Tanggal 7 Februari 2024 merupakan bulan yang bersejarah bagi dua startup daerah yakni PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK) dan PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX).

Keduanya merepresentasikan startup dari Singkawang dan Bangkalan, uniknya keduanya memiliki bisnis yang sama yakni PPOB dan IPO secara bersamaan.

Apa itu industri PPOB? Apa saja saham yang bergerak di layanan PPOB? Bagaimana pula prospeknya?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Mengenal Industri PPOB

IPO perusahaan PPOB bukan pertama kali ini terjadi. Pada tahun lalu PT Aviana Sinar Abadi Tbk. (IRSX) yang juga merupakan perusahaan PPOB (Payment Point Online Banking) melakukan IPO.

Namun yang perlu dicermati mengapa perusahaan “mini startup” seperti ini melakukan IPO. Bahkan menariknya, IRSX juga sempat ditutup ARA pada hari pertamanya listing.

Tentu pergerakan saham IRSX tersebut, telah mengalahkan perusahaan startup yang lebih dulu listing seperti GOTO, BUKA dan BELI yang tidak ARA di hari pertama.

[Baca Juga: Antara BREN dan PGEO, Mana yang Menguasai Bisnis Geothermal?]

 

Apa Itu PPOB?

PPOB adalah singkatan dari Payment Point Online Bank. Dengan arti, suatu bisnis yang menyediakan solusi layanan berbentuk kerja sama penyelenggaraan bisnis atau mitra, yang dapat memberi layanan pembayaran berbagai tagihan. Sebut saja misalnya PLN, PDAM, perusahaan telekomunikasi, penyedia asuransi, dan lain sebagainya.

Kerja sama itu memungkinkan mitra dapat memberi pelayanan pembayaran mulai dari tagihan pulsa telpon, banking, gaming dan berbagai tagihan online lainnya.

PPOB sendiri muncul didorong oleh adanya kebutuhan dari masyarakat, untuk bertransaksi secara hybrid (manual-digital). Contohnya:

Pak Yoshua yang tinggal di pedalaman dengan minim akses internet dan literasi digital. Ia biasa membeli pulsa secara manual ke kios di dekat rumahnya, karena tidak terbiasa membeli pulsa secara online.

Lantas, ia menemukan kios di dekat rumahnya yang menjual pulsa fisik. Penjual pulsa tersebut tidak hanya menyediakan pulsa. Tetapi juga melayani pembayaran listrik, paylater, internet dan berbagai macam layanan lainnya.

Pertanyaannya, apakah kios tersebut berlangganan ke setiap provider telekomunikasi, internet atau bahkan perbankan? Jawabanya tidak.

Kios ini hanya menggunakan jasa PPOB, untuk menyelesaikan transaksi tersebut dan menawarkan jasanya kepada pelanggan.

Dari contoh di atas, dapat kita buat kesimpulan bahwa di daerah saat ini sudah banyak sekali perusahaan PPOB yang menawarkan jasanya lantaran memiliki potensi klien yang tinggi.

Selain bisnis Buyer to Buyer (B2B), beberapa PPOB juga menawarkan bisnisnya langsung kepada customer dengan cara mengunduh aplikasi yang sudah disediakan oleh provider PPOB yang telah dipilih.

Sehingga, customer dapat melakukan pembelian dan pembayaran digital melalui aplikasi tersebut dengan cara transfer lewat internet banking maupun mobile banking.

 

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjalankan Bisnis PPOB

Modal untuk membuat bisnis PPOB juga tidaklah besar. Apalagi, sampai melakukan tindakan “bakar uang” seperti pada perusahaan startup pada umumnya.

Hal ini yang juga mendukung pergerakan lincah perusahaan PPOB, yang akhirnya berpeluang besar untuk menguasai niche market. Bisnis ini biasanya memiliki agen-agen yang tersebar di sejumlah daerah. Tujuannya untuk meningkatkan pemasaran dan layanan dari aplikasinya.

 

Manfaat dari PPOB

Dengan skema layanan PPOB ini ada sejumlah manfaat, antara lain:

 

#1 Profit Sharing

Pertama, mitra yang bekerja sama berpotensi mendapatkan profit sharing. Profit ini berasal dari fee yang diperoleh melalui setiap transaksi selurah pembayaran tagihan yang dilakukan. Baik itu berupa pembelian voucher elektronik, maupun pembayaran belanja online dari berbagai penyedia tagihan.

 

#2 Hemat Waktu

Kedua, lebih hemat waktu karena menggunakan berbagai macam tools transaksi. Sejalan dengan perkembangan teknologi, tools yang digunakan ini sudah berbasis web maupun mobile secara online dan juga yang real time.

Sehingga, membuat pengguna dapat menghemat waktu tanpa perlu keluar rumah dan mengantre lama menuju loket pembayaran.

[Baca Juga: Multifinance, Sektor yang Belum Populer di Kalangan Ritel, Prospektif?]

 

#3 Pembayaran Fleksibel

Berkat kemudahan akses melalui online, pengguna PPOB ini bisa melakukan transaksi pembayaran secara fleksibel. Karena, sistem PPOB dapat diakses selama kurun waktu 24 jam dalam sehari, dan online dalam 7 hari seminggu.

Dengan fleksibilitas tersebut, pengguna tidak lagi khawatir akan terlambat melakukan pembayaran tagihan.

 

#4 Beragam Pilihan Transaksi

Berkat kerja sama dengan banyak mitra pembayaran, PPOB ini jelas unggul dalam memberikan layanan beragam transaksi. Mulai dari membeli pulsa, membayar tagihan Listrik dan air, tagihan kredit kendaraan dan lain sebagainya.

 

Jenis Industri Terkait yang Menjalankan PPOB

Berikut ini adalah beberapa jenis industri terkait yang menerapkan bisnis PPOB, melansir dari Telkomdigitalsolution.com.

  • Digital Agriculture & Forestry Solution
  • Digital Commercial & Tourism Solution
  • Digital Energy & Resources Solution
  • Digital Manufacturing Solution
  • Digital Media & Communication Solution
  • Digital Transportation Solution
  • Digital Financial & Banking Solution
  • Digital Education Solution
  • Digital Healtcare & Welfare Solutin
  • Digital Maritime & Logistic Solution
  • Digital Retail & Distribution Solution

 

Risiko yang Dimiliki PPOB

Apakah PPOB memiliki risiko? Jawabnya iya, bahkan risiko tersebut dapat terkait tindakan pidana. Beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan judi online dan judi slot.

Dalam kasus tersebut, perlu kita ketahui bahwa aplikasi PPOB ini tidak mudah untuk di lacak, karena size-nya yang kecil. Hal ini membuatnya cukup rentan disalahgunakan untuk pembayaran judi online ilegal.

Akibat kasus tersebut, ada beberapa PPOB yang telah dicabut izinnya karena terindikasi menggunakan aplikasi PPOB untuk transaksi ilegal tersebut.

 

Analisis Saham MPIX dan TOSKMPIX dan TOSK

 

Saham PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX)

MPIX merupakan perusahaan PPOB asal Bangkalan Madura, yang berdiri pada tahun 2019 dengan nama M-Pulsa. Kemudian, melakukan rebranding menjadi MP Store pada tahun 2022.

Tampilan aplikasi yang dimiliki MPIX

Tampilan aplikasi yang dimiliki MPIX. Sumber: mpstore.co.id

 

Apakah bisnis MPIX menguntungkan? Berikut ini analisis laporan laba rugi dari MPIX.

Laporan Laba Rugi MPIX

Laporan Laba Rugi MPIX. Sumber: Prospektus MPIX

 

Jika dilihat dari laporan keuangan MPIX, terlihat labanya meningkat lebih dari tiga kali lipat terhitung dari tahun 2020 ke tahun 2021. Dan tumbuh hampir empat kali lipatnya pada periode tahun 2021 ke tahun 2022. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa.

Dari segi bottomline, laba komprehensif tahun berjalan juga meningkat sangat signifikan setiap tahunya dengan hanya memiliki laba Rp582 juta pada tahun 2020. Kemudian tumbuh melesat menjadi Rp14,3 miliar pada tahun 2022.

Sementara melalui penawaran perdana saham, MPIX ini mengincar pendanaan senilai Rp83,75 miliar.

Dalam perdagangan perdananya pada tanggal 7 Februari 2024, MPIX mencatatkan ARA dengan kenaikan 24,63% dari pembukaan di level Rp268 per lembar saham. Dan di tutup pada level Rp334 per lembar sahamnya.

[Baca Juga: Mengintip Peluang Investasi Saham EBT di Indonesia, Menguntungkan?]

 

Saham PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK)

Kedua, ada startup jagoan lokal dari Singkawang, Kalimantan Barat yakni TOSK. TOSK memiliki bisnis yang sama dengan MPIX. Pada halaman website-nya, perusahaan ini telah melayani transaksi harian hingga Rp7 miliar dari penjualan pulsa, tiket pesawat, voucer game dan grosir.

Tampilan Aplikasi Topindo

Tampilan Aplikasi Topindo. Sumber: top-indo.com

 

Bagaimana dengan sisi bottomline? Berikut ini analisis laporan keuangan TOSK.

Laporan Keuangan TOSK

Laporan Keuangan TOSK. Sumber: Prospektus TOSK

 

TOSK memiliki penjualan netto pada tahun 2020 sebesar Rp1,4 triliun.

Kemudian meningkat menjadi Rp2,3 triliun pada tahun 2022, dengan menghasilkan laba yang cukup fluktuatif yakni pada tahun 2020 sebesar Rp2,1 miliar, lalu pada tahun 2021 menjadi Rp13.1 miliar, dan tahun 2022 menjadi Rp4,5 miliar.

Dan untuk breakdown dari penjualan TOSK ini adalah seperti berikut:

Kinerja Penjualan TOSK


Kinerja Penjualan TOSK. Sumber: Prospektus TOSK

 

Adapun pada perdagangan di pasar perdana, TOSK mengalami kenaikan sebesar 4%. Dibuka pada level Rp125 per lembar saham dan ditutup pada level Rp 130 per lembar saham.

Pada penawaran perdananya TOSK mengincar pendanaan sebesar Rp109,37 miliar, angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan MPIX.

Nah, sebelum Anda membeli saham-saham di atas, yuk simak video berikut supaya investasi Anda semakin cuan.

 

 

Prospek Startup PPOB

Sementara dari sisi prospek startup PPOB, terutama bagi emiten yang sudah listing di BEI bisa dikatakan akan terdongkrak oleh prospek bank digital. Dengan berbagai faktor dibelakangnya, yaitu:

 

#1 Meningkatnya Layanan Pembayaran Digital

Bank Indonesia sendiri memprediksikan pertumbuhan nilai transaksi digital masih akan tumbuh 23,2% YoY di tahun 2024 ini senilai Rp71,584 triliun. Dan juga tumbuh 18,8% di tahun 2025 senilai Rp85,04 triliun.

Peningkatan layanan digital ini juga akan dioptimalkan melalui ekosistem digital, yang difokuskan menjawab kebutuhan nasabah.

 

#2 Meningkatnya Jumlah Internet

Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pertumbuhan pengguna internet di Indonesia capai angka 215.63 juta orang sepanjang periode 2022 sampai 2023. Angka itu meningkat 2,67% dari periode sebelumnya yang hanya 210.03 juta pengguna internet.

 

#3 Masih Ada Sekitar 48% Masyarakat Unbanked

Sampai dengan tahun 2023, masih ada kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan yang jumlahnya sebesar 97,7 juta orang atau 48% dari populasi masyarakat di atas umur 15 tahun yang belum punya produk perbankan.

Rupanya angka ini menjadi yang terbesar di wilayah Asia Tenggara (ASEAN). Sedangkan untuk jumlah orang yang mempunyai rekening di bank baru sebesar 42 juta jiwa.

Artinya layanan keuangan secara digital masih sangat luas dan layak dipertimbangkan untuk perluasan.

 

#4 Beberapa Generasi Menyukai Aktivitas Transaksi Online

Adanya generasi Z, milenial dan juga X yang lebih menyukai aktivitas transaksi online. Kecenderungan tersebut membuat banyak platform digital diakses untuk berbagai kebutuhan. Kondisi itu tentu menawarkan potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi pertumbuhan bank digital ke depan.

 

Kesimpulan

Dari kedua perusahaan tersebut, berhasil mencatatkan laba pada tiga tahun terakhir. Bahkan untuk MPIX sendiri baru mampu mencatatkan kenaikan laba yang luar biasa pada tahun 2023.

Tetapi memang kedua startup ini tidak dapat dibandingkan dengan startup besar yang telah IPO lebih dulu, karena dampak layanannya sistemik jika terjadi sesuatu.

Hanya saja perlu diingat kembali, PPOB ini memiliki risiko terindikasi dimanfaatkan untuk transaksi illegal yang berakhir pada ditutupnya layanan.

Tentu selain analisis di atas, Anda juga perlu melakukan analisis lain untuk meyakinkan langkah selanjutnya.

Nah, untuk membantu dan mempermudah Anda dalam melakukan analisis, Anda bisa gunakan tools Cheat Sheet by RK.

Dengan Cheat Sheet, Anda akan mendapatkan ringkasan data fundamental dan rasio keuangan berbagai perusahaan. Jika tertarik, langsung saja berlangganan dan manfaatkan promo potongan 10% dengan menggunakan kode voucer FINANSIALKU. Info lengkapnya, klik banner ini!

Affiliate Rivan Kurniawan November 2023

 

Disclaimer:  Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi. 

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

 

Nah bagaimana dengan pendapat teman-teman investor sendiri memandang bisnis PPOB? Yuk, tulis opini Anda di kolom komentar di bawah.

 

Editor: Ratna Sri H.