Harga batu bara mengalami penurunan, bagaimana rencana emiten pertambangan batu bara?

Mari simak artikel berikut selengkapnya.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Logo Rivan Kurniawan

 

Harga Batu Bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu Bara

Sejumlah emiten pertambangan belakangan ini seperti kehilangan tenaga di bulan November kemarin.

Seperti misalnya harga saham PTBA yang sempat menyentuh harga tertinggi Rp4.800-an di bulan Oktober 2018 dan harus merosot hingga ke Rp3.900-an atau mengalami penurunan 18.75%.

Harga Batu bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu bara 02 Batu Bara 2 - Finansialku

[Baca juga: Kisah Sukses Garibaldi Thohir, Pengusaha Tambang Batu Bara Adaro]

 

Demikian pula ADRO yang sempat berada di Rp2.500-an pada awal tahun 2018 saat ini turun ke Rp1.200-an, atau mengalami penurunan sekitar 52%. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh saham HRUM dan INDY pada November ini.

Harga saham HRUM sempat berada di harga Rp3.400-an di awal tahun 2018, saat ini menjadi Rp1.300-an atau turun sekitar 61,76%.

Serta INDY yang menjadi primadona sepanjang 2017, harga sahamnya ikut turun dari Rp4.500-an di awal 2018 menjadi Rp1.800-an dengan penurunan sekitar 60%.

Padahal jika kita lihat berdasarkan Laporan Keuangannya emiten pertambangan batu bara tersebut masih bagus pada Kuartal III-2018 ini. Lantas apa yang sebenarnya terjadi?

728x90 hitung sekarang Investasi Saham
300x250 - Hitung Sekarang Investasi Saham

 

Harga Batu Bara Turun

Salah satu faktor yang paling logis menjelaskan penurunan harga saham emiten batu bara adalah karena penurunan harga batu bara itu sendiri.

Tren penurunan harga batu bara belakangan ini mempengaruhi pergerakan harga saham emiten batu bara.

Dalam beberapa bulan belakangan ini, harga acuan batu bara memang menurun dari sebelumnya US$100,89/MT di Oktober 2018, saat ini menjadi US$97,90/MT di November 2018.

Harga saham emiten sektor tambang batu bara sangat sensitif terhadap pergerakan harga batu bara itu sendiri.

Di mana saat harga batu bara cenderung menunjukkan kenaikan, di saat yang sama juga akan diikuti dengan kenaikan harga saham emiten batu bara.

Sebaliknya, saat harga batu bara cenderung menunjukkan penurunan, di saat yang sama juga akan diikuti dengan penurunan harga saham emiten batu bara. Mengapa demikian?

Jika Anda sudah cukup lama berada di market, mungkin Anda sudah hafal bahwa pergerakan harga saham emiten batu bara merupakan refleksi dari ekspektasi para pelaku pasar/investor.

Jika harga batu bara naik, maka kemungkinan besar laba emiten batu bara akan ikut naik. Sebaliknya, jika harga batu bara turun, maka kemungkinan besar laba emiten batu bara akan ikut turun, bahkan mungkin mencatatkan kerugian.

Sekali lagi, kenaikan/penurunan harga sahamnya bisa terjadi sebelum laporan keuangannya keluar.

Jika Anda ingat momen di mana harga batu bara mulai meningkat di pertengahan tahun 2016 setelah bertahun-tahun terus menurun (bahkan harga batu bara sempat menyentuh titik terendahnya di US$50 per MT).

Saat itu, harga saham emiten batu bara mulai merangkak naik sebelum Laporan Keuangan emiten batu bara menunjukkan hasil yang positif. Coba Anda cek lagi pergerakan harga batu bara dengan pergerakan harga saham emiten batu bara.

Sebagai gambaran pergerakan harga batu bara, bisa dilihat pada screenshot berikut ini:

Harga Batu bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu bara 03 Harga Batu Bara Tahun 2016 - Finansialku

Harga Batu Bara Terendah di Awal 2016 dan Mulai Bergerak Naik di Pertengahan 2016

 

Setelah pergerakan harga batu bara yang sempat menyentuh titik rendahnya di tahun 2016 seperti gambar di atas, selanjutnya bisa kita bandingkan dengan pergerakan harga saham emiten pertambangan batu bara yang juga ikut anjlok di tahun 2016.

Bisa Anda lihat pada screenshot dibawah ini merupakan grafik pergerakan harga saham PTBA, ADRO, HRUM, dan INDY:

Harga Batu bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu bara 04 Pergerakan Harga Saham Emiten Batu Bara - Finansialku

Perhatikan bahwa Harga Saham Emiten Batu Bara Juga Meningkat Signifikan sejak Pertengahan 2016

             

Berdasarkan grafik pergerakan harga saham tersebut, bisa terlihat grafik menurunnya harga saham yang sejalan dengan anjloknya harga batu bara pada tahun 2016.

Dan seperti yang mungkin Anda sudah ketahui, bahwa saat ini harga batu bara harus kembali melemah. Berdasarkan data kontrak ICE Newcastle, harga batu bara untuk pengiriman pada Februari 2019 nanti menurun 0,46% menjadi sekitar US$97,35 per ton.

Selain itu jika dilihat berdasarkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang sudah ditetapkan oleh Kementerian ESDM pada November 2018, ditargetkan sekitar US$97,90 per ton.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) tersebut menunjukkan penurunan harga batu bara dalam tiga bulan terakhir.

728x90 hitung sekarang Anggaran Keuangan
300x250 - Hitung Sekarang Anggaran Keuangan

 

Adapun sebagai perbandingan, Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Agustus 2018 sebesar US$107,83 per ton, September 2018 sebesar US$104,81 per ton, dan Oktober 2018 menjadi US$100,89 per ton.

Maka tidak heran jika harga saham emiten batu bara ikut melemah, pasca terjadinya penurunan harga batu bara beberapa bulan belakangan ini.

 

Penyebab Harga Batu Bara Turun

Apa saja yang menyebabkan harga batu bara harus kembali turun di penghujung tahun 2018 ini?

Adapun penyebab utama turunnya harga batu bara masih dipengaruhi oleh kondisi pasar global, di antaranya seperti:

Pertama, berlakunya pembatasan kuota impor dan penundaan izin terhadap batu bara impor di China yang terus berlanjut. Di mana ekspor Indonesia saat ini didominasi oleh China, yang berperan sebagai importir batu bara terbesar di Asia Pasifik.

Sehingga dengan adanya pembatasan kuota impor tersebut membuat permintaan batu bara dari China ikut melemah, yang berujung pada turunnya harga batu bara secara global.

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Kedua (masih berkaitan dengan Poin no 1) adalah kelebihan pasokan batu bara dari Indonesia, karena lemahnya permintaan pasar dari China dan India di atas.

Seiring dengan berkurangnya volume permintaan dari China dan India, di saat yang bersamaan produksi batu bara di Indonesia sendiri memang sangat besar di 2017 dan 2018.

Hal ini yang membuat persediaan batu bara di Indonesia sampai saat ini berlebih (oversupply).

Kondisi oversupply ini diperburuk dengan hal yang ketiga, adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang untuk menambahkan kuota produksi batu bara.

Kebijakan ini memunculkan kekhawatiran akan semakin menjatuhkan harga batu bara, memperburuk kondisi di mana pasar Indonesia sudah mengalami over supply.

Karena itu dengan adanya penambahan kuota produksi disinyalir bisa menekan harga lebih rendah lagi.

Terakhir, adanya penundaan pengiriman batu bara dari Australia, sehingga mempengaruhi harga Index Newcastle yang terkendala dalam masalah distribusi karena menggunakan transportasi kereta api.

 

Rencana Emiten Pertambangan Batu Bara

Kondisi melemahnya harga batu bara saat ini membuat emiten pertambangan batu bara semakin sulit meningkatkan kinerjanya jika hanya bergantung pada batu bara saja.

Diversifikasi bisnis dinilai dapat membantu memperbaiki emiten pertambangan.

Dengan begitu emiten pertambangan bisa antisipasi terhadap fluktuasi harga batu bara yang hampir tidak pasti, dan juga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan kapan saja.

Harga Batu bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu bara 05 Batu Bara 3 - Finansialku

[Baca Juga: Apa Saja 5 Pantangan Dalam Investasi Saham? Ketahui Sekarang]

 

Belum lagi batu bara ini merupakan Sumber Daya Alam (SDA) yang ketersediaannya tidak dapat diperbarui, dan sewaktu-waktu akan habis.

Oleh karena kondisi tersebut, saat ini sejumlah emiten pertambangan batu bara sudah selangkah didepan dengan mendiversifikasi kan bisnisnya terhadap usaha lain, yang disinyalir akan dapat menopang kinerjanya.

Misalnya saja saat ini sejumlah emiten di sektor pertambangan seperti PTBA, ADRO, HRUM dan INDY, sudah mendiversifikasikan bisnisnya.

728x90 hitung sekarang Investasi Saham
300x250 - Hitung Sekarang Investasi Saham

 

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) adalah contohnya, di mana PTBA sudah mulai bertransformasi menjadi penyedia energi, yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar batu bara dari PLTU.

Ini adalah langkah strategis PTBA untuk bisa meningkatkan efisiensi dengan pengurangan biaya listrik, di mana nantinya PTBA menggunakan listrik dari PLTU milik sendiri.

PLTU milik PTBA ini memakai bahan bakar batu bara yang sudah tidak layak jual, sementara untuk kelebihan daya listrik dari PLTU  akan dijual PTBA ke PLN.

Tidak hanya PTBA, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga sudah mengembangkan pembangkit listrik tenaga baru dan terbarukan. Hingga saat ini ADRO sedang mengerjakan proyek PLTU Batang dan Kaltim V.

Dimana masing-masing kapasitasnya mencapai 2×1000 MW untuk PLTU Batang dan  2x100MW untuk PLTU Kaltim V.

Demikian pula dengan yang dilakukan oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang juga mendiversifikasi bisnisnya ke pembangkit listrik.

Dimana HRUM ini sudah membentuk joint venture dengan perusahaan berpengalaman di bidang engineering, procurement, and construction (EPC) yang sudah pernah membangun PLTU.

Diversifikasi bisnis juga dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY), namun diversifikasi yang dilakukan INDY agak berbeda.

INDY bersama PT Indika Infrastructure  mendirikan anak usaha baru yakni PT Indika Mineral Investindo, dalam bidang aktivitas kantor pusat, konsultasi bisnis dan aktivitas penunjang pertambangan.

Adapun diversifikasi bisnis lainnya INDY juga akan menggarap bisnis energi terbarukan.

Dengan melakukan diversifikasi bisnis, Penulis melihat sejumlah emiten batu bara ini akan memperkecil risiko ke depannya.

Jika ternyata harga batu bara kembali turun ke level yang lebih rendah, sejumlah emiten tersebut masih memiliki source of income lainnya untuk tetap dapat mempertahankan kinerjanya dengan baik.

728x90 hitung sekarang Investasi Saham
300x250 - Hitung Sekarang Investasi Saham

 

Kesimpulan

Belakangan ini harga emiten batu bara menurun karena harga batu bara itu sendiri sedang dalam tren menurun, padahal laporan keuangan Q3 2018 nya masih baik.

Hal ini disebabkan karena pelaku pasar/investor merespon negatif pergerakan harga batu bara yang melemah ke titik terendah selama 6 bulan terakhir.

Menanggapi kondisi pelemahan harga batu bara yang saat ini terjadi, Penulis sendiri lebih suka untuk stay away sampai nanti pergerakan harga batu bara normal kembali.

Dengan kembali normalnya harga batu bara, maka harga saham emiten pertambangan juga bisa berpeluang untuk kembali meningkat.

Seperti yang telah dibahas pada bagian di atas, saat ini sejumlah emiten pertambangan batu bara sudah mulai mendiversifikasi kan bisnisnya ke usaha lain dalam mengatasi fluktuasi harga batu bara yang tidak pasti.

Diversifikasi bisnis yang saat ini ramai dijajaki para emiten pertambangan adalah usaha penyedia energi PLTU.

Langkah tersebut diyakini mampu mendongkrak kinerja emiten pertambangan batu bara yang saat ini juga ikut tertekan karena melemahnya harga batu bara.

Apakah Anda tertarik untuk melakukan investasi? Tapi bingung merencanakan dan mengelola keuangan Anda? Aplikasi Finansialku dapat membantu Anda.

Merencanakan dan mengelola keuangan menjadi lebih mudah dengan Aplikasi Finansialku. Anda dapat download Aplikasi Finansialku di Google Play Store atau melalui link di bawah ini. Selamat mencoba.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Bagaimana tanggapan Anda terhadap menurunnya harga batu bara tersebut? Bagikan pendapat Anda pada kolom komentar.

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman dan kerabat Anda. Semoga bermanfaat, terima kasih.

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • Batu Bara – https://goo.gl/Zz5A4y
  • Batu Bara 2 – https://goo.gl/DQYvFG
  • Batu Bara 3 – https://goo.gl/FrvcES
  • Harga Batu Bara Tahun 2016 – https://goo.gl/RELNQC
  • Pergerakan Harga Saham Emiten Batu Bara – https://goo.gl/RT9rRY