Bank Indonesia mencatat total Utang Luar Negeri Indonesia per Agustus 2018 mencapai US$360,7 miliar atau setara Rp5.410 triliun. Angka ini meningkat sebesar 5,14 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun, rasio utang luar negeri Indonesia masih dipandang baik jika dibandingkan dengan negara lain.

Bagaimana dampak yang akan terjadi dari naiknya utang Indonesia ini? Simak ulasannya melalui artikel Finansialku berikut ini!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat

Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebesar 5,14 persen per Agustus 2018 jika dibandingkan tahun lalu.

Jumlah ULN Indonesia mencapai US$360,7 miliar atau setara dengan Rp5.410 triliun dengan menggunakan kurs Rp15.000 per dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman menjelaskan total utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$181,3 miliar atau setara dengan Rp2.719 triliun, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar Rp179,4 miliar. 

Seperti dikutip dari Cnnindonesia.com, Selasa (16/10/2018), Agusman dalam keterangan resmi mengungkapkan:

“Utang luar negeri Indonesia tumbuh 5,14 persen secara tahunan, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 5,08 persen.”

 

Sementara itu, utang luar negeri swasta pada Agustus 2018 tercatat sebesar US$179,4 miliar atau setara dengan Rp2.691 triliun. Posisi tersebut tumbuh 6,7 persen secara tahunan, atau naik dari periode sebelumnya di kisaran 6,49 persen.

Utang luar negeri swasta tersebut terutama dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.

“Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,5 persen, relatif stabil dibandingkan dengan pangsa pada periode sebelumnya.”

 

Di sisi lain, Agusman menjabarkan utang luar negeri pemerintah pada Agustus 2018 mencapai Rp178,1 miliar. Posisi utang tersebut tumbuh 4,07 persen secara tahunan, melambat dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 4,12 persen.

“Secara bulanan, posisi utang luar negeri pemerintah tercatat meningkat dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya karena adanya net penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, serta net pembelian Surat Berharga Negara (SBN) domestik oleh investor asing.”

 

Utang Luar Negeri 2 Finansialku

[Baca Juga: Pekerja Freelance, Mau Penghasilan Tambahan Dolar dan Pengeluaran Rupiah?]

 

Penarikan pinjaman antara lain berasal dari Asian Development Bank (ADB) untuk mendukung program yang dijalankan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan.

Di sisi lain, pada periode yang sama, pemerintah telah melunasi satu seri SBN dalam denominasi Yen Jepang yang jatuh tempo pada 13 Agustus 2018.

 

Gratis Download Ebook Panduan Investasi Emas untuk Pemula

Download Ebook Panduan Berinvestasi Emas untuk Pemula - Harga Emas Hari Ini - Finansialku

 

Rasio Masih Baik

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo mengatakan rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih cukup baik dibandingkan negara lain yaitu sebesar 34%. Jumlah ULN tersebut juga didominasi jangka panjang.

Dikutip dari detikFinance, Selasa (16/10/2018), Dody mengatakan:

“Rasio ULN terhadap PDB Indonesia sebesar 34% cukup baik dibandingkan negara peers dan didominasi ULN berjangka panjang (86,8%).”

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Besaran ULN, khususnya dari sektor swasta dilakukan dengan penuh kehati-hatian. BI juga meminta perusahaan melakukan hedging atau melakukan lindung nilai atas ULN yang berdenominasi valuta asing (valas).

“Sejak 2015, BI mengatur agar perusahaan memitigasi risiko dengan melakukan hedging, mengelola likuiditas dengan baik dan memperoleh credit rating. Sejauh ini implementasi ketentuan tersebut berjalan baik.”

 

Utang Piutang 2 Finansialku

[Baca Juga: Masih Percaya Praktek Menggandakan Uang Dolar, Itu Murni Penipuan!]


Selain itu, BI juga menyediakan fasilitas swap hedging dan non derivable forward (DNDF) agar terhindar dari risiko nilai tukar.

“Selain itu, BI juga menyediakan fasilitas swap hedging dengan harga yang lebih murah dan domestik NDF awal November 2018 kepada korporasi pemilik valas yang ingin menggunakan likuiditas rupiah terhindar dari risiko nilai tukar.”

 

Apa tanggapan Anda setelah membaca berita mengenai kenaikan utang luar negeri Indonesia? Berikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah ini.

 

Sumber Referensi:

  • Admin. 16 Oktober 2018. Utang Luar Negeri RI Naik 5 persen Tembus Rp5.410 T. CNNIndonesia.com – https://goo.gl/4ob9Ng
  • Sylke Febrina Laucereno. 16 Oktober 2018. Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Sekarang Rp5.410 T. DetikFinance – https://goo.gl/5H7FMK

 

Sumber Gambar:

  • Utang Luar Negeri 1 – https://goo.gl/xDf8pd
  • Utang Luar Negeri 2 – https://goo.gl/Swqnjk