Pengumuman Presiden soal wabah virus corona yang menulari dua orang WNI asal Depok membuat masyarakat ramai panic buying.

Simak informasi selengkapnya di berita Finansialku di bawah ini!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Panic Buying Karena Virus Corona dari Corong Psikologi

Pasca Presiden Jokowi mengeluarkan pengumuman resmi soal dua orang WNI yang terjangkit virus corona, masyarakat dilanda kekhawatiran dan kepanikan berlebih.

Sikap ini dapat terlihat di beberapa daerah yang kehabisan stok masker dan bahan makanan karena diserbu oleh masyarakat.

Virus Corona Munculkan Panic Buying, Ini Efeknya 02

[Baca Juga: Jangan Salah! Hand Sanitizer Ini yang Bisa Tangkal Virus Corona]

 

Melansir laporan laman kompas.com, dikatakan bahwa antrean di depan kasir terlihat mengular di pusat perbelanjaan Grand Lucky di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

Warga yang mengantre cenderung membeli banyak bahan makanan, terlihat dari troli yang terlihat dipenuhi dengan kebutuhan pokok seperti mie instan, beras, dan minyak.

Sikap tidak normal dalam memborong barang-barang primer seperti bahan makanan dan primer ini biasanya lebih dikenal dengan istilah panic buying.

Sebenarnya, fenomena ini juga sudah pernah terjadi di beberapa negara terinfeksi virus corona seperti China, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang, Italia, Jerman, Austria, dan negara-negara terinfeksi lainnya.

Melansir laman sains.kompas.com, dikatakan kalau sikap panic buying ini dilakukan oleh masyarakat untuk mengambil kembali kontrol.

Untuk mendapatkan kembali kontrol, orang-orang melakukan aksi ini, agar mereka merasa sudah melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

Hal ini turut disetujui oleh sebuah penelitian berjudul Journal of Consumer Research yang dilakukan oleh Assistant Professor of Organisational Behaviour bernama Andy J Yap bersama dengan Charlene Y Chen, seorang Assistant Professor of Marketing, dan Leonard Lee, Professor of Marketing at NUS Business School.

Virus Corona Munculkan Panic Buying, Ini Efeknya 03

[Baca Juga: Harga Masker Mahal? Ini Cara Cegah Virus Corona Tanpa Masker!]

 

Setuju dengan hal itu, para Neurosains juga turut menjelaskan kalau ketika manusia merasa terancam, maka amygdala atau bagian otak yang memproses rasa takut dan emosi menjadi hiperaktif.

GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala Karyawan

Mockup Ebook Karyawan

 

 

Hal ini bisa berakibat matinya proses berpikir rasional, dan manusia cenderung sulit untuk berpikir rasional dan mudah terpengaruh oleh pola pikir kelompok.

Ketiga hal ini kemudian akan bersatu dan menjadikan seseorang sebagai pribadi yang lebih rentan salah dalam menilai sesuatu.

Pada saat amygdala hiperaktif dan membuat manusia sulit berpikir rasional, usahakan untuk memaksa tubuh mengurangi rasa stres dengan mengatur nafas dan berolahraga.

Hal ini disarankan langsung oleh seorang psikologi klinis dari Central Health Hong Kong, Dr Sara Houshmand, sebagaimana dilansir dari laman sains.kompas.com, Selasa (03/03).

Praktisi Patologi Sosial Kesehatan Masyarakat, Ester Jusuf mengatakan, fenomena ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan individu masyarakat Indonesia.

Bangsa kita ini sangat terbiasa memikirkan diri sendiri. Jadi langsung berpikir bagaimana dirinya selamat, keluarganya selamat, dengan cara tidak memikirkan yang lain. Jadi panic buying, beli ini beli itu.”

 

Bukan hanya itu, Ester juga menambahkan kalau fenomena ini diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang mudah ditipu oleh informasi tidak valid, yang akhirnya menimbulkan banyak kerugian.

Sementara itu, menanggapi fenomena panic buying ini, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan kalau pemerintah juga harus ambil peran dalam mengedukasi dan imbau masyarakat agar tetap tenang.

“Ya justru itu saya pikir pemerintah juga perlu mengedukasi masyarakat ya dan juga kita imbau masyarakat supaya tetap tenang, tidak panik, namun waspada.”

 

Virus Corona, Panic Buying, dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia

Seiring dengan peristiwa ini, beberapa saham emiten farmasi mengalami lonjakan kenaikan.

Seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) yang diketahui meroket sebanyak 10,53 persen dan PT Phapros Tbk. (PEHA) yang juga mengalami kenaikan hingga 3,45 persen.

Bukan hanya saham emiten farmasi, emiten consumer juga turut kena ‘imbas’ dari fenomena ini.

Dilansir laman swa.co.id, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), mengalami kenaikan sebanyak 6,37 persen.

Selain itu, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), juga turut meroket sebesar 3,62 persen.

Virus Corona Munculkan Panic Buying, Ini Efeknya 04

[Baca Juga: Saham Farmasi Naik Signifikan Pasca Indonesia Positif Corona]

 

Roy Mandey, Ketua umum Asosiasi Peritel Indonesia (APRINDO), mengatakan kalau ‘berkat’ fenomena panic buying, jumlah belanja harian mengalami kenaikan hingga 10-15 persen.

“Kenaikannya hanya bersifat sementara dan naiknya juga tidak terlalu signifikan, sekitar 10-15 persen.”

 

Menteri Perdagangan Indonesia, Agus Suparmanto cukup khawatir dengan fenomena ini dan mengimbau masyarakat untuk tidak panic buying, karena memicu ketidakstabilan harga.

“Panic buying bisa menyebabkan ketidakstabilan harga dan tidak menyebar pasokan harga bahan pokok dan tidak terpancing yang tidak benar dan menimbulkan hal-hal yang dikhawatirkan.”

 

Rachmat Gobel, Wakil Ketua DPR Jayapura, Papua, juga turut mengatakan kalau aktivitas panic buying ini bisa menimbulkan ketidakstabilan arus ekonomi di Indonesia bahkan bisa menciptakan inflasi.

Untuk meredakan kepanikan sekaligus menghentikan aksi panic buying ini, Roy Mandey mengatakan, pihaknya menjamin stok bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari masih tersedia dan aman.

“Pasokan sangat aman, para peritel memastikan stok aman dan tidak ada kelangkaan barang.”

 

Sikap ini bisa jadi juga disebabkan oleh masyarakat Indonesia yang latah setelah sebelumnya melihat fenomena ini juga sempat terjadi di beberapa negara lain yang lebih dulu terjangkit virus.

Hal ini kemudian membuat masyarakat Indonesia turut berpikir kalau mereka harus melakukan hal yang sama ketika Indonesia diserang virus corona.

Bagaimana pendapat sobat Finansialku mengenai fenomena panic buying ini? Silakan sampaikan pada kami melalui kolom komentar di bawah. Terima kasih!

Bantu kami untuk membasmi berita hoaks yang memperkeruh keadaan saat ini dengan menyebarkan berita yang valid ini pada rekan-rekan serta keluarga sobat Finansialku, ya!

 

Sumber Referensi:

  • Rindi Nuris Velarosdela & Rully R Ramly. 3 Maret 2020. Penjelasan Psikologi di Balik Panic Buying Akibat Virus Corona. Sains.kompas.com – http://bit.ly/2wug9b6
  • Nur Azizah Rizki Astuti. 3 Maret 2020. Ada Fenomena Panic Buying Karena Corona, Pimpinan DPR Minta Warga Tetap Tenang. News.detik.com – http://bit.ly/3arkLNS
  • Admin. 3 Maret 2020. Fenomena Panic Buying, Pengamat: Bangsa Kita Gampang Terima Berita Hoaks. Rri.co.id – http://bit.ly/2PIukzQ
  • Dusep Malik & Mohammad Yudha Prasetya. 3 Maret 2020. Marak ‘Panic Buying’, Peritel: Belanja Harian Naik 15 Persen. Vivanews.com – http://bit.ly/2IeOxsY
  • Admin. 3 Maret 2020. Panic Buying, Saham Farmasi dan Consumer Goods Meroket. Swa.co.id – http://bit.ly/3alHhY8
  • Giri Hartono. 3 Maret 2020. Aprindo Catat Belanja Naik Hingga 15%, Efek Panic Buying?. Economy.okezone.com – http://bit.ly/39scARm
  • Cantika Adinda Putri. 3 Maret 2020. Mendag: Jangan Panic Buying, Bisa Bikin Harga Tak Stabil!. Cnbcindonesia.com – http://bit.ly/2wnBHGi
  • Dani Jumadil Akhir. 3 Maret 2020. Masyarakat Diminta Jangan PanicBuying, Inflasi Bisa Tinggi. Economy.okezone.com – http://bit.ly/3atutiO

 

Sumber Gambar:

  • PanicBuying 01 – http://bit.ly/2uPLnZy
  • PanicBuying 02 – http://bit.ly/2TDqB7I
  • PanicBuying 03 – http://bit.ly/32O3sDP
  • PanicBuying 04 – http://bit.ly/2wwfPs3