Bisnis stagnan? Ada banyak alternatif yang bisa Anda lakukan untuk mengeluarkan bisnis Anda dari posisi stagnan. Simak dalam artikel Finansialku berikut ini.

Masa depan bisnis dan pekerjaan memang tidak dapat diprediksi secara pasti. Terkadang bisnis bisa maju dengan cepat, terkadang bisa turun dan bahkan bisa stagnan.

Walikota Chicago ke 55, Rahm Emanuel pernah berkata, “Jangan pernah biarkan masalah serius terbuang begitu saja. Maksud saya adalah justru keadaan itu adalah sebuah kesempatan untuk melakukan hal-hal yang Anda pikir tidak bisa Anda lakukan sebelumnya.” Nah berikut alternatif untuk bisnis yang stagnan.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Start It Up

 

Apakah Bisnis Anda Stagnan?

Ray Kroc, pengusaha yang membeli McDonald’s Corporation, pernah berkata, “Jika Anda bekerja hanya demi uang, Anda tidak akan pernah berhasil. Tapi jika Anda mencintai pekerjaan Anda, dan selalu mengutamakan konsumen, maka kesuksesan akan Anda genggam.”

Bisnis sepertinya berjalan seperti biasa. Namun, mengapa kita tidak merasa ada peningkatan signifikan juga? Mungkinkah bisnis Anda sedang stagnan? Cobalah cek hal-hal berikut ini:

 

#1 Cek Apa Bisnis Stagnan: Adakah inovasi yang dilakukan?

Inovasi tidak hanya bicara tentang pengembangan produk. Ini juga bicara tentang pembaruan cara kerja, bahkan prasarana.

Kadang, penghematan pun bisa menjadi penghambat inovasi. Maka dari itu, ingat bahwa untuk bertahan dan tetap bersaing, pastikan inovasi itu sesuai dengan kebutuhan pasar.

 

#2 Cek Apa Bisnis Stagnan: Beranikah Anda mengambil risiko?

Berhati-hati menggunakan uang memang baik, apalagi jika bisnis sedang dirintis, namun terlalu berhati-hati juga tidak akan membawa Anda ke mana-mana.

Yang penting adalah tahu kapan harus hemat dan kapan harus mengeluarkan uang untuk kepentingan usaha. Kapan harus berinvestasi dan kapan harus melakukan efisiensi.

Telusuri Alasan dan Penyebab Gagalnya Bisnis Waralaba 01 Karyawan Stress - Finansialku

[Baca Juga: UMKM, Inilah Tips Supaya Bisnis Tetap Bertahan Selama Covid-19]

 

#3 Cek Apa Bisnis Stagnan: Apakah Anda memotong anggaran pemasaran?

Saat anggaran untuk pemasaran dipotong untuk menghemat pengeluaran, dapat dipastikan usaha Anda akan mengalami stagnasi. Kalaupun Anda harus menghemat pengeluaran, pastikan memotong anggaran marketing menjadi pilihan terakhir.

Alih-alih menganggap segala biaya yang keluar untuk bagian marketing sebagai pengeluaran, anggaplah itu lebih sebagai investasi.

 

#4 Cek Apa Bisnis Stagnan: Bagaimana profit marginnya?

Peneliti mengatakan bahwa banyak usaha kecil mengalami kebangkrutan dalam 5 tahun pertama setelah berdiri karena gagal mendapat keuntungan.

Jika dalam 2-3 tahun (mengacu pada penelitian sebelumnya), Anda belum juga mendapatkan keuntungan cukup, ada baiknya Anda mengubah strategi pemasaran Anda.

Itu artinya usaha Anda mengalami stagnasi, dan bukan tidak mungkin stagnasi itu akan terus memburuk hingga akhirnya bangkrut.

 

#5 Cek Apa Bisnis Stagnan: Apakah Anda hafal nama pelanggan?

Hafal nama pelanggan memang adalah sebuah keharusan.

Namun demikian, di sisi lain, saat Anda bisa menghafal nama setiap pelanggan yang datang, dan bahkan ingat wajah semua konsumen Anda, bisa jadi itu adalah tanda tidak adanya penambahan pelanggan atau konsumen baru.

 

#6 Cek Apa Bisnis Stagnan: Apakah ada delegasi?

Perusahaan adalah sebuah organisasi. Nah, ketika Anda tidak memperlakukannya demikian, dalam artian, Anda lebih suka semuanya tersentral ke satu orang (pimpinan), maka bisnis tidak akan berkembang.

Untuk apa Anda menggaji karyawan jika semuanya dilakukan satu orang saja? Mulailah percayai karyawan yang Anda pekerjakan.

 

#7 Cek Apa Bisnis Stagnan: Kapan terakhir kali diskusi dalam rapat ditiadakan?

Rapat harus menjadi ajang membangun kebersamaan tim dan juga mendorong terciptanya kreativitas untuk mendapatkan masukan bagi usaha Anda. Bangun suasana keterbukaan dalam rapat, biarkan mereka tahu apa visi dan keadaan perusahaan.

Minta ide dan masukan dari mereka. Anda akan terkejut mendapati bahwa ternyata ada banyak hal yang luput dari mata dan perhatian Anda.

 

#8 Cek Apa Bisnis Stagnan: Bagaimana motivasi karyawan?

Karyawan yang tidak antusias dan bersemangat memberikan yang terbaik yang mereka bisa adalah sinyal kuat bisnis Anda mengalami stagnasi dan bahkan kemunduran. Karena itu, tidak ada salahnya mencari tahu apa yang menjadi masalah mereka.

Apa mereka puas dengan pekerjaannya? Sudah sesuai atau terlalu banyak? Apa mereka puas dengan sistem manajemen? Dari situ, Anda tahu bagaimana membuat mereka termotivasi.

 

Bisnis Stagnan? Coba 8 Langkah Jitu Cross Selling Ini

Ketika bisnis Anda stagnan, salah satu alternatif mengatasi bisnis yang stagnan adalah dengan cross sellling. Cross selling adalah kegiatan menjual produk yang terkait dengan produk utama.

Saat konsumen sudah berminat membeli produk utama, maka itu adalah kesempatan yang sangat baik untuk melakukan cross selling, yang jelas bisa meningkatkan sales dan kemudian income Anda.

Calon Pebisnis, Inilah Panduan Cara Mendirikan Firma 02 - Finansialku

[Baca Juga: Pakai 8 Strategi Ini Dalam Menjalankan Ekspansi Bisnis]

 

Penulis sukses yang telah menjual dua juta buku, Dorothea Brande pernah berkata, “Selama ada ide-ide baru, penjualan akan terus naik.”

Berikut ini adalah 8 cara Anda bisa memaksimalkan kesempatan ini.

 

#1 Percaya Diri

Jangan khawatir konsumen merasa risih saat Anda melakukan cross selling. Ada satu survei yang menunjukkan bahwa banyak konsumen justru memberikan apresiasi saat penjual menawarkan barang yang mungkin akan semakin memperlengkapi kebutuhan mereka.

Lagi pula, cross selling ini justru adalah satu tindakan yang menunjukkan bahwa Anda menyadari kebutuhan dan peduli dengan keputusan konsumen.

 

#2 Tawarkan Range Harga

Misalkan Anda menawari konsumen tiga buah barang sebagai pelengkap produk utamanya, cobalah untuk memberikan harga yang bervariasi. Biasanya, harga yang paling murahlah yang kemudian ia ambil sebagai reaksi emosional.

Namun, tak jarang, ada juga konsumen yang kemudian membeli barang yang harganya paling tinggi asalkan barang itu memang memenuhi kebutuhannya.

 

#3 Timing Penting

Tergantung produk dan jasa yang Anda jual, waktu untuk melakukan cross selling bisa berbeda-beda. Ada yang saat konsumen mencoba produk atau jasa yang sedang Anda tawarkan.

Misalnya, Anda bisa menawarkan konsumen untuk juga membeli sabuk saat konsumen mencoba celana panjang. Tapi, ada juga cross selling yang sebaiknya dilakukan setelah konsumen sudah memutuskan untuk membeli.

Misalnya, Anda menawarkan makanan penutup saat konsumen sudah memesan main dish-nya.

 

GRATISSS, Yuk Download SEKARANG!!!

Ebook Pentingnya MENGELOLA KEUANGAN Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal

 

#4 Bundle atau Paket

Cara ini juga efektif untuk memperbesar peluang keberhasilan cross-selling.

Tidak hanya mendapat satu barang, namun sekaligus beberapa, dengan harga yang lebih murah daripada jika dijual secara terpisah, sering kali menjadi satu hal yang sangat menarik bagi konsumen.

 

#5 Manfaatkan Situs

Barang cross-selling apa yang sekiranya potensial dalam usaha Anda? Pasang itu di situs sehingga bisa membantu mendidik konsumen (khususnya calon pembeli online) mengenai kedalaman dan varitas bisnis yang Anda tawarkan.

Kalau perlu, coba campur atau pasangkan barang-barang yang berbeda-beda untuk melihat mana yang paling efektif menarik konsumen.

 

#6 Training Karyawan

Teknik dalam melakukan cross-selling perlu diajarkan kepada karyawan. Pendekatannya harus dibangun pada aspek melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen, bukan sekedar menjual barang dan mendapatkan untung.

Misalnya, ajar karyawan menjelaskan bagaimana produk tambahan itu akan melengkapi produk utama yang konsumen beli. Bagaimana produk tambahan itu akan semakin memenuhi kebutuhannya atau memberikan solusi bagi masalah yang ia alami.

Namun, tentunya sebelum itu, karyawan juga sebaiknya mencari tahu lebih dahulu apa kebutuhan dan masalah konsumen. Jangan malah terkesan sok tahu.

 

#7 Berikan Rekomendasi

Salah satu cara agar cross selling berhasil adalah dengan memberikan rekomendasi tentang produk dari profesional, pakar, atau bahkan pelanggan tetap.

Misalnya saja, rekomendasi kepala koki restoran mengenai menu penutup, daftar barang-barang terkait yang pelanggan biasanya beli, dan sebagainya.

Sebagai contoh, saat Anda membeli buku dari Amazon.com, situsnya secara otomatis mendaftar buku-buku lain yang juga dibeli oleh orang yang membeli buku yang sama dengan yang Anda beli.

 

#8 Relevan

Produk “tambahan” yang Anda coba jual harus tetap relevan dengan produk utama. Jika Anda menjual raket tenis, misalnya, Anda juga bisa menawari konsumen untuk membeli tas, bola atau bahkan kursus privat (kalau perlu bekerja sama dengan pihak lain).

Atau kalau Anda memiliki usaha laundry, Anda juga bisa menawari konsumen pencucian helm, dan sebagainya.

 

Winston Churchill berkata,

“Seorang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.”

 

Yuk, keluarkan bisnis Anda dari posisi stagnan! Ikuti langkah di atas dan bagikan pengalaman Anda dalam kolom komentar di bawah ini.

Jangan lupa bagikan informasi bermanfaat ini pada rekan-rekan Anda, siapa tahu rekan Anda sedang mengalami posisi stagnan dalam bisnis dan Anda bisa menjadi penolong untuk mereka!

 

Sumber Referensi:

  • Mira R & Linda Irawati. 2017. 99 Langkah Sukses Berbisnis E-Commerce. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Budi Safa’at. 2016. 99 Perbedaan Kebiasaan Pengusaha vs Karyawan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Saputra, Imelda. 2018. 99 Hari Melesatkan Bisnis. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Ariestiyanty, Laura. 2018. 99 Taktik Bisnis Ala Miliarder. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Kimberly Stephanie. Cara Menggunakan Cross-Selling Dan Upselling Untuk Memaksimalkan Penjualan Online. Koinworks.com – https://bit.ly/2X91bl8
  • What is The Difference Between Upselling and Cross-selling? Bigcommerce.com – https://bit.ly/2Erhao4