Sobat Finansialku, sudah tahukah kamu mengenai definisi valuasi? Bagaimana cara menghitung valuasi dan apa  saja faktor penentunya?

 

Sebagai investor pernahkah terpikir apakah suatu perusahaan layak untuk dijadikan target investasimu?

Atau bagi Sobat Finansialku yang baru mulai berinvestasi di saham, pernahkah terpikir “kok harga saham X cepet banget naik turunnya, memang ada yang berubah dari perusahaan X?”

Yuk, hapus kegalauanmu dalam berinvestasi dengan menganalisis secara rasional menggunakan valuasi.

 

Apa yang dimaksud dengan “Valuasi”?

Sobat Finansialku, pernah dengar ungkapan

“Price is what you pay. Value is what you get”  

“Harga adalah yang kita bayar, value/nilai adalah yang kita peroleh”

 

Ungkapan di atas diserukan oleh Warren Buffet, pengusaha dan investor ternama yang kerap kali dijadikan guru investasi para pakar di industri keuangan.

Sesuai dengan ungkapan Warren Buffet tersebut, harga suatu perusahaan di bursa efek tidak sama dengan value/nilai dari perusahaan tersebut.

Dengan tingginya fluktuasi perubahan harga saham, apakah kualitas perusahaan pun kerap kali berubah seiring dengan perubahan harganya?

Tentu tidak. Kualitas perusahaan dapat berubah membaik maupun memburuk, namun tentunya tidak dalam jangka waktu yang singkat layaknya perubahan harga saham.

Sayangnya, harga sering kali disamakan dengan nilai atau kualitas dari suatu perusahaan.

Padahal sebenarnya, harga ialah persepsi dari pelaku pasar, pembeli dan penjual, di mana pembeli seringkali berharap membeli dengan harga rendah dan sebaliknya penjual selalu berharap dapat menjual dengan harga tinggi, bahkan lebih tinggi dari nilai yang sesungguhnya.

[Baca Juga: Analisis Fundamental Saham: Cara Melihat Valuasi Perusahaan]

 

Lantas, bagaimana mengukur nilai sesungguhnya dari perusahaan tersebut? 

Valuasi jawabannya.

Definisi valuasi yaitu proses analisis untuk mengetahui nilai ekonomi suatu bisnis, termasuk menilai/memperkirakan prospek perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba di kemudian hari lewat value yang ditawarkan perusahaan melalui produknya.

Dengan menghitung valuasi perusahaan, harapannya kamu dapat memiliki stand point dan acuan mengenai mahal atau murahnya harga saham suatu perusahaan.

Dengan demikian kamu dapat berstrategi dan berinvestasi dengan lebih rasional, nggak lagi mengandalkan feeling…

[Baca juga: Investor Pemula, Gunakan Metode Ini Untuk Memvaluasi Saham]

 

Faktor-Faktor Valuasi

Dalam melakukan valuasi, perhatikan faktor-faktor berikut ini.

 

Kinerja dan Prospek Perusahaan

Untuk mengetahui nilai sesungguhnya dan kualitas perusahaan, kita sebagai investor harus mengetahui kinerja perusahaan, termasuk struktur permodalan perusahaan tersebut. 

Dalam menganalisis kinerja dan memproyeksikan kelangsungan bisnis suatu perusahaan, kita akan mencoba menjawab hal-hal seperti:

  • Apakah penjualan dan keuntungan perusahaan mengalami pertumbuhan?
  • Apakah operasional dan perkembangan perusahaan sejauh ini dibiayai oleh utang atau ekuitas? Jika dibiayai oleh utang, berapa besarannya dan apakah perusahaan mampu membayar pengembalian utangnya? 
  • Jika dibiayai oleh modal/ekuitas, seberapa efektifkah penggunaan modal tersebut dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham?

 

Dengan menganalisis kinerja perusahaan secara historikal, kita sebagai investor dapat memperkirakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. 

Kemudian, dari analisis kinerja perusahaan, kita juga dapat membandingkan persepsi pasar atas perusahaan tersebut (baca: nilai pasar/harga) terhadap kinerja perusahaan.

Apakah perusahaan tersebut dihargai tinggi di atas harga wajarnya, atau justru dihargai rendah di bawah harga wajarnya.

[Baca Juga: Mengenal Teknik Analisis Fundamental Saham Untuk Pemula]

 

Business Model

Sobat Finansialku, business model perusahaan juga mempengaruhi valuasi perusahaan tersebut.

Bagaimana perusahaan dapat bernilai tinggi jika tidak memiliki business model yang dapat menjamin keberlanjutan bisnisnya dalam beberapa tahun ke depan. 

Sebagai investor, pastinya kita mengharapkan perusahaan tersebut going concern atau dapat berlanjut terus sampai waktu yang tak terbatas, tidak hanya untuk periode beberapa tahun ke depan.

Oleh karena itu, dibutuhkan business model yang baik yang dapat memberikan keuntungan bagi pemilik bisnis dan pengguna/konsumen demi menjamin keberlangsungan bisnis tersebut.

[Baca juga: Investasi Saham dengan Cuan Ratusan Persen, Jawab Pertanyaan Ini]

 

Economic Moat

Dilansir dari The Economic Times, Pat Dorsey- penulis buku investasi The Little Book that Builds Wealth, mengatakan bahwa penting bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki economic moat.

Sebagai informasi, economic moat adalah keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam jangka panjang dari suatu perusahaan yang memisahkan dan membedakan perusahaan tersebut dari kompetitornya. 

[Baca Juga: Value Investing: Cara Memilih Saham Harga Terdiskon]

 

Menurut Dorsey, economic moat menambah nilai intrinsik suatu perusahaan dan memampukan perusahaan untuk menghasilkan cashflow dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki economic moat.

Oleh karena itu, menurutnya economic moat dapat meningkatkan keuntungan investasi dalam jangka panjang serta mengurangi risiko kehilangan modal secara permanen. 

Dengan memiliki economic moat, perusahaan mampu bersaing dan menghasilkan return/imbal hasil yang tinggi dalam jangka waktu panjang terlepas dari tingginya kompetisi dan siklus hidup produknya (product life-cycle).

Sobat Finansialku, mampu memproduksi dengan biaya rendah saja (keunggulan biaya/cost advantage) tidaklah cukup, lho.

Selain cost advantage, aset tak berwujud seperti hak paten/lisensi yang tidak dimiliki kompetitor dan merk/brand yang mampu menarik konsumen untuk berpaling dari kompetitor juga termasuk economic moat

Lebih lanjut lagi, jika perusahaan memiliki switching cost dan network effect yang membuat konsumen merasa enggan untuk berpindah ke kompetitor di industri yang sama juga dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki economic moat.

[Baca Juga: SOS! Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Bila Nyangkut Saat Berinvestasi Saham]

 

Manajemen Perusahaan

Selain ketiga hal di atas, faktor yang tak kalah penting dalam valuasi adalah pengambil kebijakan di dalam perusahaan alias manajemen perusahaan.

Melalui keputusan-keputusan strategis di tingkat manajemen perusahaan, business model yang solid dapat terbentuk, economic moat dapat dimiliki, dan kinerja yang baik dapat tercipta.

Bagi teman-teman yang tertarik untuk mengupas tuntas valuasi suatu perusahaan dengan menganalisis faktor-faktor di atas, Sobat Finansialku dapat bergabung ke Grup Belajar Saham Finansialku. 

Di grup ini, kita akan membahas dan menganalisis serba-serbi saham beberapa perusahaan di setiap bulannya serta trend pasar dan dampak kebijakan atau isu terkini pada saham.

Grup ini dipandu langsung oleh pakar Value Investing, Rivan Kurniawan, dan Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan Founder Finansialku. 

Gabung Sekarang! Komunitas BELAJAR SAHAM Finansialku

komunitas saham

 

Cara Menghitung Valuasi

Selain menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi valuasi, yuk kenali cara menghitung valuasi perusahaan.

Menghitung valuasi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, beberapa yang paling umum digunakan adalah: pendekatan multiplier, nilai buku, discounted cash flow (DCF), dst.

 

Pendekatan Multiplier

Lebih sering dikenal dengan Price to Earning Ratio (PER atau P/E Ratio) adalah pendekatan yang menghitung harga saham suatu perusahaan jika dibandingkan dengan laba per lembar saham (earning per share / EPS).

 

Price to Earning Ratio (PER) = Harga Saham : EPS

 

Jadi, dengan menghitung PER, kita dapat mengetahui pengali (multiplier) EPS yang tercermin dalam nilai suatu saham. EPS sendiri dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar.

PER juga digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Semakin tinggi PER dapat diartikan semakin mahal pula saham tersebut, sebab dibutuhkan pengali yang lebih “besar” untuk melipatgandakan EPS dan mencapai harga saham tersebut. 

Dari segi investor, jika harga pasar adalah modal kita untuk berinvestasi di suatu saham, maka berinvestasi di saham A yang PER nya 22 kali akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk balik modal jika dibandingkan dengan berinvestasi di saham B yang PER-nya 9 kali.

Sebab, kemampuan saham A menghasilkan laba harus dikalikan 22x sementara B “hanya” perlu 9 kali.

 

Pendekatan Nilai Buku

Rasio lainnya yang sering digunakan untuk menilai mahal murahnya saham suatu perusahaan adalah pendekatan nilai buku/price to book value (PBV atau P/B ratio).

PBV membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan, di mana nilai buku perusahaan dihitung dari ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

 

Price to Book Value (PBV) = Harga Saham : Nilai Buku

 

Jika PBV di bawah atau sebesar 1x, maka dapat dikatakan saham tersebut diperjualbelikan di harga yang lebih rendah dari harga wajarnya (undervalue). Nah, tapi jangan langsung borong, ya.

Kita masih perlu menganalisis lebih jauh lagi apakah saham dari perusahaan tersebut layak dibeli karena sedang “salah harga”.

Mengulik faktor-faktor yang mempengaruhi valuasi di atas dapat membantu proses analisis valuasi Sobat Finansialku.

Layaknya rasio keuangan yang lain, menggunakan PER dan PBV dalam analisis valuasi akan lebih baik jika sambil membandingkan PER dan PBV suatu perusahaan secara historikal maupun secara head-to-head dengan kompetitor di industri sejenis.

[Baca Juga: Cara MUDAH Belajar Analisa Harga Wajar Saham Buat Pemula!]

 

Discounted Cash Flow (DCF)

Jika pada kedua pendekatan di atas kita membandingkan beberapa nilai PER atau PBV, maka pada pendekatan yang ketiga ini kita berfokus pada proyeksi kinerja perusahaan. 

Sesuai namanya, cash flow atau arus kas adalah komponen utama dalam pendekatan ini.

Sebab, selain mengharapkan keberlangsungan bisnis perusahaan, sebagai investor kita juga berharap perusahaan mampu terus menghasilkan keuntungan.

Lagi pula, tanpa arus kas yang mumpuni, jangankan valuasinya, keberlangsungan perusahaan pun menjadi pertanyaan tersendiri.

Dalam pendekatan Discounted Cash Flow (DCF), kita berusaha menghitung nilai kini (present value) dari estimasi arus kas yang dapat dihasilkan perusahaan di masa mendatang. 

Caranya, dengan membuat proyeksi arus kas di beberapa tahun ke depan (misal lima tahun) berdasarkan rata-rata pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir.

Kemudian, jumlahkan nilai kini dari estimasi arus kas kelima tahun tersebut. Jika hasil dari penjumlahan nilai kini estimasi arus kas lebih besar daripada modal dalam berinvestasi, maka investasi tersebut layak untuk dipertimbangkan.

[Baca Juga: Kenali Metode Price To Cash Flow Ratio dalam Valuasi Harga Saham, Lebih Akurat!]

 

Itu dia beberapa cara menghitung valuasi perusahaan yang umum digunakan. Namun, saya ingin menggarisbawahi bahwa “umum digunakan” tidak berarti menjadi pendekatan yang terbaik dalam melakukan valuasi saham, ya. 

Mempelajari, menguasai, dan menggunakan beberapa pendekatan bahkan dapat menghasilkan insight yang lebih dalam dan mempertajam analisa Sobat Finansialku dalam menilai sebuah investasi. 

Jadi, untuk teman-teman yang tertarik belajar investasi saham lebih lanjut, tunggu apa lagi? Sobat Finansialku dapat memulainya dari nol, sekarang juga.

banner_jangan_asal,_ketahui_ini_dulu_sebelum_investasi_saham

 

Semoga informasi yang dibagikan kali ini bisa memberikan manfaat. Jika ada yang ingin Anda diskusikan, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Semoga rencana liburan Anda bisa terwujud dan segera terealisasikan. 

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman dan kerabat lainnya. Terima kasih.

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi:

  • Shifa Nurhaliza. 11 Juli 2021. Dear Investor, Pahami Dulu Apa Itu Nilai Intrinsik Saham. Idxchannel.com – https://bit.ly/3Ei2Zvk
  • James Chen. 31 Mei 2020. Valuation Definition. Investopedia.com – https://bit.ly/3vWuF5Z
  • Adam Hayes. 25 April 2021. What Is a Business Valuation? Investopedia.com – https://bit.ly/3pJ3LNT
  • Anupam Nagar. 11 Juli 2020. Looking for ‘moat’ to pick stocks? Pat Dorsey tells you how to find it. Economictimes.indiatimes.com – https://bit.ly/3vWuY0D