Mungkin Sobat Finansialku sering mendengar kata ‘investasi’, dan mungkin yang terbersit dalam pikiran kita mengenai kata tersebut adalah saham. Ternyata, investasi tidak hanya saham, lho.

Cari tahu yuk apa itu investasi dan bagaimana pentingnya dalam perencanaan keuangan melalui artikel berikut ini.

 

Investasi

Menurut teori ekonomi, investasi merupakan pengeluaran yang berhubungan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva untuk membeli peralatan-peralatan produksi dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

Investasi juga sering disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.

Orang yang memiliki kekayaan lebih dari Rp 10 miliar, biasanya berinvestasi agar uangnya bisa menjadi lebih banyak lagi.

Orang kelas menengah, tujuan investasinya adalah bagaimana agar rencana keuangannya terpenuhi dengan uang yang terbatas.

Misalnya, ada yang berencana mau beli rumah, bagaimana caranya agar 3 tahun lagi bisa membeli rumah. Atau mungkin 4 tahun ingin menyiapkan dana pendidikan buat anak, maka bagaimana caranya agar dana pendidikannya terpenuhi, dan banyak tujuan lainnya.

Nah, cara investasinya pun agak berbeda. Orang kaya bebas jika mereka mau berspekulasi, sedangkan orang kelas menengah, mereka memiliki uang yang pas sehingga jika berspekulasi dan hilang, akan menjadi gawat.

Maka dari itu, jika financial planning kita ibaratkan sebagai GPS-nya kita, maka investasi adalah kendaraan kita. Dan jika melihat dalam piramida perencanaan keuangan Finansialku, ketika kita berbicara investasi itu kita sudah tidak berbicara di bagian fondasi, tetapi sudah berbicara tentang kenyamanan keuangan.

Piramida Perencanaan Keuangan Finansialku

Piramida Perencanaan Keuangan Finansialku

 

Kata Benjamin Graham,

“The essence of investment management is the MANAGEMENT OF RISK, not the MANAGEMENT OF RETURNS.

(Yang terpenting dalam manajemen investasi adalah manajemen risiko, bukan manajemen return/keuntungan.)

Ketika kita berinvestasi pasti ada risiko. Nah, yang bisa kita kelola pertama adalah risikonya dulu dan setelah itu keuntungannya.

Dengan begitu, keuntungannya tidak menjadi hal yang kita kejar terlebih dahulu, melainkan risikonya yang kita kelola, sehingga setidaknya uang kita tidak hilang.

 

Profil Risiko

Kalau bicara tentang investasi, selalu membahas investasi sesuai dengan profil risiko:

  1. Semakin spesifik tujuan keuanganmu, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  2. Semakin pendek jangka waktunya, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  3. Semakin banyak pengetahuan kamu tentang suatu produk investasi, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  4. Semakin tahu kondisi terkini market, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  5. Semakin kondisi keuanganmu makin baik (punya banyak cash), maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  6. Semakin tua, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.
  7. Semakin besar penghasilanmu, maka kamu semakin berani atau takut berinvestasi.

 

Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda untuk profil risiko tersebut, ada yang berani namun ada juga yang takut. Jadi, profil risiko setiap orang itu tergantung dari banyak variabel.

 

Risiko VS Berisiko

Ada perbedaan antara risiko dan berisiko. Misalnya seseorang naik motor, ada kemungkinan akan ditabrak atau menabrak, itu risiko. Orang yang berinvestasi, risikonya kalau bukan untung maka rugi. 

Tetapi kalau misalnya ada seorang ibu yang nekat bawa motor dan memangku anaknya di sebelah kiri, ibunya menggunakan helm tetapi anaknya tidak menggunakan helm, maka bisa saja anaknya keserempet mobil atau motor pengendara lain. Nah, itu namanya berisiko, bukan risiko.

Jadi bedanya adalah, kalau risiko itu potensinya ada dari objek dan kegiatan kita, dan kalau itu tidak dikeluarkan maka tidak akan terjadi apa-apa.

Tetapi kalau kegiatan kita dilakukan secara ngaco, maka itu berisiko. Jadi berisiko itu orangnya, sedangkan risiko itu ada dari apa yang kita kerjakan.

Misal ada orang yang mau berenang, maka risikonya adalah tenggelam. Tetapi kalau dia sebelum berenang tidak pemanasan, langsung masuk ke kolam renang dan kemudian kram, maka itu namanya berisiko. 

Nah, kebanyakan orang yang berinvestasi berpikir seperti ini “yang penting saya punya uang, apa pun itu yang dikatakan oleh influencer saya, saya akan beli”. Itu namanya berisiko. 

Kalau dibuat dalam sebuah grafik saat kita berusia 20 sampai 40 tahun, kebanyakan dari kita itu moderate to aggressive, jadi tidak ekstrem conservative dan tidak ekstrem aggressive, tetapi di tengah-tengah.

Jadi ketika kita berinvestasi sesuai dengan profil risiko itu kurang pas, karena pada dasarnya di usia tersebut kita berada di tengah-tengah.

Terlebih ketika kita menjadi tahu tentang suatu produk, maka kita semakin berani untuk berinvestasi, berarti bisa jadi ketika kita tidak tahu produknya seperti apa, maka kita tidak berani.

Kalian bisa cari tahu mengenai risiko-risiko investasi melalui video berikut ini.

 

Cara Kerja Investasi

Banyak orang berpikir bagaimana cara dapat untung rupiah dari investasi itu sangat besar, orang berpikir untuk mencari produk investasi yang memberikan return investasi paling banyak, supaya hasilnya paling besar.

Tetapi ternyata ketika kita belajar tentang keuangan, ilmu ini adalah ilmu yang paling pertama diajarkan di kelas dan ada rumusnya. Ternyata ada 4 hal yang membuat investasi kita semakin besar, bukan hanya soal return, yaitu:

  1. Modal awal
  2. Investasi berkala
  3. Periode investasi
  4. Keuntungan investasi

 

Sebagai contoh.

Kalau misal ada orang invest Rp 1 juta sebagai modal awalnya, kemudian setiap bulan invest Rp 500 ribu atau Rp 6 juta setiap tahunnya, dan dia invest selama 1 tahun di reksa dana pasar uang dengan keuntungan investasi sebesar 4% per tahun, maka itu angka akhirnya adalah Rp 7.023.000, untungnya hanya Rp 23.000 saja.

Jika angka keuntungannya dinaikkan dari 4% ke 8%, keuntungannya jadi Rp 46 ribu, naiknya hanya Rp 20 ribuan.

Ketika dinaikkan lagi ke 12%,naiknya hanya jadi Rp 70 ribu, ketika dinaikkan lagi ke 15% itu hanya jadi Rp 87 ribu, dan ketika naik lagi ke 20% itu hanya jadi Rp 116 ribu. Yang berarti, tidak ada kenaikan yang signifikan meski return-nya besar.

Tetapi kalau dengan return normal saja, misalnya 10%, ketika periodenya dari satu tahun menjadi dua tahun, maka efeknya akan besar, tiga tahun menjadi lebih besar lagi, dan ketika lima tahun itu sudah jadi Rp 31.800.753.

Yang berarti, semakin lama semakin tinggi keuntungannya. Inilah mengapa dikatakan bahwa temannya investasi adalah waktu. 

Begitu juga kalau modal awalnya kamu buat semakin besar, keuntunganya juga akan semakin besar. Atau kalau kamu tidak memiliki modal awal sebanyak itu, maka kamu bisa menaikkan jumlah investasi rutinnya.

Misalnya dari Rp 500 ribu per bulan kamu naikkan menjadi Rp 1 juta per bulan, kenaikannya pasti akan menjadi lebih signifikan.

Misalnya, jika kamu pertama masuk kuliah berinvestasi dengan modal awal Rp 2 juta, dan kemudian setiap bulan rutin berinvestasi sebesar Rp 500 ribu, maka bisa saja 4 tahun ke depan ketika kamu lulus kuliah, kamu memegang uang sebesar Rp 51 juta, dengan perkiraan return 10% per tahun.

Jadi, semakin besar modal yang kamu punya, maka akan semakin besar keuntunganmu, semakin besar kamu investasi berkala maka akan semakin besar keuntunganmu, semakin panjang periode investasimu maka keuntunganmu akan semakin besar, dan semakin besar persentase keuntungan investasinya maka akan semakin besar juga keuntunganmu.

Dengan begitu, kamu tidak bisa hanya fokus pada satu aspek saja.

Untuk menambah modal awal dan jumlah investasi berkala, maka kamu perlu menambah pemasukan dan sekaligus menambah porsi investasinya.

Kemudian untuk periode investasinya, kamu bisa membuat planning dari jauh-jauh hari dan tidak mepet, karena semua yang mepet itu pasti berat, investasi tidak bisa menggunakan sistem kebut semalam.

Sekali lagi, investasi tidak melulu soal return, tetapi juga disesuaikan dengan tujuan investasimu.

Kalau kamu tidak memiliki tujuan, maka mungkin kamu bisa hanya mendiamkan uangnya saja, tetapi kalau kamu ingin beli rumah, ingin menikah atau mempersiapkan dana pensiun, dari sanalah kemudian kamu mulai menghitungnya.

Misalnya, Anda ingin beli rumah di harga sekian, kamu miliki uang sekian, dan kamu perlu mengembangkan uang sekian persen dalam waktu satu tahun.

Nah, dari hitungan sekian persen dalam setahun inilah kemudian Anda sesuaikan akan mengambil produk investasi yang seperti apa. 

Jadi, jika seandainya dari perhitungan tersebut Anda membutuhkan perkembangan sebanyak 5%, maka mungkin Anda bisa menggunakan P2P Lending atau SBN saja, tetapi jika yang Anda butuhkan ternyata 15%, maka Anda mungkin butuh yang lebih agresif seperti saham.

Untuk kamu yang mulai berinvestasi, idealnya kamu melakukan sekali evaluasi dalam satu bulan. Investasi pada dasarnya seperti kamu menanam tanaman, di mana orang yang menanam tanaman itu tidak pernah hanya menanam bijinya saja dan kemudian membiarkannya bertumbuh, pasti ada yang namanya disirami, diberi pupuk, dan bahkan diberi pestisida. Ini namanya dirawat!

Investasi pun dirawat, tidak mungkin hanya dibiarkan semua berjalan secara alami. 

 

Capital Gain and Cash Flow

Bagaimana membedakan capital gain dan cash flow?

Sebuah cerita untuk menggambarkannya.

Ada seorang petani tua miskin yang berdoa kepada Tuhan agar diberi kekayaan, kemudian Tuhannya memberi seekor angsa yang bisa bertelur emas.

Tuhan berpesan agar jika ia mau makan, ia jual saja telurnya setiap hari. Si petani pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh Tuhannya.

Suatu ketika si pedagang yang biasa membeli telurnya itu menawarkan untuk membeli angsa milik pak tani dengan harga yang mahal, jika misalnya selama ini pak tani menjual telur seharga Rp 10.000, pedagang menawar angsa miliknya seharga Rp 100 juta.

Melihat angka yang besar, pak tani akhirnya melepas angsa miliknya itu.

Nah, investasi yang sifatnya capital gain itu adalah yang tipikal jual angsanya, jadi barang utamanya itu dijual dan kamu dapat untung.

Tetapi kalau kamu sifatnya cash flow, kamu itu seperti jualan telur, setiap hari telur emasnya dijual sehingga dapat untung dari telur emasnya itu. 

 

Produk Investasi

Ada banyak produk investasi, ada yang sifatnya real yang barangnya bisa dipegang dan ada juga yang sifatnya kertas karena semuanya dalam bentuk kertas digital.

Yang real itu seperti rumah, apartemen dan emas, sedang investasi yang sifatnya paper itu seperti saham, surat hutang, reksa dana, P2P lending dan sebagainya. 

Untuk investasi emas, termasuk capital gain. Investasi rumah dan saham bisa termasuk capital gain dan cash flow.

Kalau obligasi, ada yang dua-duanya dan ada juga yang hanya cash flow atau hanya capital gain saja.

Kemudian kalau reksa dana, itu uangnya kamu titipkan di manager investasi, kamu beli Rp 1.000 dan kamu jual Rp 1.200, reksa dana kebanyakan adalah capital gain, dan jarang sekali ada yang memberi dividen.

Nah, sedangkan P2P Lending, kamu memberikan utang kepada orang dan kemudian nantinya kamu dapat bunga, dengan begitu P2P Lending termasuk cash flow karena kamu tidak melakukan jual beli tetapi dapat keuntungan terus.

Mengapa ada banyak produk investasi?

Alasannya seperti ini, misalkan ada sebuah perusahaan besar hendak membuat pabrik baru di tahun depan untuk menambah lini bisnisnya, harga pabriknya Rp 10 triliun.

Untuk mencari pendanaan pembangunan pabrik baru ini, pertama-tama Direktur Keuangan akan menggunakan aset atau uang perusahaan, dan jika uang yang ada Rp 1 triliun, berarti masih kurang Rp 9 triliun lagi.

Untuk menambah dana, perusahaan mencari utang dari bank, anggaplah bank bisa mengutangkan sebesar Rp 2 triliun, masih kurang Rp 7 triliun lagi. Kemudian perusahaan mengeluarkan surat utang jangka panjang yang lebih dari 5 tahun, dan dapat Rp 5 triliun dari pasar.

Utang bank dan surat utang jangka panjang inilah yang disebut dengan liabilitas.

Untuk memenuhi dana yang masih kurang, kemudian perusahaan bisa menerbitkan saham baru untuk pabriknya, ini equity.

Misal, dari saham perusahaan mendapat Rp 2 triliun sehingga dana yang dibutuhkan terkumpul seluruhnya, dan pembuatan pabrik baru bisa dilakukan.

Nah, investasi di saham disebut sebagai investor saham, saham tersebut dijual di Bursa Efek Indonesia. Yang beli surat utang tadi, disebut sebagai investor obligasi.

Investor saham bisa dapat untung jika misalnya ia membeli di harga Rp 1.000 per lembar dan kemudian menjualnya di harga Rp 1.200 per lembar. Tetapi ada juga yang keuntungannya dibagi setiap tahun, ini disebut sebagai dividen.

Sedangkan investor obligasi, mereka akan mendapat untung dari bunga yang dibayarkan oleh bank, atau pun jika ia menjual surat utang dengan harga yang lebih mahal dari harga belinya.

Kemudian, ada orang yang memiliki banyak uang, pandai mencari uang tetapi tidak pandai memutar uangnya dengan berinvestasi.

Maka dari itu, muncullah yang namanya perusahaan Manager Investasi (MI) yang produknya adalah reksa dana. Produk reksa dana ini berisi saham, surat utang, deposito atau pun pasar uang, dan mereka mengelolanya dengan menggunakan uang investor.

Nah, cara pencarian dana seperti ini biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Sedangkan untuk perusahaan yang masih kecil, surat utang jangka panjang diganti dengan P2P Lending yang sifatnya sama, tetapi tidak bisa diperjual-belikan dan hanya dapat bunganya saja.

Perusahaan yang kecil ini pun bisa mendapat pendanaan dari penjualan saham melalui equity crowdfunding yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia per tahun 2021.

Selain itu ada juga fintech yang memfasilitasi investor untuk bisa berinvestasi di UMKM.

Sobat Finansialku bisa mendapatkan pengertian lebih mendalam lagi mengenai reksa dana melalui audiobook Finansialku yang dirangkum khusus untuk kamu yang ingin mulai investasi, khususnya reksa dana.

banner -mudah cara memilih reksa dana yang tepat

 

Selanjutnya, Anda dapat membaca panduan belajar Investasi: Mengenal Compound Interest.

 

Kalau kamu tertarik memulai investasi dan bingung bagaimana dan ke mana menginvestasikan uang, kamu bisa konsultasi dengan Certified Financial Planner (CFP) Finansialku.

Namun, sebelumnya lakukan dahulu cek kesehatan keuangan supaya konsultasi Anda bisa selesai tepat sasaran, ya. Tenang! Cek kesehatan keuangan bisa Anda lakukan melalui aplikasi Finansialku juga, kok.

Anda dapat mengunduh Aplikasi Finansialku di Apps Store atau Play Store dan manfaatkan potongan harga Rp 50 ribu dengan kode promo: WEBTAHUNAN untuk biaya member PREMIUM yang lebih ekonomis selama satu tahun.

 

Nah, itu dia penjelasan tentang investasi dan pentingnya dalam perencanaan keuangan. Bagikan artikel ini pada keluarga dan sahabatmu supaya bisa mulai investasi bareng.

 

Editor: Eunice Caroline