Impulsive buying (pembelian impulsif) itu apa ya? Pernakah Anda mengalami sendiri atau melihat seseorang yang masuk ke sebuah department store tanpa tujuan dan tiba-tiba keluar dengan barang belanjaan yang banyak? Nah itulah impulsive buying (pembelian impulsive). Finansialku akan membahas mengenai impulsive buying dan solusinya.

Excited Shopping Woman

 

Mengenal Impulsive Buying (Pembelian Impulsif)

Impulsive buying (Pembelian Impulsif) adalah sebuah keputusan tidak terencana untuk membeli produk atau jasa. Keputusan membeli terjadi secara tiba-tiba dan seketika sebelum melakukan pembelian. Setiap orang kayanya hampir pernah melakukan impulsive buying, contoh: Ketika jalan-jalan lihat baju-baju bagus dipajang, kemudian masuk dan memborong baju. Ketika jalan-jalan lihat ada warung bakso, tiba-tiba masuk dan membeli bakso, padahal tidak lapar (baca: lapar mata).

Peneliti memiliki dugaan bahwa emosi dan feeling memiliki peran dalam keputusan pembelian. Seseorang diberi sebuah input dengan melihat produk atau pesan-pesan promosi yang masuk ke otak (top of mind). Impulsive buying terjadi tidak hanya untuk produk-produk yang relatif murah (cokelat, baju, majalah) tetapi juga pembelian produk-produk relatif mahal (perhiasan, kendaraan, pekerjaan-pekerjaan seni). Apa dampaknya bagi keuangan? Ya betul kebiasaan impulsive buying dapat menyebabkan permasalahan keuangan, seperti penolakan dari pasangan, perasaan bersalah karena membeli barang yang tidak terlalu berguna dan lain-lain.

 

Motivasi Psikologi Impulsive Buying (Pembelian Impulsif)

8 Cara Menghemat Uang Belanja Bulanan (Ga Pake Ribet) - Perencana Keuangan Independen Finansialku

[Baca juga : Benarkah Hobi Belanja Bisa Jadi Cara Mencapai Kebebasan Keuangan?]

 

Hal-hal apa saja  yang memotivasi secara psikologi seseorang melakukan impulsive buying (pembelian impulsif)? Berikut ini 5 motivasi seseorang melakukan impulsive buying:

 

Senang atau Gemar Berbelanja (Shopaholic)

Pernah mendengar istilah shopaholic? Shopaholic adalah kegilaan seseorang pada kegiatan berbelanja. Biasanya hal ini terjadi karena alasan “balas dendam”. Banyak kejadian seorang shopaholic merasa masa kecilnya tidak dapat dipenuhi kebutuhannya, ketika sudah tumbuh dewasa, kerja dan memiliki cukup pendapatan mereka merasa saatnya membeli barang-barang yang dulu tidak bisa dibeli. Apakah Anda termasuk seorang Shopaholic? Kenali 8 ciri seorang shopaholic dan baca juga solusinya di:

Kelas Menengah Indonesia adalah Investor Keuangan Baru - Disposable Income Pengeluaran Buruk Berbelanja - Perencana Keuangan Independen Finansialku

[Baca juga : 8 Ciri Seorang Shopaholic dan Solusinya]

 

Tombol “Sayang” atau “Takut Rugi”

Otak dasar manusia adalah otak yang sifatnya konservatif dan mecari aman (bahasa Inggrisnya adalah loss aversion switch). Ketika ada sesuatu barang yang sedang diskon (benar-benar diskon) dan pesan itu masuk ke dalam otak Kita, seketika pesan tersebut membuat switch takut rugi kita jalan dan langsung membeli barang tersebut. Contohnya pernahkah Anda melihat sebuah iklan di televisi perusahaan yang berjualan produk properti dan mengatakan investasi di propertynya bisa mendapatkan return yang luar biasa? Nah pesan-pesan ini biasanya dapat membuat switch takut rugi kita menjadi on dan tiba-tiba beli property tersebut.

 

Pengetahuan dan Perencanaan yang Kurang

Masih banyak orang yang berpikiran hidup itu mengalir saja, tidak perlu rencana, tidak perlu pengaturan, sedikit disiplin jadi tidak masalah membeli barang ini sekarang. Ide dasar yang ada di otak adalah POKOKNYA SAYA HARI INI SENANG. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang menyebabkan seseorang melakuan impulsive buying. Tanpa tujuan yang jelas seseorang hanya akan berpikir jangka pendek dan akan cenderung bersikap konsumtif.

 

5 Solusi Impulsive Buying (Pembelian Impulsif)

Solusi untuk Impulsive Buying (Pembelian Impulsif) sangat sederhana yaitu melakukan pendekatan dari keuangan dan pendekatan psikologi. Permasalahan seseorang yang gemar melakukan impulsive buying ada pada dirinya sendiri, bukan salah pasangannya, bukan salah teman-temannya, bukan salah tenaga penjual yang memasang promosi.

 

Melakukan Terapi Keuangan

Terapi keuangan adalah suatu usaha pengobatan pola pikir dengan memasukan informasi-informasi langsung ke pusat otak atau menjadi top of mind. Siapa yang bisa melakukannya? Orang-orang bisa melakukannya dengan cara meningkatkan pendidikan keuangan, berusaha keras dan disiplin pada dirinya, atau bisa berkonsultasi dengan profesional (perencana keuangan yang memiliki dasar psikologi atau seorang psikolog yang mempunyai pendidikan keuangan).

top-of-mind-awareness(1)-impulsive-buying-(pembelian-impulsif)

[Baca juga : Rasa Bosan Kamu Membuat Jadi Boros? Kalahkan Dengan 3 Cara Ini!]

 

Buat Anggaran Belanja

Anggaran belanja buat keluarga atau pribadi? Kok aneh ya? Ngapain juga kali ya? Kegiatan membuat anggaran dapat dilakukan dengan sederhana ambil kertas, tulis pos-pos pengeluaran bulanan dan anggarkan uang ke dalam pos-pos tersebut. Ketika kita mendapatkan uang pendapatan, bagi ke dalam beberapa pos. Transfer ke rekening investasi dan rekening belanja. Percaya atau tidak masih ada orang yang bertanya, mengapa saya harus repot membuat anggaran? Sebelumnya ada pertanyaan buat Anda: Siapakah orang yang paling peduli dengan keuangan pribadi atau keuangan keluarga Anda? 9 dari 10 orang menjawab saya dan pasangan saya. Nah oleh sebab itu Kita perlu melakukan kegiatan anggaran.

home-impulsive-buying-(pembelian-impulsif)

[Baca juga : 5 Tips Cara Pandai Berbelanja di Mall]

 

Buat Daftar Belanja Tetap

Setiap orang atau keluarga pasti memiliki daftar barang yang akan dibelanja setiap bulannya. Jangan biarkan daftar tersebut di kepala, tulis daftar-daftar tersebut. Cara buatnya simpel aja ambil kertas, buat daftar barang yang akan dibeli.  Satu hal yang penting ketika sudah membuat daftar belanjaan adalah masukan daftar belanjaan tersebut di dompet. Hal ini diperlukan agar kita tidak lupa bawa daftar belanja tersebut ketika berbelanja.

Shopping-List-NO-LOGO(1)-Impulsive-Buying-(Pembelian-Impulsif)

[Baca juga : Tips Belanja Online yang Aman & Terhindar dari Toko Online Penipu]

 

Membeli dengan Uang Cash

Membayar dengan uang kas itu dapat dikatakan pembelian secara real, benar-benar memiliki dampak atau impact langsung. Hal ini beda saat Kita melakukan pembayaran dengan debit atau kartu kredit. Siapkan uang kas sesuai dengan kebutuhan, misal Kita biasanya menghabiskan uang 500.000 tiap minggu, ada baiknya ambil uang 600.000 setiap minggunya. Kurangi frekuensi ke ATM, kurangi frekuensi kartu kredit, kurangi frekuensi pembayaran kartu debit adalah cara untuk mendisiplinkan diri sendiri terhadap gaya atau cara berbelanja.

cash-only-impulsive-buying-(pembelian-impulsif)

 

 

Pengecekan kesehatan keuangan berkala dapat digunakan untuk membantu proses menuju kesehatan keuangan. Bagaimana cara mengecek kesehatan keuangan? Anda dapat berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan dibidang keuangan atau belajar keuangan pribadi. Tempel hasil pengecekan kesehatan keuangan tersebut dan usahakan perbaiki hal-hal yang perlu ditingkatkan.

Tips Belanja Online yang Aman & Terhindar dari Toko Online Penipu - perencana Keuangan Independen Finansialku

[Baca juga : Cek Kesehatan Keuangan Anda dan Keluarga ]

 

Kesimpulan

  1. Membeli barang tanpa rencana disebut impulsive buying (pembelian impulsif)
  2. Ada beberapa faktor psikologis yang menjadi motivasi seseorang melakukan impulsive buying (pembelian impulsif).
  3. Baca, pelajari mengenai solusi impulsive buying (pembelian impulsif).

 

 

 

Jangan lupa baca artikel-artikel Finansialku:

finansialku Top 10 Situs Crowdfunding untuk Pendanaan Baca
finansialku Do It Yourself – Perencanaan Keuangan Pribadi Baca
finansialku Cara Melunasi Hutang Keluarga Baca
finansialku Asuransi Mobil Beli Ga Ya? Baca
finansialku Rencana Waris Penyelamat Keluarga Baca