Apakah Anda ingin berinvestasi reksa dana? Bagaimana cara memilih produk reksa dana? Yuk ketahui cara pilih produk reksa dana saat pandemi. 

 

Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Perekonomian

Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebagai akibat dari pandemi COVID-19. 

Penurunan pertumbuhan ekonomi ini sudah diduga semenjak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia secara resmi pada bulan Maret 2020 lalu.

Hal tersebut menjadikan Indonesia mengalami resesi. Salah satu hal yang paling terasa dampaknya dapat dilihat dari pendapatan negara yang turun karena kegiatan ekonomi yang terbatas. 

Hal ini juga berdampak pada perusahaan. Dengan adanya pandemi COVID-19 ini menyebabkan berbagai kegiatan menjadi lebih terbatas.

Mulai dari proses pembelajaran di sekolah atau pun kuliah menjadi online, aktivitas seperti resepsi, wisata, bioskop, konser, juga dibatasi. 

Pembatasan tersebut tentunya akan berdampak ke ekonomi. Akibatnya, perusahaan juga mengalami penurunan penjualan dan laba bersih. 

 

Kinerja Indeks Saham Akibat Pandemi COVID-19

Kondisi pasar modal, khususnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) juga terdampak. IHSG sempat mengalami penurunan yang signifikan hingga berada di 3900 pada bulan Maret 2020. 

Tidak hanya Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat dan China juga merasakan dampak dari pandemi COVID-19 ini. 

Jika dilihat dari kinerja indeks acuan saham China, yaitu Shanghai Stock Exchange Composite Index (SHCOMP) per 17 Juli 2021, sudah positif 5,38% sejak awal tahun. Hal ini sesuai dengan pemulihan ekonomi dan aktivitas di China.

Sedangkan kinerja indeks acuan saham Amerika Serikat, yaitu Indeks S&P 500 (SPX), sudah hampir ke level awal tahun juga dengan kinerja -0,19%. 

Sementara di Indonesia, belum ada tanda-tanda kasus yang berkurang pada waktu itu dan bahkan PSBB masih diperpanjang. Di Indonesia membukukan kinerja IHSG sebesar -20,56%. 

[Baca Juga: 5 Tips JITU Memulai Investasi Saham Saat Pandemi]

 

Walaupun COVID-19 menjadi masalah besar pada saat itu, namun pasar Amerika Serikat bisa pulih dengan cepat.

Hal ini dikarenakan tingkat kematian per harinya mengalami penurunan dari di atas 2000 orang per hari menjadi dibawah 1000 orang per hari.

Selain itu, juga banyak kasus pasien COVID-19 yang hanya gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali. Dengan begitu, sebagian dari ekonomi tetap bisa berjalan seperti biasa. Jadi perekonomian tidak berhenti seluruhnya. 

Karena COVID-19 juga, Bank sentral di Amerika Serikat (The Fed) juga meluncurkan stimulus terbesar dalam sejarah ke sektor keuangan dan sektor riil. Stimulus tersebut bisa dalam bentuk relaksasi syarat pinjaman, pemberian pinjaman, serta bantuan langsung tunai.

Dengan adanya stimulus tersebut maka membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi bertambah. 

Dalam pasar modal, uang yang beredar juga sama dengan permintaan. Jadi secara tidak langsung kebijakan stimulus tersebut membuat permintaan lebih besar dari penawaran. Dengan begitu, harga paper asset seperti saham juga bisa mengalami kenaikan. 

Walaupun di Indonesia sudah melakukan kebijakan yang sama namun IHSG di Indonesia belum pulih di awal tahun.

Di tengah kondisi yang tidak pasti, dana asing cenderung lebih memilih untuk membeli aset di negara maju dibandingkan di negara berkembang.

Oleh karena itu, jika IHSG hanya ditopang oleh investor retail dan institusi lokal maka kenaikan IHSG cenderung terbatas. 

Namun, sering dengan berjalannya waktu dimana ekonomi semakin membaik dan dana asing kembali masuk maka perpaduan antara investor lokal dan investor asing dapat membuat kenaikan IHSG menjadi lebih cepat.

Cara Memilih Produk Reksa Dana Saat Pandemi

Sumber: Envato

 

Jika dilihat berdasarkan kondisi pasar modal diatas, kondisi perekonomian di saat pandemi ini berarti memberikan dampak terhadap investasi juga.

Oleh karena itu, ketika memilih instrumen investasi juga perlu lebih berhati-hati dan disesuaikan dengan kebutuhan. 

Salah satu alternatif investasi yang dapat Anda pertimbangkan adalah reksa dana. Hal ini dikarenakan reksa dana dikelola oleh pihak profesional yaitu Manajer Investasi.

Selain itu, reksa dana juga ada berbagai jenis jadi memberikan Anda berbagai pilihan yang cocok untuk kebutuhan Anda.

Apalagi minimum pembeliannya juga semakin terjangkau, bisa dimulai dari Rp 10 ribu aja jadi bisa menjangkau investor dari berbagai kalangan.

Namun sekarang sudah ada begitu banyak produk reksa dana, bahkan ada ratusan. Oleh karena itu, tak jarang investor yang bingung cara memilih produk reksa dana yang bagus untuk dibeli khususnya di masa pandemi seperti ini. 

[Baca Juga: Investasi Reksa Dana, Investasi Brilian Para Pemula]

 

Cara Memilih Produk Reksa Dana Saat Pandemi

Untuk membantu Anda memilih produk reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan Anda, Anda bisa mengikuti cara ini ya. Berikut cara memilih produk reksa dana yang bisa Anda lakukan.

 

Mengidentifikasi Tujuan Investasi 

Investasi merupakan kendaraan yang membantu Anda untuk mencapai tujuan keuangan Anda.

Oleh karena itu, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi tujuan investasi. Misalnya untuk dana pernikahan, dana membeli mobil, dana pensiun, dan lain sebagainya. 

Contoh: Tono ingin menyiapkan dana pernikahan sebesar Rp 100 juta. Rencananya, ia ingin menikah dalam waktu 10 bulan lagi. 

Berdasarkan contoh Tono diatas, karena jangka waktunya cukup singkat, maka Tono bisa menggunakan reksa dana pasar uang untuk dana pernikahannya. Hal ini juga dikarenakan reksa dana pasar uang stabil dan paling rendah risiko. 

Namun, di kasus yang berbeda maka bisa saja jenis reksa dana yang cocok juga berbeda.

Oleh karena itu, Anda perlu memiliki tujuan investasi agar dapat memilih jenis reksa dana yang cocok untuk tujuan investasi Anda. Dengan begitu, reksa dana yang dipilih dapat membantu Anda untuk mencapai tujuan investasi Anda. 

Jika Anda kebingungan mengenai investasi, tujuan investasi, maupun keuangan, Anda bisa berdiskusi bersama Perencana Keuangan kami melalui fitur Konsultasi Keuangan di aplikasi Finansialku.

Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!

Download Aplikasi Finansialku

 

Dapatkan potongan Rp 50 ribu untuk berlangganan aplikasi Finansialku premium satu tahun (harga normal Rp 350 ribu) menggunakan kode voucher WEBTAHUNAN.

Aplikasi Finansialku bisa bantu kamu mengelola keuangan harian dengan ragam fitur, seperti catat keuangan, anggaran, rencana keuangan, belajar keuangan, investasi, hingga konsultasi keuangan dengan Perencana Keuangan yang sudah bersertifikat.

 

Mengidentifikasi Profil Risiko 

Setelah memiliki tujuan investasi, selanjutnya Anda perlu mengidentifikasi profil risiko Anda. Profil risiko merupakan profil yang menggambarkan seberapa besar seseorang dapat menoleransi suatu risiko. 

Pada umumnya, profil risiko dibagi menjadi 3 yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Untuk profil risiko konservatif berarti toleransi terhadap risikonya rendah, sedangkan moderat tingkat toleransinya sedang.

Sementara itu, profil risiko agresif berarti seseorang memiliki tingkat toleransi terhadap risiko yang tinggi. Setiap orang bisa memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Anda dapat memilih profil risiko sesuai dengan diri Anda.

[Baca Juga: Investor Pemula, Kenali Profil Risiko Sebelum Membeli Reksa Dana]

Dengan mengetahui profil risiko Anda sendiri, maka dapat membantu Anda untuk memilih produk reksa dana yang cocok untuk Anda. Hal ini dikarenakan, profil risiko yang berbeda maka produk reksa dana yang cocok juga bisa berbeda.

Misalnya, profil risiko Anda konservatif, maka lebih cocok investasi di reksa dana jenis pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap. Sedangkan jika Anda profil risikonya agresif, maka Anda bisa cocok di reksa dana saham.

 

Menyesuaikan Dengan Jangka Waktu dan Tujuan Investasi

Setelah Anda mengetahui jangka waktu dan tujuan investasi Anda, maka Anda bisa mulai untuk memilih reksa dana yang sesuai dengan 2 hal tersebut.

Pada umumnya ada 4 jenis reksa dana yang dapat Anda pilih, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Berikut penjelasan keempat jenis reksa dana tersebut.

 

a) Reksa Dana Pasar Uang

  • Isi portofolio: 100% instrumen pasar uang
  • Jangka waktu investasi: <12 bulan
  • Tingkat risiko: sangat konservatif
  • Tujuan: menjaga likuiditas 

 

b) Reksa Dana Pendapatan Tetap

  • Isi portofolio: minimal 80% di obligasi
  • Jangka waktu investasi: 1 – 3 tahun
  • Tingkat risiko: konservatif
  • Tujuan: mempertahankan nilai investasi

 

c) Reksa Dana Campuran

  • Isi portofolio: maksimal 79% di saham atau obligasi dan harus ada pasar uang, obligasi, dan saham.
  • Jangka waktu investasi: 3 – 5 tahun 
  • Tingkat risiko: moderat
  • Tujuan: pendapatan dan pertumbuhan yang lebih stabil

 

d) Reksa Dana Saham

  • Isi portofolio: minimal 80% di saham 
  • Jangka waktu investasi: >5 tahun
  • Tingkat risiko: agresif
  • Tujuan: meningkatkan modal dalam jangka panjang

 

Anda bisa mendengarkan penjelasan lebih rinci mengenai investasi reksa dana melalui audiobook berikut ini.

banner -mudah cara memilih reksa dana yang tepat

 

Memilih Produk Reksa Dana yang Cocok

Di saat pandemi, penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, Anda perlu lebih berhati-hati dalam memilih produk reksa dana yang cocok dan sesuai kebutuhan Anda.

Setelah mengetahui cara memilih produk reksa dana saat pandemi, maka Anda dapat mencoba mempraktikannya.

Dalam memilih produk reksa dana, tentunya perlu disesuaikan dengan tujuan investasi dan jangka waktunya. Anda dapat memilih produk reksa dana yang sesuai dengan kedua indikator tersebut.

Jika Anda tertarik berinvestasi di instrumen satu ini dan ingin mempelajarinya lebih dalam, bergabunglah dengan komunitas belajar reksa dana Finansialku bersama ratusan anggota lainnya.

 

Jadi, apakah Anda sudah mengetahui produk reksa dana yang cocok untuk tujuan investasi Anda? Silahkan berikan komentar dan pendapat Anda di kolom yang telah tersedia.

Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada rekan-rekan Anda yang ingin berinvestasi reksa dana ya. Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih. 

 

Editor: Eunice Caroline

Sumber Referensi:

  • Hendra Kusuma. 30 september 2020. Ekonomi RI Babak Belur Dihantam COVID-19. Detik.com – https://bit.ly/3yj1muM
  • Kompas. 20 juli 2020. Pengaruh COVID-19 Terhadap Kinerja Saham: Studi Kasus China dan AS. Kompas.com – https://bit.ly/3rK8aPD
  • Abdul malik. 11 januari 2021. CEO Bahana TCW, Rukmi P: Tips Investasi di Tengah Pandemi Tahun Ini. Bareksa.com – https://bit.ly/37fC2tA
  • Admin. 14 Desember 2018. Mau Investasi Tapi Masih Bingung? Ini Tips Memilih Produk Reksadana. Bareksa.com – https://bit.ly/3fm7ISz