Kondisi ekonomi global masih dihantui ketidakpastian. Selain efek pandemi covid-19, gejolak geopolitik dan tekanan ekonomi pun membuat pemerintah harus berusaha lebih keras dalam mengurangi ketidakpastian ini.

Lalu, seperti apa kondisi ekonomi global di tahun 2022? Simak artikel berikut untuk penjelasan lengkapnya.

                               

Summary:

  • Perekonomian global berada dalam kondisi yang tidak pasti akibat berbagai peristiwa global yang terjadi, seperti inflasi dan konflik Rusia-Ukraina, hingga potensi resesi.
  • Terdapat sejumlah tips yang bisa kita lakukan dalam menghadapi kondisi perekonomian ini, agar keuangan tetap aman.

 

Inilah Kondisi Perekonomian Tahun 2022

Hingga saat ini, kondisi ekonomi global memang masih dalam dibayangi ketidakpastian, karena pengaruh berbagai sentimen yang terjadi dalam beberapa waktu ke belakang ini.

Meski begitu, tahun 2021 lalu telah menjadi tahun pemulihan bagi dunia termasuk Indonesia. Dimana perekonomian Indonesia mampu bertumbuh sebesar 3,69%, lebih tinggi jika kita bandingkan tahun 2020 yang hanya 2,07%

Namun, tetap saja ketidakpastian ekonomi ini membawa pengaruh besar pada sejumlah aspek vital kehidupan.

Mulai dari banyaknya perusahaan yang melakukan layoff, naiknya harga bahan pokok, sampai potensi resesi di tahun 2023 mendatang.

Nah, berikut adalah penjelasan seputar kondisi perekonomian global tahun 2022.

 

Meroketnya Harga Berbagai Kebutuhan

Ketidakpastian ekonomi salah satunya memberikan dampak pada naiknya harga untuk sejumlah kebutuhan.

Hal ini juga dipengaruhi dengan berbagai tragedi global yang menyebabkan terjadinya inflasi di tahun ini. Sehingga menurunkan buying power masyarakat dunia.

Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan naiknya harga berbagai kebutuhan, antara lain:

 

#1 Supply dan Demand Barang Konsumsi Tidak Seimbang

Kondisi saat dan pasca pandemi covid-19 memang membuat banyak perusahaan harus mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) pada banyak karyawannya.

Otomatis produksi dan supply barang akan menurun karena keterbatasan kemampuan produksi.

Sedangkan demand semakin meningkat drastis karena banyak negara yang sudah membuka kebijakan lockdown-nya.

Maka dari itu, sesuai dengan hukum supply dan demand, kelangkaan barang yang diikuti dengan banyak permintaan akan menyebabkan kenaikan harga atau angka inflasi yang tinggi. 

 

#2 Konflik Global Rusia-Ukraina

Faktor berikutnya yakni pengaruh dari konflik antar dua negara yang sangat berdampak terhadap perekonomian global.

Mengingat. Rusia merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia dan berkontribusi terhadap 12,2% minyak dunia.

Sementara Ukraina sebagai salah satu negara penghasil komoditas seperti gandum dan jagung di dunia.

Adanya konflik yang terjadi, akan menghambat Rusia dan Ukraina dalam melakukan ekspor, sehingga krisis pangan dan energi dirasakan kehidupan global.

Kelangkaan ini memicu terjadinya inflasi. Di indonesia yang paling dapat kita rasakan adalah harga bahan bakar yang naik cukup signifikan.

[Baca Juga: Harga Komoditi Masih Melonjak di Tengah Krisis Rusia – Ukraina]

 

#3 Printing Money di Amerika Serikat

Pemerintah AS dan The Fed melakukan kebijakan untuk melakukan injeksi stimulus dengan printing money. Namun hal ini justru membuat mata uang dolar over supply, dan inflasi pun terjadi cukup besar. 

Inflasi merupakan salah satu peristiwa dari siklus ekonomi yang dapat memberikan dampak negatif ke negara jika terjadi terlalu lama.

Selain itu, juga menciptakan kondisi ketidakpastian terhadap pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan bisnis. 

ekonomi global 2022_data pertumbuhan inflasi

Data Pertumbuhan Inflasi di US 2022

 

Data pertumbuhan inflasi di US dari tahun ke tahun belakangan ini sangat bertambah signifikan. Inflasi US dapat dilihat dari Consumer Price Index (CPI) yang mencapai 7,7%.

Beruntungnya masyarakat Indonesia mengalami inflasi yang masih terkontrol, yakni sebesar 5,42%. 

Dengan adanya inflasi yang terjadi dalam lingkup global ini dapat memicu terjadinya resesi ekonomi.

Tentu saja, kondisi ini akan mengkhawatirkan bagi sejumlah negara berkembang karena dapat memperlambat pertumbuhannya.

Inflasi mengakibatkan kenaikan harga pada semua barang dan jasa yang artinya daya beli masyarakat terhadap barang konsumtif akan berkurang.

Sehingga, ketika lebih banyak orang memilih untuk menyimpan cashnya, otomatis roda perekonomian tidak berputar dengan baik.

Secara tidak langsung, dengan tidak adanya aktivitas dalam pasar ekonomi, resesi pun berpotensi terjadi. 

 

Hubungan Inflasi dan Resesi

Saat terjadi inflasi yang tinggi, bank sentral akan menaikkan suku bunga guna mengurangi jumlah uang yang beredar di pasaran.

Dampaknya, para pengusaha atau mereka yang konsumtif akan mengurangi pinjamannya ke bank dan lebih memilih untuk menaruh atau menyimpan uangnya di bank.

Artinya perputaran ekonomi pun akan terhambat karena banyaknya pihak yang mengurangi konsumsi, maka disinilah resesi bisa terjadi.

Secara teknikal, resesi adalah keadaan dimana pertumbuhan ekonomi negara secara GDP mengalami minus dalam dua kuartal berturut-turut.

Sederhananya, resesi ini terjadi ketika ada perlambatan ekonomi di suatu negara. Mengenai penjelasan resesi, Sobat Finansialku bisa baca artikel berikut Resesi Adalah – Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya.

 

Keputusan Menaikkan Suku Bunga

Melansir laman bi.go.id, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) pada 16-17 November 2022 akhirnya mengambil keputusan untuk menaikkan repo rate sebesar 50 bps.

Termasuk pada suku bunga deposit facility yakni sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%. 

Hal ini bertujuan untuk mengurangi inflasi yang masih cukup tinggi. Sehingga BI memiliki ekspetasi agar inflasi di awal tahun 2023 bisa kembali ke angka sekitar 3%.

Selain itu juga guna melindungi kestabilan dari nilai rupiah terhadap nilai dolar. 

ekonomi global 2022_nilai tukar rupiah ke dollar

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar

 

Apakah Indonesia Akan Mengalami Resesi Tahun Depan?

Perdebatan belum selesai terkait ramalan resesi tahun 2023. Mulai dari petinggi negara, pakar ekonomi, sampai masyarakat yang terus menyuarakan opini mereka di berbagai media. 

Perbincangan ini mulai ramai sejak Presiden Indonesia, Joko Widodo, memberikan pernyataan bahwa ekonomi Indonesia akan “gelap” pada tahun 2023.

Nah, untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang apakah Indonesia akan mengalami resesi atau tidak, Sobat Finansialku bisa memperhatikan beberapa hal berikut ini:

 

#1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Poin pertama yakni dari indeks keyakinan konsumen. Menyadari daya beli masyarakat yang tercermin sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, sejauh ini konsumsi masyarakat memberikan kontribusi hingga 50% terhadap PDB. 

Pada september 2022, IKK terlihat optimis di angka 117,2 walaupun lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yaitu 124,7.

Hasil IKK ini cukup menggambarkan keyakinan konsumen masyarakat terhadap kenaikan harga bahan bakar belakangan ini.

 

#2 Inflasi di Indonesia

Poin berikutnya yakni inflasi di Indonesia yang saat ini sebesar 5,42%. Angka ini menurun sejak September 2022 yang masih sebesar 5,95%. 

Tingkat inflasi ini tidak lepas dari kenaikan harga barang dan jasa, termasuk energi dan pangan.

 

#3 Ekspor

Neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus sejak 29 bulan yang lalu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan pada September 2022 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,99 miliar dolar AS.

Meski lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu sebesar US$ 5,71 miliar. Namun kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hanyalah sebesar 25%.

Dari beberapa faktor di atas, pemerintah masih optimis terhadap ekonomi di Indonesia akan tumbuh.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyatakan pemulihan Indonesia masih sangat kuat setelah dilanda ketidakpastian oleh pandemi Covid-19.

Terlebih pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun 2022 saja mencapai 5,44% year on year. 

Meski begitu, keadaan makro ekonomi di pasar global masih kurang menyakinkan. Di sisi lain, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, ekonomi Indonesia masih akan tumbuh 4-5% pada tahun depan.

Menurut IMF, Indonesia sendiri masih berpeluang tumbuh hingga 5,3% tahun ini dan sedikit melambat menjadi 5% di tahun depan.

Pertumbuhan ini masih lebih tinggi jika kita bandingkan pertumbuhan pada China dan US.

[Baca Juga: IMF: Resesi Indonesia 2023 Enggak Gelap-gelap Banget!]

 

Tips Menghadapi Goncangan Ekonomi Indonesia

Setelah mengetahui kondisi ekonomi global tahun ini dan kemungkinan terjadinya resesi, maka yang bisa kita persiapkan dalam menghadapi kondisi tersebut, antara lain:

 

#1 Menyiapkan Dana Darurat

Dalam menghadapi ketidakpastian, dana darurat sangat kita butuhkan karena berbagai risiko kehidupan bisa terjadi kapan saja. Misalnya, terkena PHK.

Maka dari itu, jika biasanya kita menyiapkan jumlah dana daruray sebanyak 3 sampai 6 kali pengeluaran sebulan, sekarang lebih baik 12 kali pengeluaran sebulan.

Nah, jika kamu bingung bagaimana untuk mulai merencanakan dana darurat, ikuti saja panduan lengkapnya dalam ebook gratis dari Finansialku berikut ini.

Ebook GRATIS, Cara Selamatkan Keuangan dari Pengeluaran Dadakan

Banner Iklan Ebook Cara Selamatkan Keuangan dari Pengeluaran Dadakan - PC
Banner Iklan Ebook Cara Selamatkan Keuangan dari Pengeluaran Dadakan - HP

 

#2 Diversifikasi Aset

Tips berikutnya yaitu kurangi investasi di aset tinggi risiko, contohnya yakni saham. Kemudian lakukan diversifikasi ke aset rendah risiko.

Misalnya Reksa Dana Pasar Uang (RDPU), obligasi pemerintah, dan mata uang asing seperti dolar. 

[Baca Juga: Diversifikasi Investasi: Pengertian, Konsep, dan Keuntungannya]

 

#3 Hindari Utang

Mempunyai utang tentu akan sangat mengganggu cash flow keuangan, apalagi kalau utang konsumtif.

Selain itu uutang juga dapat memberikan bunga yang terus menggulung dan akan menghabiskan persediaan cash kamu.

Agar terhidar dari kondisi ini, kamu bisa baca tipsnya di artikel berikut Jangan Kebiasaan Berutang! Ini 4 Tips untuk Menghindarinya.

 

Selalu Pantau Kondisi Keuangan

Sobat Finansialku, itulah gambaran mengenai kondisi perekonomian global di tahun 2022 dan sejumlah faktor yang memungkinkan terjadinya resesi di tahun depan.

Tentu saja, kondisi ini perlu kita perhatikan dan antisipasi dengan beberapa tips yang sudah disampaikan di atas.

Maka dari itu, pastikan Sobat Finansialku selalu mematau dan mengontrol kondisi keuanganmu, ya.

Agar lebih mudah, kamu bisa gunakan Aplikasi Finansialku. Karena ada banyak fitur yang bisa membantu kamu dalam menyusun anggaran, mencatat keuangan, sampai mengecek kondisi kesehatan keuanganmu saat ini.

Selain itu, jika kamu memerlukan advice untuk perencanaan keuanganmu secara tepat, kamu bisa hubungi saya, Valencia Fabian, atau Financial Planner Finansialku lainnya.

Klik banner di bawah ini untuk buat janji konsultasi, terima kasih,

Banner Konsultasi WA - DM NEW

 

Bagaimana tanggapan Sobat Finansialku mengenai informasi di artikel kali ini? Tulis di kolom komentar, ya.

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada rekan dan kerabat lainnya, semoga bermanfaat.

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Referensi:

  • Redaksi. 17 November 2022. BI 7-DAY REVERSE REPO RATE NAIK 50 BPS MENJADI 5,25%: SINERGI MENJAGA STABILITAS DAN MOMENTUM PEMULIHAN. Bi.go.id- https://bit.ly/3HQeAqo