Emiten bluechip satu ini merupakan market leader industri rokok Indonesia, namun adanya kenaikan cukai dan pandemi, bagaimana prospek HMSP?

Sobat Finansialku, simak pembahasannya dulu yuk sebelum investasi.

 

Analisis Fundamental

Menjalani lini industri tembakau di Indonesia selama lebih dari seratus tahun, emiten yang terkenal dengan merek produk Marlboro ini disebut sebagai market leader untuk industri rokok sigaret yang memiliki produk tembakau iris berbeda dengan rokok pada umumnya.

Perseroan memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 32,2% pada tahun 2019, namun di 2020 sepertinya market share dari HMSP mengalami penurunan.

Produk yang berbeda atau memiliki niche market tersendiri, Sampoerna tidak bersaing head to head dengan pabrik rokok.

Sampoerna merupakan pelopor kategori Sigaret Kretek Mesin Kadar Rendah (SKM LT) di Indonesia dengan memperkenalkan produk Sampoerna A pada tahun 1989.

Adapun merek terdepan di pasar adalah Dji Sam Soe, Sampoerna U, Sampoerna Kretek, Philip Morris serta Marlboro.

Melebarnya gap harga produk dan membanjirnya produk rokok murah di pasar merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi Perseroan. Akibatnya, volume penjualan turun pada 2019.

Tahun 2020 ini pun menjadi tantangan yang baru bagi industri tembakau karena adanya kenaikan pajak cukai sebesar 24% sementara kenaikan harga banderol minimum sebesar 46%.

Harga Saham HM Sampoerna Konstan Menurun dan Melemah 02 - Finansialku

[Baca Juga: Kisah Sukses Putera Sampoerna, Cucu Konglomerat Sampoerna]

 

Namun demikian, adanya tantangan ini memberikan peluang bagi Sampoerna, salah satunya untuk mengatasi kesenjangan harga yang dihadapi HMSP sepanjang tahun 2019 dan peluang rokok SKT yang kenaikan cukainya lebih rendah.

Tantangan berikut yang dialami semua emiten di tahun 2020 ini adalah pandemi Covid-19. Perseroan merespon dengan sikap waspada terhadap dampak yang akan terjadi,

HMSP masih fokus memperkuat produk-produk dan terus berinvestasi. Di sisi keuangan, Perseroan sedang mengupayakan pengendalian biaya untuk menopang profitabilitasnya.

Dilansir dari bisnis.com, Direktur Utama Indonesian Tobacco, Djonny Saksono mengatakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2020 belum akan berdampak, membuat kemajuan di dalam  pemimpin pasar yang tidak tersaingi dalam pasar Combustible Cigarette (CC) dan reduced-risk products (RRPs) di Indonesia.

Sasaran-sasaran ini adalah “North Star” dan untuk mencapainya, HMSP harus memiliki strategi yang jelas.

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

9 Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Kinerja Keuangan PT HM Sampoerna Tbk.

Dari Laporan Keuangan Konsolidasi Perseroan, aset HMSP selama 9 tahun terakhir, di 2020 HMSP mencatatkan penurunan aset yang berasal dari persediaan yang turun, jumlah aset perseroan menurun dari posisi Rp 78,6 triliun pada akhir September 2019 menjadi Rp 76,9 triliun pada September 2020.

Aset HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Untuk melihat dari sisi profitabilitasnya, GPM HMSP mengalami penurunan karena biaya pokok produksi yang meningkat. Ini berhubungan dengan pajak untuk rokok atau beban cukai yang melonjak.

Gross Profit HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Untuk kondisi liabilitas perseroan meningkat dari posisi akhir tahun menjadi Rp 17,69 triliun, penurunan berasal dari utang usaha yang menurun dan uang muka pelanggan yang menurun.

Utang bunga yang sangat minim, bisnis yang sudah mature membuat perusahaan ini digolongkan sebagai perusahaan bagus. Namun kebijakan dari pemerintah terhadap cukai rokok tetap menjadi risiko dari HMSP.

Perseroan juga banyak melakukan pemangkasan beban mulai dari beban pokok penjualan yang ditekan hingga 8,65% secara tahunan menjadi Rp 53,54 triliun, beban penjualan sampai 5,84% secara tahunan menjadi Rp 4,38 triliun, serta beban umum dan administrasi yang terkoreksi hingga 16% secara tahunan menjadi Rp 1,49 triliun.

Liabilitas HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Untuk Ekuitas mengalami penurunan 2,1%, untuk saat ini keadaan permodalan HMSP masih aman karena bisnis nya yang sudah besar.

HMSP adalah emiten yang rutin membagikan dividen setiap tahunnya, di 2020 HMSP terakhir membagikan dividen sebesar Rp 119,8/lembar saham.

Ekuitas perseroan yang menurun dibandingkan pos yang sama pada September 2019 menjadi Rp 56,5 triliun.

Dividen HMSP

Dividen HMSP

 

Untuk kinerja keuangan HMSP selama 5 tahun terakhir pendapatan meningkat namun, di 2019 mengalami penurunan. Fundamentalnya menunjukkan penurunan di 2 tahun terakhir atas nilai revenue dan net profit-nya.

Untuk kuartal III/2020, pendapatan bersih HMSP mencapai Rp 83,37 triliun, meningkat 2,02% yoy. Hal ini membuat laba bersih perseroan khusus periode Juli hingga September 2020 mencapai Rp 5,64 triliun.

Revenue HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Pada kuartal III/2020 perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 751,1 miliar atau tumbuh sebesar 74,2 % dibandingkan dengan kuartal III/2019.

Capaian itu menjadi rekor pendapatan tertinggi perseroan secara kuartalan. Pertumbuhan ini merupakan realisasi dari lini manufaktur baru perseroan dan akan menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan (ujar Halim seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima bisnis.com).

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) membukukan penurunan laba, WIIM mencatatkan pertumbuhan laba bersih 409,67% per Juni 2020. Untuk periode kuartal III, penurunan Laba HMSP mencapai 22,03% yakni Rp 5,6 miliar.

Untuk segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) paling murah dan kontribusi terbanyak dari total pendapatan HMSP, pemasukan dari penjualan sigaret kretek mesin di pasar lokal masih menjadi penopang bisnis perseroan yang menyumbang 66,81% dari seluruh pendapatan hingga sembilan bulan pertama tahun 2020.

Volume penjualan HMSP juga menurun signifikan 19,1% menjadi hanya 58,3 miliar batang rokok pada periode per September tahun 2020, dari Rp 72,1 miliar batang rokok pada periode yang sama tahun 2019.

Berdasarkan segmen produknya, volume penjualan rokok HMSP kompak terkoreksi. Volume penjualan rokok Dji Sam Soe turun 20,6 % menjadi Rp 18,34 miliar batang rokok hingga September tahun ini.

Tarif cukai segmen rokok SKT dinilai akan mendukung penghematan biaya beban karyawan.

Adapun, sekitar 70% tenaga kerja perseroan bergerak untuk segmen SKT yang mana perusahaan mempekerjakan 2.700 pegawai untuk setiap 1 miliar batang rokok yang diproduksi.

Hal ini berbanding terbalik dengan segmen sigaret kretek mesin (SKM) yang hanya mempekerjakan 21 pegawai untuk memproduksi 1 miliar batang rokok.

Lonjakan permintaan rokok segmen SKT akan mendorong konsumsi daun tembakau yang akan menguntungkan petani kecil. 

HMSP juga baru-baru ini meluncurkan Sampoerna A 234 (eceran seharga Rp 12.000/12 batang), kemasan rokok yang lebih ramping tetapi lebih panjang dengan harga 33% lebih rendah dari produk original Sampoerna 234, dan 11% lebih murah dari Sampoerna Kretek Hijau.

Selain ekonomis, produk Sampoerna A 234 juga memungkinkan waktu merokok lebih lama yakni 18 menit per batang.

Sementara, volume penjualan bernama Sampoerna A juga mengalami kontraksi, penjualan Sampoerna A turun karena penurunan citra sebagai rokok premium pergeseran preferensi konsumen ke produk yang tinggi kandungan nikotin dan tar untuk segmen full flavor.

Volume penjualan rokok Sampoerna A dan Dji Sam Soe sebenarnya sudah beranjak pulih pada kuartal ketiga ini dengan kenaikan masing-masing sebesar 10,3% dan 9,9% secara kuartalan, mengingat sudah banyak orang kembali ke aktivitas keseharian mereka pasca pemberlakuan PSBB.

Secara garis besar, pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara sendiri menyumbang pendapatan bersih sebesar US$ 3,21 miliar hingga akhir September tahun ini, turun 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 3,61 miliar.

Menariknya, penjualan lokal untuk segmen sigaret kretek tangan mencatatkan pertumbuhan 9,76% secara tahunan. Meskipun kontribusi penjualannya hingga September 2020 hanya Rp 15,37 triliun, atau 22,67 % dari total penjualan.

Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 6,2x, HMSP memang saham yang dihargai premium namun untuk harga di 2020 ini adalah harga murahnya.

Untuk Price Earning Ratio HMSP ada di 16,8x yang menandakan HMSP berada dihargai mahal untuk di sektornya.

PBV n PER HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Untuk Return on Equity HMSP pada 2020 ada di 37%, turun tipis dari 2019, yang artinya di tahun ini HMSP tidak seefisien tahun lalu dalam mengelola asset dan liabilities nya untuk mendapatkan profit ditengah kondisi pandemi saat ini.

ROE HMSP

HMSP Data: rivankurniawan

 

Analisis Teknikal PT HM Sampoerna Tbk

Hingga perdagangan sesi pertama hari ini, market Sesi I-30 November 2020, HMSP diperdagangkan pada 1565/unit, melemah hingga minus 2,19% pada Sesi I dengan volume perdagangan yang relatif menajak tipis sejak pertengahan November ini.

PT HM Sampoerna terlihat mengalami rebound dari level support-nya di 1,400. Jika melihat Uptrend yang terbentuk di Maret 2020 saat ini HMSP masih saja dalam downtrend.

Pada November 2020 Penguatan IHSG sempat dipimpin oleh saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dengan penguatan hingga 3,61% ke level 1.580 di 20 November lalu.

Untuk analisa teknikal jangka panjang terhadap emiten ini, dalam grafik kerangka waktu weekly. HMSP satu tahun terakhir masih terlihat membentuk pola downtrend.  Saham HMSP pergerakannya cenderung mirip dengan bluechip lainnya.

Teknikal HMSP

 

Jika melihat rentang daily, Indikator MACD berada di atas garis nol dengan sinyal buy yang cukup menguat sejak pertengahan November.

Ada kemungkinan akan terbentuk harga bullish jika pasar masih berharap HMSP untuk window dressing.

Untuk jangka 3 bulan kedepan bagi yang sudah memiliki bisa hold ataupun wait and see dulu karena terkait kabar pengumuman cukai yang rencananya diumumkan akhir tahun ini sempat tertunda, maka sentimen inilah yang nantinya akan mempengaruhi pergerakan HMSP.

Indikator Stochastic menggunakan kerangka waktu daily terlihat sinyal overbought momentum.

Untuk menentukan Open position indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) masih membentuk pola bearish, bila HMSP menembus 1,580 akan menjadi menarik, Buy on Weakness di kisaran 1,520-1,560 bisa menjadi pertimbangan.

Untuk cut loss disarankan jika sudah berbalik arah mencapai support nya di rentang harga 1400.

 

Outlook PT HM Sampoerna Tbk.

Perseroan merupakan pemain besar di segmen bisnis sigaret. Daya beli masyarakat pada 2020 yang belum pulih kerap kali menjadi sentimen negatif utama yang membayangi kinerja emiten rokok berkapitalisasi besar.

Hal ini membuat antusiasme pasar perlahan surut untuk laju kinerja sahamnya pada tahun ini.

Terkait cukai rokok, pemerintah seharusnya mengumumkan tarif cukai rokok pada akhir September atau awal Oktober 2020. Namun karena berlangsungnya demonstrasi masyarakat akibat Omnibus Law dan pandemi Covid-19 hingga saat ini, membuat rencana kenaikan tarif cukai belum diumumkan.

Sejauh ini, rencana pemerintah yang akan menyesuaikan kembali tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2021, digadang-gadang justru lebih berorientasi pada pencapaian target penerimaan perpajakan daripada pengendalian atau pembatasan konsumsi rokok.

Di tengah ketidakpastian karena pandemi Covid-19, pemerintah dikabarkan akan menaikkan tarif CHT pada 2021 di kisaran 13% – 20%.

Dalam informasi yang dilansir dari bisnis.com, Presiden membuat arahan kenaikan cukai rokok pada 2021 sebesar 13% – 20%, sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajukan angka 17%.

Bisnis Keluarga 03 (PT Sampoerna) - Finansialku

[Baca Juga: Penutupan IHSG Hari Ini, 30 November 2020 Melemah di 5.612,415]

 

Dalam catatan Bisnis, kenaikan tarif cukai sebesar 13% – 20% sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020 yang rata-rata kenaikannya sebesar 23%. Namun, angka ini terlihat lebih besar jika dibandingkan tahun 2018 yang berada di kisaran 10%.

Sedangkan pada 2019, pemerintahan Presiden Joko Widodo sama sekali tidak menaikkan tarif cukai rokok.

PMI selanjutnya mencatat bahwa pangsa pasar rokok tier 1 di Indonesia turun 6% secara tahunan menjadi 74% pada kuartal ketiga tahun ini, namun penurunan pangsa pasar sedikit melambat secara kuartalan karena pangsa pasarnya hanya terkontraksi 1%.

Kinerja saham rokok seperti GGRM dan HMSP yang terkoreksi baru-baru ini juga disebabkan oleh ketidakpastian struktur tarif cukai pada 2021 mengingat pemerintah masih melakukan kajian untuk menemukan keseimbangan antara pengendalian konsumsi rokok dan industri untuk menghindari pemutusan hubungan kerja.

Fokus pemerintah saat ini adalah dengan menurunkan keterjangkauan rokok dan menurunkan konsumsi tanpa harus mengorbankan pendapatan negara dari tarif cukai.

Bisnis.com mengatakan RHB Sekuritas menilai tarif cukai baru pun akan menjadi kunci strategi dalam pembentukan harga.

Untuk tetap kompetitif di bisnis nya, HMSP harus memiliki strategi pembagian harga seperti menawarkan tiga brand untuk setiap segmen rokok yang memungkinkan perusahaan untuk bertahan terhadap penerapan kenaikan cukai sambil mempertahankan pangsa pasarnya.

Wisata-Surabaya-10.-House-of-Sampoerna

[Baca Juga: Prospek Emiten Bluechip, PT Indofood CBP Tbk. (ICBP)]

 

Tantangan juga muncul dari pesaing Wismilak yang memiliki skala usaha jauh lebih kecil dibandingkan dengan HM Sampoerna dan Gudang Garam namun memiliki kinerja yang cemerlang.

Karena produk yang murah dan dinikmati penggunanya, Wismilak menjadi alternatif pengganti rokok yang sebelumnya terlalu mahal harganya

Segmen sigaret kretek tangan (SKT) adalah segmen penting karena melindungi sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan hal ini dianggap penting bagi perseroan.

Untuk memproduksi 1 miliar batang rokok, segmen SKT membutuhkan 2.700 pekerja, sedangkan untuk memproduksi jumlah yang sama pada kategori rokok mesin hanya membutuhkan 21 pekerja.

Perseroan menyampaikan keputusan terhadap cukai rokok ini akan melindungi ketenagakerjaan. Emiten sempat menyarankan pemerintah untuk berhati-hati dalam menaikkan tariff cukai terutama untuk kategori SKT.

Namun hal ini menjadi dilemma bagi Pemerintah, karena alasan naiknya cukai rokok sendiri adalah untuk menaikkan tingkat kesehatan bangsa.

 

Kesimpulan

Harapan pemulihan penjualan bagi emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) hingga tahun depan akan sangat bergantung pada penerapan tarif cukai dan implementasi harga jual eceran (HJE) di lapangan.

Pandemi telah menekan beberapa sektor, namun sektor consumer digolongkan sebagai sektor yang defensif.

Turunnya daya beli masyarakat membuat banyak sektor mengalami penurunan kinerja, HMSP telah kehilangan beberapa persen market share-nya karena adanya pesaing dan turunnya indeks orang perokok di Indonesia.

Emiten memiliki prospek yang bagus jika mendiversifikasi lini bisnisnya. Kerja sama, strategi pemasaran yang diterapkan senantiasa ditinjau secara berkala hingga evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas keberlanjutan kinerja HMSP.

Seiring pola konsumsi rutin masyarakat membaik, sektor industri konsumsi adalah salah satu sektor yang cukup tahan dari resesi, namun tidak semua emiten di sektor ini memiliki fundamental dan kinerja yang cemerlang, yang pantas untuk di masukkan ke dalam Long-term Investment.

Maka dari itu analisa lebih lanjut sangat diperlukan. Peluang bisnis di industri HMSP bisa jadi akan semakin menarik di tahun depan jika HMSP selalu berinovasi sesuai dengan permintaan market global dan nasional.

Perseroan akan mampu memberikan kinerja bisnis yang berkelanjutan dan terus menjadi pemimpin pasar di industri tembakau Indonesia.

 

Disclaimer on: Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Itulah analisa saham HMSP dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.

Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.

 

 

Sumber Referensi:

  • Aplikasi IPOTGO
  • Annual Report PT HM Sampoerna (HMSP) (www.idx.co.id)
  • Bisnis.com
  • CNBC Indonesia

 

Sumber Gambar:

  • Aplikasi ChartNexus
  • Consolidated Financial Statements PT HM Sampoerna (HMSP), September 2020