Hingga kuartal I tahun 2022, emiten PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) alami rugi yang semakin membengkak. Apa faktor penyebabnya?

Yuk, simak informasi selengkapnya dalam artikel Finansialku berikut ini.

 

GOTO Alami Rugi Berdasarkan Laporan Keuangan

Perusahaan teknologi PT Gojek Tokopedia Tbk dengan kode emiten (GOTO) masih rugi. Hingga kuartal I tahun 2022 ini, kerugian yang dialami justru semakin membengkak.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi intern mencatat bahwa kerugian yang mereka alami yakni sebesar Rp 6,61 triliun. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya Rp 1,95 triliun.

[Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Bertahan di 3,5%, Sudah 15 Bulan Berturut-Turut]

 

Di sisi lain, dalam laporan keuangan tersebut juga tercatat aset GOTO yakni sebesar Rp 151,13 triliun. Nilai tersebut turun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 155,13 triliun.

Sementara itu, jika dilihat dari sisi liabilitas GoTo yakni sebesar Rp 16,61 triliun. Nilai tersebut naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 16,11 triliun.

Kemudian, jumlah ekuitas perusahaan yakni sebesar Rp 134,52 triliun atau turun cukup signifikan dari sebelumnya yakni Rp139,02 triliun.

 

Penyebab Kerugian GoTo yang Semakin Membengkak

Tentu saja kabar ini cukup tidak mengenakan dan terbilang mengejutkan. Pasalnya, perusahaan merger ini baru saja melakukan IPO beberapa waktu lalu dengan tingkat antusiasme investor yang luar biasa.

Lantas, apa penyebab yang membuat kerugian GoTo semakin membengkak? Menanggapi hal ini, CEO GoTo, Andre Soelistyo menegaskan bahwa membandingkan laporan keuangan GoTo pada kuartal I sama sekali tidak tepat.

Pasalnya, di kuartal yang sama pada tahun lalu, laporan keuangan yang tersaji tanpa Tokopedia. Merger antara pihak Gojek dan Tokopedia baru terlaksana pada Bulan Mei 2021.

“Hal ini kurang tepat karena laporan keuangan PT GoTo Gojek Tokopedia dan anak perusahaan periode kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia dikarenakan penggabungan dari Gojek dan Tokopedia baru selesai dilakukan bulan Mei 2021,” tegas Andre, melansir dari situs detik.com (31/05).

 

Andre menambahkan bahwa lebih tepat jika menggambarkan bisnis secara apple to apple dengan melihat laporan performa keuangannya.

“Sehingga untuk menggambarkan bisnis secara apple to apple akan lebih tepat menggunakan laporan keuangan proforma,” tambahnya.

 

Beban Pokok, Salah Satu Penyebab Kerugian Goto

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2021 rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 21,39 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya Rp 14,2 triliun.

Rugi bersih tersebut diakibatkan adanya lonjakan beban. Lonjakan beban tersebut mencakup beban pokok pendapatan yang naik menjadi Rp 3,7 triliun yang sebelumnya Rp 2,4 triliun.

[Baca Juga: Laba Bersih Tumbuh 100,77% Di Q1 2022, INCO Favorit Asing?]

 

Tidak hanya itu, beban penjualan dan pemasaran saat ini mencapai Rp 8,9 triliun yang sebelumnya hanya Rp 2,5 triliun. Beban umum administrasi juga mengalami lonjakan menjadi Rp 7,7 triliun yang sebelumnya hanya Rp 3,9 triliun.

Kemudian beban pengembangan produk juga ikut naik menjadi Rp 2,4 triliun yang sebelumnya Rp 2,03 triliun.

Sementara itu, beban penyusutan dan amortisasi juga naik Rp 2,4 triliun dari tahun 2020 sebesar Rp 1,2 triliun. Demikian juga dengan beban operasional dan pendukung yang bertambah menjadi Rp 1,5 triliun dari tahun 2020, sebesar Rp 1,3 triliun.

 

Potensi Di Balik Kerugian GOTO

Akan tetapi jika dilihat dalam aspek GTV perusahaan, GOTO mengalami kenaikan sebesar 40% menjadi Rp 461,60 triliun, dibandingkan dengan Rp 330,18 triliun di 2020.

Sementara itu, EBITDA yang disesuaikan turun 14 basis poin menjadi Rp 5,4 triliun dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2021, sebesar Rp 6,2 triliun.

Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp 50,31 triliun di 2021, naik 25,21% dari Rp 40,18 triliun, e-commerce senilai Rp 230,59 triliun, tumbuh 45,82% dari Rp 158,13 triliun, dan financial technology (fintech) sebanyak Rp 214,91 triliun, melesat 80% dari sebelumnya Rp 119,52 triliun.

“Dengan skala bisnis kami secara bersama-sama, kami akan terus memenuhi komitmen dalam meningkatkan inklusi keuangan dalam kawasan yang terus bertumbuh ini dengan potensi pertumbuhannya yang masih dapat diraih,” tambah Andre, mengutip kompas.com (30/05).

 

Our View

Menyikapi kabar ini, salah satu financial planner dari Finansialku, Gembong Suwito, CFP, CSA memberikan pendapatnya. 

Menurutnya, sebagai seorang investor tentu saja Anda perlu mengetahui alasan yang kuat mengapa memutuskan untuk membeli saham GOTO. Kemudian, yang terpenting adalah tentu saja time frame yang Anda proyeksikan dalam berinvestasi.

“Harus ada alasan kuat kenapa beli GOTO dan time frame investasinya,” ujarnya. 

Selain itu sebelum memutuskan untuk berinvestasi, ada baiknya untuk mengecek terlebih dahulu kondisi keuangan Anda. Kemudian ada beberapa rekomendasi yang bisa Anda pertimbangkan: 

  1. Hold jika time frame jangka panjang misalnya di atas 5 tahun 
  2. Average down jika posisi yakin dengan prospek dan fundamental GOTO
  3. Cut Loss jika sifatnya trading

 

Nah, jika Anda memiliki pertanyaan seputar saham, Anda bisa langsung berkonsultasi bersama Gembong Suwito, CFP, CSA atau financial planner Finansialku lainnya melalui WhatsApp di nomor 0851 5866 2940.

Banner Konsultasi WA - PC
Banner Konsultasi WA - HP

 

Itulah informasi mengenai kerugian GoTo yang kini kian membengkak. Lalu apa tanggapan Anda mengenai informasi ini? Jangan segan untuk menuliskannya di kolom komentar ya.

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi: 

  • Kiki Safitri. 30 Mei 2022. GOTO Masih Catatkan Rugi, Ini Penyebabnya. Kompas.com – https://bit.ly/3GviceR
  • Achmad Dwi Afriyadi. 31 Mei 2022. Akar Masalah yang Bikin Rugi GoTo Bengkak Jadi Rp 6,6 T. Detik.com – https://bit.ly/3lTMn5Y