Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan salah satu sektor yang banyak mendapatkan insentif dari pemerintah.

Bahkan beberapa intervensi dari pemerintah cukup mendukung sektor ini seperti penghapusan pajak bagi kendaraan listrik dan pembukaan bursa karbon pada September 2023.

Lalu, apakah kita sebagai investor dapat mengambil peluang ini? Saham-saham apa sajakah yang tergolong ke dalam sektor ini?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Jenis Sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia

Pengembangan sektor EBT sekarang ini semakin nyaring digaungkan oleh dunia. Setelah semakin meningkatnya dampak negatif eksploitasi fosil dari pertambangan. Belum lagi dengan adanya emisi akibat penggunaan energi fosil.

Pengembangan EBT sendiri lahir setelah terbentuknya kesepakatan lewat konferensi iklim dunia (COP26) di Glasgow, Skotlandia pada November 2021. Agar dunia mampu menurunkan emisi karbon secara besar-besaran di tahun 2030 mendatang, dan juga menjadi net zero carbon di tahun 2050.

Kesepakatan itu pun direspons Indonesia, bahwa Indonesia sepakat menargetkan net zero carbon di tahun 2060 nanti. Perkembangan mengenai sektor ini di Indonesia sendiri terjadi secara bertahap. Namun diklaim memiliki potensi investasi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang.

Ilustrasi Pendayagunaan EBT

Ilustrasi Pendayagunaan EBT. Sumber: Freepik

 

Berkenaan dengan itu, Indonesia memiliki sejumlah potensi pengembangan EBT berdasarkan jenis sumber dayanya. Di bawah ini adalah jenis dan contoh saham yang menggeluti pengembangan EBT:

 

#1 Air

Air merupakan energi terbarukan yang paling banyak di temui di Indonesia. Ya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung untuk memanfaatkan air sebagai sumber energi terbarukan. Tercermin dari banyaknya sungai dengan arus deras dan kontur alam yang luar biasa.

Air merupakan EBT karena air dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir air yang menghasilkan energi kinetik, kemudian diolah menjadi energi listrik.

Berkenaan dengan sumber daya air ini, di bursa sendiri terdapat beberapa emiten saham yang bergerak di sektor air. Sebut saja misalnya, PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN) dan PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO).

 

#2 Geothermal (Panas Bumi)

Geothermal atau panas bumi merupakan energi yang dihasilkan dari panas yang ditimbulkan dari inti bumi. Geothermal diperoleh dengan melakukan pengeboran hingga mencapai titik panas di dalam bumi, kemudian dihubungkan dengan turbin untuk menggerakkan panas.

Geothermal memiliki kelebihan, yakni risiko yang lebih kecil terhadap perubahan cuaca.

Jika EBT lain seperti air akan susah memproduksi listrik saat kemarau, beda hal dengan geothermal yang akan dapat beroperasi secara normal. Bahkan, tanpa gangguan cuaca dan musim karena faktor letaknya yang berada di dalam inti bumi.

Nah, pada tahun 2023 sudah mulai banyak perusahaan geothermal yang listing di bursa efek antara lain ada PT Petamina Geothermal Tbk. (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).

[Baca Juga: HUMI Anggarkan Capex Dukung Program B35, Seberapa Menarik?]

 

#3 Biomassa

Biomassa merupakan energi yang dihasilkan dari organisme yang membusuk seperti kayu, sawit, kotoran hewan, limbah sampah dan limbah pertanian.

Berbeda dengan geothermal dan air, untuk dapat memanfaatkan biomassa diperlukan pengolahan biomassa terlebih dulu. Untuk nantinya dapat dijadikan sebagai bahan bakar seperti biodiesel, bioethanol, dan bio-avtur.

Dalam hal energi, biomassa ini sudah cukup banyak emiten kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang memproduksi CPO dan turunannya menjadi energi biomassa.

Pengolahannya dapat dimanfaatkan mulai dari buah sawit yang diolah menjadi biodiesel dan bio-avtur, termasuk menjadi kompos yang juga dapat dijadikan energi. Contoh emiten ini adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) dan PT Smart Tbk. (SMAR).

Emiten lain yang menjadi turunan dari biomassa adalah emiten berbasis peternakan. Ya, emiten sektor peternakan ini biasanya akan mengolah kotoran hewan menjadi sumber energi.

Hal lain yang juga tidak kalah menarik di bioethanol, di mana biomassa diolah dengan ethanol. Terdapat beberapa emiten yang memiliki bisnis ethanol antara lain PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) dan PT Essa Industries Indonesia Tbk. (ESSA).

 

#4 Surya atau Matahari

Sebagai negara dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun, Indonesia memiliki potensi besar dari energi tenaga surya ini. Situasi ini tentu berbeda dengan beberapa negara yang memiliki empat musim.

Untuk kita ketahui kembali, bahwa energi surya dapat diolah menjadi EBT dengan memanfaatkan solar panel untuk kemudian dijadikan sebagai tenaga surya yang disalurkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Terdapat beberapa emiten batu bara seperti PT Adaro energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang sudah mulai melihat peluang dari PLTS, dan akan menggarapnya dengan cukup serius.

Contohnya PTBA yang menggarap PLTS Bali Mandara yang bekerjasama dengan JSMR dan ADRO, yang juga menggarap PLTS di Kelanis Kalteng. Ada juga PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR) yang juga menggarap bisnis PLTS, meski porsinya masih kecil.

Selain itu, ada beberapa perusahaan solar panel yang telah listing di BEI. Pertama ada produsen solar panel PT Semacom Integrated Tbk. (SEMA) dan PT Sky Energy Indonesia Tbk. (JSKY).

[Baca Juga: Multifinance, Sektor yang Belum Populer di Kalangan Ritel, Prospektif?]

 

#5 Angin atau Bayu

Jenis lain yang juga dapat dimanfaatkan adalah angin atau bayu. Salah satu negara yang paling awal memanfaatkan energi ini adalah Belanda. Hal ini dapat tercermin dari banyaknya rumah yang menggunakan kincir angin untuk menghasilkan listrik.

Sementara untuk di Indonesia, tenaga angin ini lebih dikenal dengan tenaga bayu, sehingga pembangkitnya di sebut PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu).

Adapun salah satu PLTB terbesar di Indonesia adalah PLTB Sidrap yang ada di Sulawesi Selatan. Sayangnya, sampai dengan saat ini masih belum ada emiten yang bergerak di PLTB. Bahkan untuk hampir semua PLTB di Indonesia dikuasai oleh PLN.

Ilustrasi Berbagai Sumber EBT


Ilustrasi Berbagai Sumber EBT yang Sudah Dimanfaatkan. Sumber: zonaebt.com

 

Itu tadi beberapa jenis energi baru terbarukan (EBT) yang sudah mulai banyak digarap oleh perusahaan. Diikuti oleh sejumlah emiten yang listing di BEI, yang juga mulai melebarkan sayap pada bisnis EBT.

Bahkan, sebenarnya ada beberapa emiten yang mulai mendiversifikasi bisnisnya pada sektor EBT seperti PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA).

Langkah diversifikasi tersebut tentu dilakukan sebagai upaya emiten mempertahankan kiprah bisnisnya. Terlebih lagi sektor EBT ini sedang naik daun dan mendapat banyak sorotan. Sejalan dengan target pemerintah untuk menjadikan Indonesia mengejar net zero emission (karbon netral).

 

Prospek Bisnis EBT di Indonesia

Sejalan dengan target net zero emissions di tahun 2060 yang dikejar pemerintah sudah tentu akan meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih tinggi dengan penggunaan energi fosil yang lebih rendah dari sebelumnya.

EBT di Indonesia memiliki prospek yang baik dari sisi:

  1. Potensi jenis-jenis EBT yang besar di Indonesia, baik dari sisi sumber daya alam dan juga lokasinya.
  1. Indonesia memiliki pembangkit listrik yang dapat dikembangkan sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia, seperti halnya surya, maupun air.

 

Dengan potensi-potensi yang bisa mendapatkan keuntungan, sektor ini bisa menjadi alternatif bagi para investor.

Nah, untuk membantu Anda menganalisis saham, Anda bisa gunakan tools Cheat Sheet dari RK untuk menghemat waktu dan tenaga.

Ada sekitar 20 data fundamental dan 15 rasio keuangan yang dirangkum dalam Cheat Sheet ini. Tertarik? Yuk, segera langganan sekarang dan manfaatkan promo potongan 10% dengan menggunakan kode voucer FINANSIALKU. Info lengkap klik banner ini.

Affiliate Rivan Kurniawan November 2023

 

Kendala Bisnis EBT di Indonesia

Dalam realisasinya pengembangan bisnis EBT di Indonesia tidaklah mudah.

Menurut sebuah studi dari Asian Development Bank, yang pernah mendalami bagaimana kiprah bisnis EBT di Indonesia, menyebutkan ada sejumlah kendala yang mungkin memperlambat laju pengembangan bisnis EBT di Indonesia, antara lain:

  1. Ketetapan harga tertinggi bagi pembelian listrik, yang ternyata lebih rendah dari jalannya biaya proyek EBT.
  1. Indonesia masih belum mampu sepenuhnya dalam mengintegrasikan EBT.
  1. Masih belum memadainya perencanaan tentang lokasi yang akan digunakan. Begitu juga dengan jumlah EBT yang dibutuhkan.
  1. Biaya pengembangan sangat tinggi.
  1. Risiko pengembangan yang juga besar.
  1. Lokasi keberadaan yang cenderung jauh dari wilayah pusat perekonomian.

 

Kendala tersebut bukan tidak mungkin menyebabkan perlambatan pengembangan EBT di Indonesia. Untuk kita ketahui, rencana pembauran EBT ini ditargetkan bisa mencapai kisaran 23% – 25% di tahun 2025. Kemudian meningkat lagi hingga 29% di tahun 2030.

Namun, berdasarkan ungkapan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatatkan pencapaian Energi Baru Terbarukan (EBT) per Oktober 2023 kemarin sebesar 12,8% – 14%.

Realisasi dan target bauran EBT Tahun 2025

Realisasi dan target bauran EBT Tahun 2025. Sumber: zonaebt.com

 

Padahal di tahun depan 2025 mendatang, bauran EBT ini harus sudah mencapai target di level 23% – 25%.

Dadan Kusdiana – selaku Sekjen Kementerian ESDM, mengungkapkan bahwa secara volume bauran EBT mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh penambahan pembangkit secara bertahap.

Jumlah Kapasitas EBT Indonesia Berdasarkan Sumber Energi, Historical tahun 2018 – 2022. Sumber: zonaebt.com

Dan sebagai contohnya, PLTS yang baru diresmikan pemerintah menjelang tutup tahun 2023 kemarin adalah PLTS Terapung Cirata di Purwakarta.

PLTS ini juga menjadi bagian PLTS terbesar di wilayah Asia Tenggara, dengan kapasitas sebesar 192 megawatt peak (MWp). Dekat PLTS ini juga terdapat PLTA yang berkapasitas sebesar 1.000 megawatt.

Ilustrasi tata letak PLTS Terapung Cirata ΓÇô Purwakarta

Ilustrasi tata letak PLTS Terapung Cirata – Purwakarta, Jawa Barat. Sumber: cnbc.indonesia.com

 

Dengan perkembangan tersebut, maka akibatnya di awal tahun 2024 ini pemerintah akan mengebut tercapainya target bauran EBT.

Siaran Pers Pernyataan Pemerintah Kejar Target Tingkatkan Bauran EBT. Sumber: esdm.go.id

 

Perbandingan Kinerja Saham Sektor EBT

Walaupun terdapat beberapa perusahaan yang akan shifting ke sektor EBT, tidak ada salahnya jika kita bandingkan potensi emiten yang sudah menikmati hasil investasinya pada sektor EBT. Sebagaimana berikut:

 

#1 EBT Air

Pada sektor ini terdapat dua emiten yakni KEEN dan ARKO dengan perbandingan sebagai berikut:

EBT Air

Pada bisnis EBT air dari segi return, ARKO jauh lebih baik dari KEEN. Tetapi dari sisi valuasi KEEN masih lebih murah dan memiliki risiko rendah dibandingkan ARKO.

 

#2 EBT Geothermal

Pada sektor ini terdapat dua emiten yakni BREN dan PGEO dengan perbandingan sebagai berikut:

EBT Geothermal

Dengan DER 1184,52% BREN, tentunya memiliki risiko yang cukup tinggi di bagian neraca keuangan dibandingkan dengan kompetitornya, yaitu PGEO dengan DER 49,86%.

Kalau kita lihat, ROE BREN memang lebih tinggi, tapi hal tersebut karena utangnya yang juga besar terlihat dari DER-nya.

[Baca Juga: Antara BREN dan PGEO, Mana yang Menguasai Bisnis Geothermal?]

 

#3 EBT Bioethanol

Pada sektor ini terdapat dua emiten yakni MOLI dan ESSA dengan perbandingan sebagai berikut:

EBT Bioethanol

Pada EBT bioethanol, saham MOLI memiliki rasio profitabilitas yang menarik. Namun jika kita mengincar dividen, maka ESSA jauh lebih mampu mencetak keuntungan dengan dividen yield sebesar 7,63%.

 

#4 EBT Surya

Pada sektor ini terdapat dua emiten yakni SEMA dan JKSY dengan perbandingan sebagai berikut:

EBT Surya

Pada pengembangan EBT surya, jelas SEMA lebih unggul dari beberapa rasio di atas, jika dibandingkan dengan JKSY. Kondisi JKSY yang memiliki negatif equity, tentunya menjadi ‘warning’ yang perlu diperhatikan oleh teman-teman investor yang ingin masuk ke dalamnya.  

 

Kesimpulan

Membahas mengenai prospek dan kendala bisnis EBT di Indonesia, memang tidak dapat dibantah bahwa pengembangan EBT akan terus berlanjut.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dalam bisnis EBT, maka sudah seharusnya Indonesia turut andil dalam peralihan pemanfaatan energi tak terbarukan dari semula fossil menjadi ke energi baru terbarukan (EBT).

Keunggulan EBT yang lebih ramah lingkungan, membuatnya diklaim mampu mengantisipasi ancaman global warming dan perubahan iklim yang terjadi secara drastis.

EBT diperkirakan akan menjadi sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan pada berbagai sektor industri maupun rumah tangga di masa mendatang.

Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan fokus dan upaya dalam pengembangan EBT lebih serius lagi. Dengan harapan dapat meningkatkan peluang investasi dan juga percepatan pada pengembangan EBT.

Mengingat potensi EBT di Indonesia yang sangat besar dan membutuhkan pendayagunaan yang optimal.

Dan sejalan dengan pengembangan EBT yang menarik dari sisi bisnis, tidak menutup kemungkinan untuk ke depannya akan ada lebih banyak perusahaan dengan portofolio bisnis EBT yang listing ke BEI. Hal ini tentu menjadi katalis positif bagi pertumbuhan bursa dan juga pilihan portofolio investasi bagi para pelaku pasar.

Nah, dari sejumlah emiten-emiten yang mengembangkan EBT seperti di atas. Mana emiten EBT yang berhasil menarik minat teman-teman investor? Dan apa alasannya? Yuk, sharing pandangan teman-teman investor mengenai saham-saham di sektor EBT!

Tonton juga video berikut ini supaya keuntungan investasi saham makin meningkat!

 

 

Jadi, sudah memutuskan untuk berinvestasi di bisnis ini? Tulis opini dan pandangan Anda mengenai informasi di atas di kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa bagikan juga pada rekan-rekan investor lainnya.

 

Editor: Ratna Sri H.