang disebabkan oleh permintaan domestik yang kuat.”

 

Tapi analis DBS menulis dalam catatan pekan lalu bahwa mereka memperkirakan kenaikan suku bunga akan lebih banyak.

“Untuk saat ini, pasar melihat Indonesia bekerja keras untuk menjaga stabilitas makro ekonomi, misalnya menaikkan suku bunga lebih untuk menangkis volatilitas nilai tukar dan mempertahankan konsolidasi fiskal.”

 

Bisa dibilang saat ini Indonesia semakin ketergantungan dengan dolar AS, lalu untuk apa sebenarnya?

Salah satu Ekonom Permata Bank Josua Pardede menjelaskan kebutuhan dolar AS di Indonesia memang sangat tinggi. Peruntukannya digunakan untuk pembelian minyak dan gas.

Dikutip dari detikFinance.com, Selasa (4/9/18), Josua berkata:

“Kalau kita lihat dari data neraca transaksi berjalan defisit, kebutuhan dolar AS itu tinggi untuk impor minyak dan gas (migas).”

 

Silakan beri komentar dan pendapat Anda pada kolom di bawah ini, terima kasih!

 

Sumber Referensi:

  • Damianus Andreas. 4 September 2018. Siasat Pemerintah Hadapi Dolar AS Yang Terus Menguat. Tirto.id – https://goo.gl/N48xdi
  • Arys Aditya dan Lidya Kembaren. 4 September 2018. Jokowi Bakal Naikkan Harga BBM, JK Belum Tahu. Cnbcindonesia.com – https://goo.gl/dPRNsW
  • Rehia Sebayang. 3 Spetember 2018. Kata Analis Asing Soal Rupiah ke Level Terlemahnya Sejak 1998. Cnbcindonesia.com – https://goo.gl/ZsbZkQ
  • Alfado Agustio. 4 September 2018. Pukul 13:51 WIB, Rupiah Tembus Rp 14.910/US$. Cnbcindonesia.com – https://goo.gl/Bn4nSP
  • Sylke Febrina Laucereno. 4 September 2018. RI Ketergantungan Dolar AS, Untuk Apa?. Finance.detik.com – https://goo.gl/3Krqoi

 

Sumber Gambar:

  • Rupiah Hari Ini Terus Melemah – https://goo.gl/PFkdo2
  • Perry Warjiyo – https://goo.gl/NqfBe5