Apakah Anda tahu bahwa keuangan Syariah mengalami tantangan dalam perkembangannya di Indonesia?

Keuangan Syariah memang menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Tahukah Anda bahwa Indonesia sendiri masih memiliki tantangan keuangan Syariah dalam perkembangannya?

Yuk kita simak artikel berikut ini, supaya kita tahu apa saja tantangan keuangan Syariah di Indonesia.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Keuangan Syariah

Bentuk layanan bank yang berbasis Syariah memang menjadi trend yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia.

Terlebih lagi dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, maka bank maupun keuangan Syariah semakin diminati.

Keuangan Syariah dan bank Syariah memiliki arti yang berbeda. Keuangan Syariah ini sendiri adalah suatu sistem yang dalam pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (Syariah).

Dikarenakan oleh implementasi dari kaidah dasar muamalah, terdapat prinsip dasar yang menjadi pedoman agar seluruh aktivitas dalam ranah keuangan harus sesuai dengan prinsip Syariah.

Untuk bank Syariah ini sendiri merupakan lembaga bank yang menerapkan prinsip keuangan Syariah dalam pelaksanaannya. Jadi, bank Syariah merupakan produk dari keuangan Syariah.

Bagaimana Prospek Perbankan Syariah Di Masa Depan Indonesia_ 01

 

[Baca Juga: Apa Persamaan dan Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional?]

 

Apa saja sih produk keuangan Syariah selain bank Syariah yang sudah sering kita jumpai akhir-akhir ini? Produk keuangan Syariah tidak terlalu beda dengan produk keuangan konvensional.

Produk keuangan Syariah juga menyediakan berbagai macam instrument investasi dengan hukum Islam sebagai acuan dalam menjalankan proses dalam berinvestasi.

Sekarang pun sudah banyak bentuk reksadana yang berbasis Syariah. Saham pun sekarang telah terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang berisikan perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang sudah dijamin halal.

Selain itu juga, terdapat produk sukuk yang menjadi trend akhir-akhir ini. Selain untuk berinvestasi juga, terdapat produk keuangan Syariah lainnya yaitu kartu kredit Syariah yang dikeluarkan oleh bank-bank Syariah.

Jangan ragu akan produk keuangan Syariah yang berada di pasaran saat ini, karena sudah dipastikan bahwa praktek yang digunakan merupakan praktek keuangan berbasis Syariah.

Bagaimana perkembangan keuangan Syariah di Indonesia?

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 728 x 90

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 336 x 280

Menurut Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dikeluarkan tanggal 19 September 2017, menunjukkan bahwa pembiayaan bank umum Syariah mampu tumbuh sebesar 10,80% dari tahun 2016 hingga 2017.

Selain pembiayaan tersebut, dana pihak ketiga (DPK) pun ikut tumbuh dari Rp65,84 triliun hingga Rp73,65 triliun pada periode tahun yang sama.

Dengan adanya pertumbuhan yang semakin tinggi mampu mendorong Financing to Deposit (FDR) naik dari 79,05% menjadi 79,31%. Meskipun tidak naik sampai 1%, namun tetap ada pertumbuhan.

FDR yang dimiliki oleh bank Syariah ini lebih kecil daripada Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dimiliki bank umum konvensional pada periode yang sama, yaitu sebesar 89,20%.

Apa arti dari rasio tersebut? Artinya, kemampuan mengemban fungsinya sebagai intermediasi keuangan kian membaik karena masuk FDR ideal sebesar 78% hingga 92%.

728x90 hitung sekarang - asuransi
300x250 - Hitung Sekarang - asuransi

 

Untuk laba perbankan Syariah sendiri hanya naik sebesar 1,56% dari Rp450 miliar menjadi Rp457 miliar. Karena laba yang naik hanya sedikit, maka imbal hasil dari aset (return on assets/ROA) turun dari 0,63% ke 0,56%.

Hasil ini jauh dari ambang batas bawah sebesar 1,5%, dimana dapat diartikan bahwa kualitas aset semakin menipis jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang sebelumnya.

Melihat kondisi yang telah dijelaskan tersebut, jelas sekali bahwa keuangan Syariah Indonesia memiliki tantangan keuangan Syariah yang dihadapi. Mari kita simak apa saja tantangan keuangan Syariah tersebut.

 

Tantangan Keuangan Syariah

Apa saja tantangan keuangan Syariah yang bisa dijadikan penghambat dalam pertumbuhan keuangan Syariah di Indonesia? Yuk kita simak tantangan keuangan Syariah berikut ini.

Gratis Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Perencanaan Keuangan Untuk Usia 30 an - Finansialku Mock Up

 

#1 Meningkatkan Pembiayaan Sektor Produktif

Dari data yang terdapat dalam Statistik Perbankan Syariah (SPI), mencatat bahwa perbankan Syariah masih didominasi pembiayaan konsumsi yang meningkat sebesar 18,89% dari Rp17,15 triliun menjadi Rp20,39 triliun pada periode yang sama.

Pada kenyataannya, pertumbuhan pembiayaan konsumsi mengungguli pertumbuhan pembiayaan modal kerja yang naik sebesar 11,07% dari Rp17,07 triliun menjadi Rp18,96 triliun.

Selain itu, pembiayaan investasi sendiri hanya tumbuh sebesar 2,69% dari Rp17,84 triliun menjadi Rp18,32 triliun pada periode yang sama.

Seharusnya, bank Syariah maupun keuangan Syariah mulai memikirkan atau merencanakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan/perbaikan bandara, pelabuhan, jalan tol, irigasi dan yang lainnya.

Pembiayaan ini memang menyedot biaya yang besar dan bertenor dengan jangka waktu menengah hingga jangka panjang.

Meskipun biaya yang besar dan tenor yang cukup lama, ternyata pembiayaan untuk modal kerja bisa mendapatkan bunga yang lebih besar dan sebanding dengan risikonya.

Yuk Meneropong Potensi Bank Syariah di Tahun 2020 (2)

 

[Baca Juga: Peranan Keuangan Syariah dalam Memperkuat Perekonomian Indonesia]

 

#2 Meningkatkan Kualitas Kredit

Rasio pembayaran non lancar (non-performing financing/NPF) membaik dari 5,68% menjadi 4,99%. Non-Performing Financing yang nyaris sama dengan ambang batas 5% merupakan peringan keras perbankan Syariah untuk meningkatkan kualitas kredit.

Salah satu antisipasi untuk mengatasi rasio non-performing financing yang sudah mendekati 5% ini adalah dengan melakukan revitalisasi sistem dan prosedur (standard operating procedures/SOP) manajemen risiko.

Dimana, SOP ini harus disesuaikan dengan perkembangan produk dan jasa perbankan serta perubahan lingkungan bisnis perbankan.

 

#3 Mendongkrak Tingkat Efisiensi

Tingkat efisiensi dapat dilihat pada rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang menurun (membaik) dari 97,20% menjadi 95,63%.

Meskipun rasio ini sudah semakin baik, tetapi rasio tersebut berada jauh di atas ambang batas yaitu 70-80% yang berarti, perbankan Syariah masih belum efisien.

Dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang masih besar, sudah saatnya perbankan Syariah untuk menaikkan tingkat efisiensi dengan memanfaatkan teknologi.

Jika perbankan dan keuangan Syariah tidak mau terlindas oleh disrupsi teknologi, maka bantuan teknologi wajib untuk dilakukan.

Disruptive technology ini dapat menggeser teknologi yang sudah mapan dan menggoyang industri atau produk yang kemudian melahirkan industri baru.

Gratis Download Ebook Panduan Investasi Reksa Dana untuk Pemula

Download Panduan Berinvestasi Reksa Dana untuk Pemula -Finansialku.com

 

#4 Menambah Modal

Meskipun rasio pemenuhan kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) telah tumbuh dari 12,07% menjadi 14,76%, tetapi perbankan Syariah tetap perlu menggenjot modal.

Dalam manajemen risiko, modal merupakan bantal yang memberikan perlindungan terhadap aneka potensi risiko yang melekat pada bisnis suatu institusi.

Risiko tersebut akan mempengaruhi keamanan dana deposito, kredit yang dikeluarkan dan institusi bersangkutan.

Modal tersebut memiliki tujuan untuk memberikan kepercayaan kepada pemilik deposito, pemberi pinjaman dan pemangku kepentingan.

Singkatnya, modal merupakan benteng terakhir untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam. Belum lagi, bank asing dengan modal lebih besar terus menyerbu industri perbankan nasional.

Yuk Daftar Uber Driver
Yuk Daftar Uber Driver

 

#6 Terbatasnya Jenis dan Akses Keuangan Syariah

Terbatasnya jenis dan akses terhadap produk dan layanan keuangan Syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan keuangan Syariah.

Produk dan jasa keuangan Syariah belum dapat menyediakan kenyamanan dan kecanggihan, seperti halnya yang dapat diberikan oleh industri keuangan konvensional.

Jika keuangan Syariah sudah merambah melalui teknologi, pasti akan semakin banyak menarik konsumen untuk menggunakan jasa keuangan Syariah.

 

Perkembangan Keuangan Syariah Harus Dibantu Oleh Pemerintah

Perkembangan keuangan Syariah selain dari Lembaga Keuangan Syariah sendiri itu harus dibarengi dengan bantuan dari pemerintah yang mendukung keuangan Syariah untuk semakin maju.

Dengan adanya keuangan Syariah, maka akan sangat membantu masyarakat Indonesia yang ingin menggunakan produk keuangan Syariah yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

 

Setelah membaca artikel ini, saya yakin Anda telah mengetahui tantangan keuangan Syariah di Indonesia.

Bagikan informasi ini kepada teman atau saudara Anda yang belum mengetahui tantangan keuangan Syariah di Indonesia. Semoga bermanfaat!

 

Sumber Referensi:

  • Arie Dwi Budiawati. 14 Juni 2017. 4 Tantangan Pengembangan Keuangan Syariah. Dream.co.id – https://goo.gl/wnxjJv
  • Paul Sutaryono. 11 Oktober 2017. Tantangan Bank Syariah. Kontan.co.id – https://goo.gl/7FoV1Q

 

Sumber Gambar:

  • Keuangan Syariah 1 – https://goo.gl/FUcZry
  • Keuangan Syariah 2 – https://goo.gl/vppsKn
  • Keuangan Syariah 3 – https://goo.gl/gSy8G3