Terdapat dua sumber yang banyak memberi Indonesia pinjaman, yakni organisasi internasional dan beberapa negara.

Negara apa saja yang menjadi kreditur bagi Indonesia? Mari kita lihat!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp5.127 Triliun

Indonesia tercatat memiliki Utang Luar Negeri (ULN) sebesar US$358,6 miliar atau sekitar RP5.127 triliun (US$1=Rp14.300). Angka ini terus tumbuh jika dibandingkan dengan ULN periode April 2018 sebesar US$356,9 miliar.

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), berikut rincian posisi ULN menurut kreditur atau yang memberikan kredit. Dari statistik komposisi pemberi pinjaman dibagi menjadi dua yakni utang dari negara lain dan utang dari organisasi internasional.

Dilansir oleh Detik.com, Selasa (17/7/18), untuk pinjaman dari negara lain tercatat US$182,3 miliar atau sekitar Rp2.606 triliun. Jumlah ini tumbuh dibandingkan periode bulan sebelumnya US$181,8 miliar.

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

6 Negara Pemberi Utang Indonesia

#1 Singapura

Berbicara kreditur yang meminjamkan uangnya ke Indonesia, Singapura menjadi negara tetangga yang paling banyak menggelontorkan kredit ke Indonesia.

Jumlah uang yang dipinjamkan ke Indonesia mencapai US$55,2 miliar (setara dengan Rp793,4 triliun), meningkat jika dibandingkan periode bulan sebelumnya US$54,7 miliar (Rp786,2 triliun).

 

#2 Jepang

Setelah Singapura, ada pula Jepang yang memberikan kredit sebesar US$29,13 miliar (Rp418,7 triliun), angkanya menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$30,05 miliar (Rp431,9 triliun).

 

#3 China

Negeri tirai bambu tidak ketinggalan menggelontorkan kredit sebesar US$16,5 miliar (setara Rp 237,1 triliun), Pinjaman dari China saat ini sedikit menurun jika dibandingkan periode April 2018 sebesar US$16,6 miliar (setara Rp238,6 triliun).

Dari Mana Indonesia Banyak Mendapat Pinjaman 02 Finansialku

[Baca Juga: Gunakan APBN, Sri Mulyani Investasikan Rp2,1 Triliun ke Lima Lembaga Keuangan Internasional]

 

#4 Amerika Serikat

Selanjutnya ada Amerika Serikat yang tercatat menggelontorkan uang sebesar US$15,2 miliar (setara Rp218,4 triliun). Angka ini tumbuh dibandingkan periode April 2018 sebesar US$12,43 miliar (setara Rp178,6 triliun).

 

#5 Hong Kong

Hong Kong memberikan kredit sebesar US$12,9 miliar (setara Rp185,4 triliun) tumbuh dibandingkan periode April US$12,8 miliar (setara Rp183,9 triliun).

 

#6 Belanda

Kemudian Belanda tercatat mengucurkan uang sebesar US$8,8 juta (setara Rp126,4 triliun), turun dibanding bulan April 2018 sebesar US$10,5 miliar (setara Rp150,9 triliun).

Sementara beberapa negara Eropa mengucurkan kredit sebesar US$9,09 miliar (setara Rp130,6 triliun), turun dibandingkan periode bulan sebelumnya US$9,2 miliar (setara Rp132,2 triliun).

Selain itu, sindikasi negara-negara lain tercatat US$6,7 miliar (setara Rp96,3 triliun) melambat dibanding bulan sebelumnya US$6,8 miliar (setara Rp97,7 triliun).

 

Untuk pinjaman dari organisasi internasional pada Mei 2018 secara total tercatat US$31,3 miliar (setara Rp449,9 triliun).

Untuk organisasi internasional yang paling banyak mengucurkan pinjaman adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang tercatat sebesar US$16,8 miliar, kemudian Asian Development Bank tercatat US$9,1 miliar (setara Rp130,8 triliun), dan International Monetary Fund (IMF) tercatat US$2,8 miliar (setara Rp40,2 triliun).

 

Sektor yang Paling Banyak Gunakan Utang Luar Negeri

#1 Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

Masih Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) yang diterbitkan BI, Sektor yang paling banyak menggunakan Utang Luar Ngeri (ULN) adalah jasa administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib.

Angkanya mencapai US$129,4 miliar (setara Rp1.859 triliun) lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya US$130 miliar (setara Rp1.868 triliun).

 

#2 Jasa Keuangan dan Asuransi

Posisi kedua yang paling banyak menggunakan ULN adalah oleh sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar US$65,8 miliar (setara Rp945,8 triliun), meningkat dibandingkan periode April 2018 sebesar US$64,8 miliar (setara Rp931,4 triliun).

 

#3 Industri/Manufaktur

Selanjutnya di posisi ketiga ada sektor industri pengolahan atau manufaktur sebesar US$36,83 miliar (setara Rp529,3 triliun), tumbuh dibandingkan periode bulan sebelumnya US$36,64 miliar (setara Rp526,6 triliun).

 

#4 Industri Pengadaan Listrik, Gas, Uap, dan Udara

Industri pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara menduduki posisi keempat yakni dengan jumlah US$29,2 miliar (setara Rp419,7 triliun), tumbuh dibandingkan periode April 2018 sebesar US$28,8 miliar (setara Rp413,9 triliun).

Dari Mana Indonesia Banyak Mendapat Pinjaman 01 Finansialku

[Baca Juga: Fantastis! Ini Jumlah Dana Yang Digelontorkan Bank Dunia Untuk Cegah Gizi Buruk]

 

#5 Sektor Pertambangan

Kemudian ada sektor pertambangan dan penggalian yang sebesar US$23,7 miliar (setara Rp340,6 triliun), melambat jika dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya US$23,8 miliar (setara Rp342,1 triliun).

 

#6 Lainnya

Untuk jasa lainnya tercatat US$10,6 miliar (setara Rp152,3 triliun) melambat dibandingkan periode bulan sebelumnya US$10,9 miliar (setara Rp156,6 triliun).

Sektor konstruksi mencatatkan utang sebesar US$9,67 miliar (setara Rp128,9 triliun), melambat dibandingkan periode bulan sebelumnya US$9,7 miliar (setara Rp139,4 triliun).

Kemudian untuk perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tercatat US$9,6 miliar (setara Rp137,9 triliun) melambat dibanding April sebesar US$9,61 miliar (setara Rp138,1 triliun). Angka ini juga tercatat melambat dibanding bulan sebelumnya US$9,7 miliar (setara Rp139,4 triliun).

Sementara itu untuk transportasi dan pergudangan tercatat US$8,15 miliar (setara Rp117,1 triliun) tumbuh dibandingkan periode April 2018 US$7,6 miliar (setara Rp109,2 triliun).

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tercatat US$7,1 miliar (setara Rp102,0 triliun) melambat dibandingkan periode April 2018 sebesar US$7,2 miliar (setara Rp103,4 triliun).

 

Semoga utang yang sebegitu besar ini dapat dimaksimalkan sebagai utang produktif, begitu pun dengan Anda.

Jika Anda memiliki utang, semoga itu adalah utang produktif, dan jika Anda mulai kesulitan membayar utang, atur kembali keuangan Anda karena bisa jadi ada pengelolaan keuangan yang salah.

 

Sumber Referensi:

  • Sylke Febrina Laucereno. 17 Juli 2018. Negara-negara Ini Paling Banyak Beri Utang ke RI. Finance.detik.com – https://goo.gl/Xv2LtU
  • Sylke Febrina Laucereno. 17 Juli 2018. Ini Sektor yang Paling Banyak Sedot Utang Luar Negeri RI. Finance.detik.com – https://goo.gl/2wsHXf

 

Sumber Gambar:

  • Utang Luar Negeri – https://goo.gl/PMKd63
  • Industri Pengadaan Listrik, Uap, Gas – https://goo.gl/fvDnX3
  • Utang Luar Negeri China – https://goo.gl/a9Yqou

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Reksa Dana untuk Pemula

Download Panduan Berinvestasi Reksa Dana untuk Pemula -Finansialku.com