Sobat Finansialku sudah familiar dengan istilah latte factor? Benar, pengeluaran kecil yang tidak terasa, tetapi dilakukan setiap hari. Sampai-sampai karena kamu tidak sadar, latte factor itu menyedot gajimu setiap bulan, loh.

Istilah latte factor ini dipopulerkan oleh David Bach yang pada dasarnya konsep yang diangkat cukup sederhana.

Istilah latte dipilih karena merujuk pada hobi banyak orang mengonsumsi kopi setiap hari, dan ini sudah banyak dilakukan baik oleh anak muda hingga orang dewasa dengan tujuan meningkatkan produktivitas.

Tetapi, kenapa ya istilah latte factor ini menciptakan kebiasaan yang terkesan boros?

 

Apa Penyebab Latte Factor?

Saat kamu terima gaji setiap bulan, tiba-tiba kamu bingung, eh uangnya lari ke mana ya? Perasaan belum beli apa-apa? Mungkin kamu punya kebiasaan atas pengeluaran kecil yang kesannya sepele padahal jika diakumulasikan dalam satu minggu, satu bulan, atau bahkan satu tahun memiliki porsi yang tidak sedikit dalam keuangan kamu.

Namun sangat disayangkan, pengeluaran kecil ini sering sekali diabaikan karena dirasa tidak mempengaruhi kondisi finansial. Padahal jika diakumulasikan memiliki dampak besar di kemudian hari.

 

Pengaruh Latte Factor Terhadap Keuangan?

Latte Factor setiap orang berbeda-beda ya, mulai dari biaya beli air mineral kemasan, camilan, biaya transfer antar bank, kopi, rokok, sepatu, lipstick, skincare dan lain-lain.

Sebagai contoh, ada pekerja kantoran di kawasan Sudirman, kita panggil saja Anton ya. Jadi Anton ini kalau ke kantor bawa motor, dia sering merasa lelah maka dari itu dia selalu menjaga tubuhnya hydrated.

Anton setiap sampai kantor pasti dia langsung beli air mineral dulu sebelum memulai aktivitas, jika kita anggap satu kali pembelian air mineral tersebut Rp 5.000 dan dalam sehari Anton bisa beli tiga kali air mineral kemasan, pagi saat sampai kantor, saat makan siang dan yang terakhir saat perjalanan pulang.

Maka dalam satu hari Anton sudah mengeluarkan Rp 15.000 untuk air mineral saja, dalam satu minggu diakumulasikan menjadi Rp 75.000 dan dalam satu bulannya Anton memiliki pengeluaran air mineral kemasan Rp 300.000.

Belum sampai situ, setiap hari Anton tidak pernah absen beli kopi sehabis makan siang. Harga kopi Anton Rp 40.000 total sebulan Rp 800.000.

Nah, kalau sudah di break down seperti ini, baru Anton merasa, wah lumayan juga ya, tidak rela total Rp 1.100.000 untuk air mineral dan kopi setiap harinya. Belum lagi rokoknya, biaya parkir, atau kadang ojek online.

Finansial itu berbicara soal angka dan sifatnya pasti, jadi semua bisa dihitung. Bayangkan ada pengeluaran Rp 1.100.000 yang tidakterasa dan tidak pernah ke track setiap bulannya.

Berikut audiobook dari Finansialku, dengarkan selengkapnya mengenai cara mengatur keuangan untuk umur 20an.

banner -perencanaan keuangan 20an (1)

 

Tips mengatasi Latte Factor

#1 Budgeting

Konsep dari pengaturan cashflow, mengetahui jumlah pendapatan yang masuk lalu dikurangi dengan berbagai macam pengeluaran dari yang sifatnya kewajiban, pengeluaran primer, atau pengeluaran sekunder.

Nah, sisa dari pendapatan tersebut yang biasa disebut discretionary income untuk dialokasikan ke tabungan atau investasi.

Jika memang ingin memiliki tabungan atau investasi lebih, maka kuncinya antara mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan. Maksudnya di sini biasanya latte factor termasuk ke dalam pengeluaran sekunder yang tidak tercatat.

Jadi jika memang Sobat Finansialku memiliki kebiasaan membeli kopi ada baiknya diberikan “budget” saja untuk kopi tersebut. Sehingga hal ini mengurangi rasa stress yang berlebih atas anggapan hilangnya uang setiap bulan.

Contoh seperti Anton, jika memang sudah tercatat ada pengeluaran Rp 1.100.000 untuk kopi dan air mineral maka silakan dialokasikan budget tersebut.

Sehingga kita bisa benar-benar tahu berapa discretionary income yang akan dialokasikan untuk tabungan atau investasi setiap bulannya.

 

#2 Mencari Alternatif Barang atau Substitusi Lain

Dalam pembahasan latte factor ini kita harus benar-benar bisa mencari substitusi barang lain untuk menutupi pengeluaran yang terkesan kecil, padahal jika diperhitungkan bisa mempengaruhi kondisi finansial dalam satu bulan bahkan satu tahun.

Jadi, setelah kita tau apa latte factor kita, seperti pembahasan di awal latte factor setiap orang itu berbeda-beda, jadi pastikan Sobat Finansialku sudah bisa menemukan apa latte factor kamu.

Contohnya jika memang latte factor kamu adalah pembelian air mineral, dan dalam sehari bisa tiga kali membeli air mineral kemasan, maka sudah saatnya kamu bawa botol minum sendiri.

Baca juga: Gaji Numpang Lewat? Bisa Jadi Karena 7 Latte Factor Ini

Mungkin sulit untuk mengubah kebiasaan lama, tapi ini bisa jadi alternatif untuk memangkas pengeluaran atas latte factor-mu itu.

Contoh lain kalau seperti Anton tadi, yang setiap hari membeli kopi Rp 40.000 dalam sehari sekarang Anton mencari alternatif kopi yang lebih murah harganya tapi tetap disukainya, alhasil Anton beralih ke kopi seharga Rp 18.000.

Mencari alternatif substitusi barang seperti ini akan efektif kalau Sobat Finansialku bisa pelan-pelan mengubahnya ya, gak perlu langsung drastis tapi setidaknya ada perubahan ke arah sana.

Contoh lainnya latte factor adalah biaya transfer antar bank, sekarang kamu juga sudah bisa ya mengurangi biaya ini dengan berbagai kecanggihan teknologi diluar sana, lagi-lagi mungkin terkesan sepele hanya Rp 6.500 untuk satu kali transaksi tapi jika diakumulasikan sebulan, bahkan setahun uang tersebut bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya.

Berikut Tips Untuk Mengatasi Latte Factor 02-Finansiaku

Ilustrasi Pasangan Muda Mengatur Keuangan Sumber: https://bit.ly/3bL1Tw3

 

#3 Pastikan Pengeluaran Tercatat

Memang sih, mencatat pengeluaran itu membosankan atau ya paling bisa bertahan hanya beberapa minggu saja. Sebenarnya dalam hal ini kamu tidak perlu terus-menerus mencatatnya kok, tetapi pastikan kamu sudah memiliki satu pencatatan atas pengeluaran minimal pola yang bisa dijadikan pedoman setiap bulannya.

Latte factor ini sifatnya pengeluaran kecil yang tidak terasa, loh, jadi kalau kamu tidak benar-benar mencatat atau mengetahui kebocoran pengeluaran kamu, hal tersebut bisa mempengaruhi kondisi keuangan kamu di masa mendatang.

Baca juga: Apakah Mencatat Keuangan Itu Perlu atau Tidak

Tidak semua orang memiliki latte factor kopi ya, ada juga yang ternyata lipstick. Setiap bulan ada aja pembelian lipstick baru, padahal mungkin saja shade tersebut juga sudah dimilikinya di rumah, namun ingin saja beli setiap bulannya jika brand tersebut mengeluarkan varian baru.

Jika memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, maka sebaiknya dicatat saja lalu diberikan budget untuk hal tersebut.

Tujuannya agar Sobat Finansialku benar-benar bisa bertanggung jawab atas pendapatan yang dimiliki setiap bulan yang memiliki pos nya masing-masing.

 

#4 Memanfaatkan Member atau Promo

Setelah kamu sudah catat pengeluaran tersebut, dan sudah mengetahui apa latte factor mu saat ini, ternyata tidak ada substitusi atas latte factor-mu itu, lalu harus bagaimana ya?

Nah, jika sudah seperti ini berarti mau tidak mau kamu harus memberikan budget terhadap kebiasaan kecil mu kali ini, tapi salah satunya cari manfaat lain yang bisa kamu lakukan.

Salah satunya jika memang kamu sudah terbiasa minum kopi Rp 40.000 dan susah untuk menurunkan standar kopi yang kamu sukai, carilah promo yang bisa mengurangi atas latte factor-mu itu atau kalau memang ternyata menjadi member dapat memberikan keuntungan, hal tersebut kenapa gak dilakukan saja.

Baca juga: 5 Cara Belanja Online Agar Hemat Hingga Akhir Bulan

Terlebih lagi untuk mudah mencatat pengeluaran tersebut dan bisa menghasilkan “buah” juga kamu bisa memanfaatkan fitur kartu kredit dimana jika kita banyak bertransaksi akan mendapatkan poin yang nantinya bisa digunakan juga untuk budget kebutuhan lainnya contohnya menukarkan poin menjadi miles, dari latte factor jadi bisa punya tambahan miles untuk liburan.

Eits, tapi ingat ya hal ini dilakukan jika kamu juga sudah siap dan benar-benar bisa memberikan hasil yang cukup signifikan untuk pos pengeluaran lainnya, jangan sampai awalnya ingin mendapatkan benefit malah kebalikannya.

 

Mulai Perubahan Sekarang!

Latte factor yang awalnya orang-orang tidak menyadarinya, namun saat kita sudah mencatat pengeluaran kecil maka pemborosan tersebut bisa diatasi ya. Memulai perubahan itu memang sulit, namun kalau dibiarkan sungguh sayang sekali.

Nah, supaya pengeluaran kamu rapi dan benar-benar tercatat kamu bisa memanfaatkan Aplikasi Finansialku yang bisa di unduh secara gratis di Google Playstore dan AppleStore. Selamat mencoba!

 

Bagaimana Sobat Finansialku? Sekarang sudah paham kan mengenai latte factor? Yuk, bagikan artikel ini ke teman-teman dan sanak saudara kamu agar mereka tahu apa yang kalian ketahui. Semoga bermanfaat!

 

Editor: Eunice Caroline Trijadi

 

Sumber Referensi:

  • Admin. Hati-hati dengan Latte Factor, Kebiasaan yang Bisa Bikin Boros! Koinworks.com. https://bit.ly/3hMF0fA
  • Admin. Waspadai Latte Factor, Pengeluaran Kecil yang Membuat Keuangan. Kompas.com. https://bit.ly/3feot2n
  • Admin. The Latte Factor. https://bit.ly/3oNoU6X