Meski harga batu bara turun 40%, tapi laba ADRO meningkat 52%, kok bisa ya?

Dari hasil laporan keuangan semester pertama 2019, banyak yang mengecewakan karena perlambatan ekonomi, namun banyak juga yang melebihi ekspektasi pasar.

Salah satu emiten yang laporan keuangannya melampaui ekspektasi pasar adalah emiten di sektor pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) – yang mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 52% YoY.

Di saat kebanyakan emiten batu bara mencatatkan hasil yang negatif, ADRO justru sebaliknya. Apakah ini artinya ADRO memiliki prospek yang cerah juga ke depannya?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Logo Rivan Kurniawan

 

Sekilas tentang ADRO

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah perusahaan yang core bisnisnya bergerak di pertambangan batu bara terpadu di Indonesia. Berdiri sejak 1970-an, ADRO telah menjadi salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Indonesia.

ADRO dan anak perusahaannya bergerak dalam bidang pertambangan batu bara, perdagangan batu bara jasa kontraktor penambangan, infrastruktur, logistik batu bara, kegiatan pembangkit tenaga listrik, dan banyak lini bisnis lainnya.

Nama ‘Adaro’ dipilih dari perusahaan Enadimsa dalam rangka menghormati keluarga Adaro – sebuah keluarga yang sangat terkenal dalam sejarah Spanyol, yang telah berperan besar dalam kegiatan pertambangan di Spanyol selama beberapa abad.

Meski Harga Batu Bara Turun 40%, Tapi Laba ADRO Meningkat 52% 02 - Finansialku

[Baca Juga: Memahami Fluktuasi Harga Batu Bara di 2019]

 

ADRO melaksanakan penambangan perdana pada tahun 1990-an. Selama awal-awal tahun tersebut, ADRO mempersiapkan penambangan melalui peletakkan jalan sepanjang 27 km di atas rawa-rawa di sisi sungai Barito, konstruksi sistem penghancuran, stockpiling, pemuatan tongkang, dan akhirnya terjadilah penjualan pertama ADRO kepada Krupp Industries dari Jerman.

Hingga hari ini, produksi dan penjualan batu bara ADRO telah memiliki tren pertumbuhan yang cukup stabil, dan pada tahun 2018, produksi batu bara ADRO mencapai 54,04 juta ton.

Di tengah penurunan harga batu bara dunia yang mengakibatkan penurunan profitabilitas sejumlah emiten tambang batu bara, bagaimana caranya – di tengah penurunan harga batu bara ini – ADRO bisa mencatatkan peningkatan laba sebesar 52% YoY?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita melihat dampak dari penurunan harga batu bara dunia terhadap kinerja sejumlah emiten batu bara.

 

Dampak dari Penurunan Harga Batu Bara Dunia terhadap Kinerja Emiten Batu Bara

Setelah mengalami kejayaan di tahun 2016-2017, dimana harga batu bara melonjak tinggi dari sekitar USD 50/metric ton sampai ke USD 110/metric ton, harga batu bara di 2019 mengalami penurunan yang cukup dalam dari pertengahan 2018 sampai sekarang di 2019, dari sempat harga tertinggi berada pada sekitar USD 115/mt dan sekarang berada pada kisaran USD 69/mt atau sudah turun -40% yoy (sumber dari tradingeconomics.com)

Harga batu bara sendiri sudah turun dari pertengahan 2018, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Meski Harga Batu Bara Turun 40%, Tapi Laba ADRO Meningkat 52% 03 - Finansialku

Pergerakan Harga Batu Bara 2013 – 2019. Sumber: TradingEconomics.com

 

Jadi market seperti sudah hafal, kalau harga batu bara turun, pasti hampir semua emiten batu bara akan mencatatkan kinerja yang buruk. Itulah yang menyebabkan sejumlah harga saham emiten batu bara mulai priced in dengan ekspektasi bahwa di 2019 kinerja emiten batu bara akan memburuk.

Penurunan harga batu bara biasanya berkorelasi dengan profitabilitas emiten tambang batu bara. Hal ini dikarenakan harga jual batu bara para emiten tersebut memiliki acuan dari harga batu bara dunia itu sendiri. Belum lagi cost yang digunakan dalam menggali sampai menjual batu bara biasanya berada pada kisaran harga yang sama.

Inilah yang menyebabkan laba bersih emiten batu bara lainnya, seperti PTBA turun -16,28% yoy, HRUM turun -26,17% yoy, ITMG -31,21% yoy pada semester 1-2019.

Ini Dia 10 Fakta Tambang Batu Bara yang Menarik dan Menggiurkan 03 - Finansialku

[Baca Juga: Ini Dia 10 Fakta Tambang Batu Bara yang Menarik dan Menggiurkan]

 

ADRO merupakan emiten di sektor pertambangan yang terkonsentrasi di tambang batu bara.

Berdasarkan laporan keuangan ADRO di 1H 2019, penjualan batu bara berkontribusi sebesar 91,7% dari total pendapatan usaha perusahaan. Sedangkan sisanya sekitar 8,3% berasal dari jasa pertambangan maupun usaha non tambang lainnya seperti Adaro Water, Adaro Power, Adaro Logistics, Adaro Land, dan lain sebagainya.

Penjualan batu bara ADRO juga lebih banyak dijual melalui ekspor dibandingkan ke dalam negeri dengan persentase 82,5% ekspor dan 17,5% untuk dalam negeri.

Dari sini, dapat dilihat bahwa sumber pendapatan ADRO masih sangat tergantung pada batu bara, dan ADRO juga terlihat mengakuisisi sebuah perusahaan batu bara dari Australia. Bagaimana prospeknya ya?

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Mengakuisisi Kestrel, Menguntungkan Gak Buat ADRO?

Per 1 Agustus 2018, ADRO bersama EMR Capital menyelesaikan proses akuisisi 80% kepemilikan saham Kestrel Coal Mine (Kestrel) yang sebelumnya dimiliki oleh Rio Tinto dengan membentuk sebuah joint venture bernama Kestrel Joint Venture (KJV).

Oleh karena itu, tercatat KJV memiliki 80% saham Kestrel, dan ADRO tercatat sekarang memiliki 47,99% saham KJV.

Demi mengakuisisi Kestrel, ADRO menggelontorkan investasi sebesar USD 528,03 juta, atau naik sebesar 8,1% dari posisi di Desember 2018 kemarin.

Memahami Fluktuasi Harga Batu Bara di 2019 01 - Finansialku

[Baca Juga: Harga Batu Bara RI 2019-2020 Merosot, Kok Bisa?]

 

Kestrel adalah sebuah perusahaan asal Australia yang memproduksi batu bara yang memiliki fluiditas tinggi. Tercatat, pada 2018, Kestrel memproduksi dan menjual 4,76 Mt di 2018. Target penjualan dari Kestrel adalah India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan.

Diharapkan, Kestrel dapat meningkatkan produksi batu bara menjadi 6,7 juta ton pada tahun ini sehingga dapat meningkatkan profitabilitas dari ADRO.

Melihat kondisi industri batu bara sekarang, penulis sebenarnya tidak terlalu yakin dampak dari pengakuisisian ini akan berbuah positif. Anda juga mengetahui betapa besar ketidakpastian yang terjadi sekarang. Mulai dari perang dagang, perlambatan ekonomi, penurunan permintaan batu bara global, yang akan mempengaruhi nilai komoditas juga.

Tetapi, ada kemungkinan direksi berpendapat lain dan memiliki strategi sendiri dalam mengakuisisi Kestrel sebelumnya.

Nah, either pengakuisisian Kestrel ini dapat berkontribusi atau tidak terhadap profitabilitas ADRO, hal ini akan menarik untuk dilihat dalam waktu-waktu ke depannya.

Setelah membahas akuisisi Kestrel, mari kita sama-sama perhatikan bagaimana kinerja laporan keuangan ADRO sampai semester 1-2019 ini.

 

Kinerja Keuangan ADRO di Semester 1-2019

Meskipun industrinya sedang mengalami perlambatan, ADRO membuat kejutan melalui rilis hasil laporan keuangannya yang positif. Bukannya mengalami penurunan laba seperti emiten tambang batu bara lainnya, ADRO mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 52% YoY.

Secara keseluruhan, pendapatan ADRO meningkat dari USD 1,61 juta menjadi USD 1,77 juta atau meningkat sebesar 10,24% YoY. Sedangkan beban pokok pendapatan ADRO meningkat dari USD 1,11 juta menjadi USD 1,21 juta atau meningkat sebesar 8,27% yoy.

Ini artinya peningkatan pendapatan ADRO lebih tinggi dibandingkan dengan beban pokok pendapatan ADRO, yang menyebabkan laba kotor ADRO meningkat pula.

Meski Harga Batu Bara Turun 40%, Tapi Laba ADRO Meningkat 52% 04 - Finansialku

Sumber: Laporan Keuangan ADRO 1H 2019

 

Berdasarkan public release perusahaan, tercatat bahwa ADRO mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 18% YoY dan mengalami peningkatan penjualan batu bara sebesar 21% YoY.

Hal inilah yang menopang peningkatan pendapatan ADRO, berbeda dari emiten-emiten batu bara lainnya yang justru mengalami penurunan pada produksi batu bara maupun volume penjualan – dikarenakan sedang terjadi penurunan demand batu bara secara global.

Meski Harga Batu Bara Turun 40%, Tapi Laba ADRO Meningkat 52% 05 - Finansialku

Sumber: Public Expose ADRO Agustus 2019

 

Sebelum kita cepat terbuai dengan hasil yang terpampang jelas di depan mata, alangkah baiknya jika kita melihat lebih detail tentang peningkatan penjualan batu bara ADRO.

Penjualan batu bara berkontribusi 91,7% terhadap pendapatan usaha ADRO.

Nah, penjualan batu bara ini terbagi lagi menjadi ekspor dan domestik, dimana pada semester 1-2019, yang mengalami pertumbuhan positif adalah penjualan ekspor batu bara, bukan penjualan domestik.

Tercatat penjualan ekspor batu bara ADRO meningkat dari yang sebelumnya USD 1,2 juta menjadi USD 1,34 juta yoy atau meningkat sebesar 11,53%. Bandingkan dengan penjualan domestik, yah, meskipun meningkat tetapi hanya sebesar 0,85%.

Pertanyaannya, di tengah melemahnya permintaan global terhadap batu bara, bagaimana caranya ADRO dapat meningkatkan volume penjualan secara global / via ekspor?

Meski Harga Batu Bara Turun 40%, Tapi Laba ADRO Meningkat 52% 06 - Finansialku

Sumber: Laporan Keuangan ADRO semester 1-2019

 

Negara-negara yang menerima pasokan batu bara dari ADRO antara lain Malaysia, Cina, India, Jepang, beberapa negara di Eropa, dan lain-lain.

Mayoritas, permintaan setiap negara terhadap batu bara dari ADRO mengalami peningkatan. Lihat saja permintaan dari Malaysia dan China yang meningkat masing-masing sebesar 16,64% dan 9,81%. Hal ini tentu saja merupakan angin segar bagi ADRO.

Dari sisi neraca, ADRO mencatatkan utang yang tergolong masih sehat dengan liquidity ratio sebesar 1,47x dan debt to equity ratio sebesar 0,61x. Artinya, ADRO memiliki keuangan yang cukup sehat yang bisa mengcover utang-utang ADRO baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.

Interest-bearing debt ADRO juga tergolong sangat kecil sekali. Hal ini tercermin dari biaya keuangan yang masih relatif kecil jika dibandingkan dengan beban-beban yang lain.

 

Dari sisi arus kas, ADRO mencatatkan arus kas yang cukup baik juga. Operating cash flow ADRO tercatat menghasilkan arus kas yang positif. Artinya, operasional ADRO dapat menghasilkan cash – bukan hanya tercatat sebagai pendapatan atau piutang saja. Melihat secara historikal, ADRO selalu mencatatkan OCF yang positif.

Dari sisi investing cash flow dan financing cash flow, penulis melihat ADRO telah memanfaatkan dan mengelola cash-nya dengan cukup baik.

Di bagian investing cash flow, ADRO masih melakukan pembelian aset tetap untuk meningkatkan produktivitas, tetapi masih dalam jumlah yang pas. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan juga.

ADRO juga tetap menggunakan cash yang ada untuk membayar utang di bank, dan sekali lagi, masih dalam jumlah yang pas sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan.

Bagaimana dengan valuasinya? Di harga Rp 1.235 saat artikel ini ditulis, ADRO diperdagangkan pada P/E 4,71x dan 0,63 PBV. Sebagai perbandingan, ADRO pernah diperdagangkan pada P/E 9-16x pada 2018 kemarin.

 

Kesimpulan

Penulis melihat bahwa manajemen ADRO memiliki strategi bisnis yang baik. Hal ini dapat dibuktikan ketika industri batu bara mengalami pelemahan, ADRO masih dapat survive dan grow melalui strategi-strategi yang mereka jalankan.

Tetapi, tentu saja, sebagai perusahaan yang source of revenue-nya yang untuk sekarang masih sangat bergantung kepada industri batu bara, sentimen eksternal terkait ekonomi global yang akan mempengaruhi batu bara juga tidak boleh dipandang sebelah mata.

Harga Batu bara Menurun! Inilah Rencana Emiten Pertambangan Batu bara 01 - Finansialku

[Baca Juga: Apakah Prospek Batu Bara Semakin Baik di Tahun 2019? Simak Penjelasannya]

 

Ke depannya, perusahaan berencana untuk meningkatkan pendapatan non-tambang perusahaan agar dapat berkontribusi sampai 35% dari total pendapatan perusahaan.

Penulis melihat hal tersebut masih memungkinkan karena ADRO memang memiliki banyak lini bisnis. Sebut saja ADRO services, ADRO logistics, ADRO Power, ADRO Land, ADRO Water, dan sebagainya.

Penulis sendiri – dan semua orang – pasti tidak mengetahui kapan pastinya industri batu bara akan recovery dari kejatuhan yang sekarang sedang dialami.

Kejatuhan industri batu bara pada 2011 saja baru recovery 5 tahun kemudian – di tahun 2016. Tidak menutup kemungkinan penurunan batu bara yang sekarang belum di bottom, tetapi dapat turun lagi. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga akan recovery dalam waktu dekat. Atau recovery dalam waktu lama?

The point is, nobody knows when this downfall will end.

 

Jadi boleh beli gak nih? Well, the choice is yours… Penulis sudah memaparkan pro dan cons tentang berinvestasi di ADRO pada saat ini…

 

Gabung Sekarang! Komunitas BELAJAR SAHAM Finansialku

komunitas saham

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • ADRO 01 – https://bit.ly/3jwEJfv
  • ADRO 02 – https://bit.ly/3jCt0Mo