Salah satu emiten agrikultur yang masih menuai sentimen positif di tengah pandemi, simak prospek PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) berikut ini.

 

Analisis Fundamental

Beroperasi secara komersial sejak tahun 1995, AALI sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) yang merupakan bagian dari Astra International berhasil memanfaatkan momentum untuk ikut menguat seiring dengan reli harga minyak sawit berjangka hingga menembus level 3.100 ringgit per ton.

Dikutip data harga CPO dari investing.com, terlihat bahwa 2020 ini, palm oil mencatatkan bullish kuat, jika dilihat data 7 tahun lalu sejak 2012 dan 2013, harga CPO pada 2020 ini telah melewati harga kejatuhan CPO di tahun 2019.

Harga CPO berhasil meroket hingga 55% sejak menyentuh level terendahnya 1.946 ringgit per ton pada Mei 2020 akibat sentimen pandemi Covid-19.

Crude Palm Oil Futures Chart (Investing.com)

Crude Palm Oil Futures Chart (Investing.com)

 

Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) kontrak pengiriman November dan Desember 2020 terus menguat.

Harga kontrak pengiriman November 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange pada Rabu (28/10/2020) pukul 18.41 waktu setempat untuk pengiriman November 2020 tercatat menguat 32 ringgit menjadi 3.252 ringgit.

Capaian ini masih menjadi sentimen positif bagi emiten kelapa sawit di Tanah Air. Level harga yang masih di atas 3.000 ringgit Malaysia tercatat melampaui ekspektasi.

Pandemi Covid-19 dari awal tahun yang mengakibatkan penutupan sejumlah negara konsumen sempat membuat harga CPO jatuh ke titik terendah. Namun harga kontrak untuk 3 bulan ke depan yang didapat pada Q4 2020 ini menjadi sinyal positif bagi sejumlah emiten penghasil CPO di pasar modal.

Pada semester pertama, ekspor perseroan menurun terutama untuk negara tujuan China dan India akibat dari isu logistik yakni penerapan lockdown.

Perseroan memang lebih memilih untuk memasarkan komoditas CPO dan turunannya ke pasar dalam negeri bila harga lebih baik, mengingat biaya administrasi dan logistik akan lebih murah dibandingkan dengan penjualan ke luar negeri.

Terkait aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mana terdapat kewajiban bagi eksportir untuk mengkonversikan devisa dari dollar atau valas ke rupiah.

Dilansir bisnis.com, pihak AALI menyatakan tidak memiliki keluhan mengenai hal tersebut mengingat Perseroan akan selalu mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia.

Secara operasional, Perseroan sudah melakukan pembukuan menggunakan mata uang rupiah termasuk pinjaman luar negeri yang sudah dilindung nilai.

Emiten tetap optimistis kinerja masih bertumbuh meski ada penerapan kebijakan pungutan ekspor progresif untuk minyak sawit (CPO) dan turunannya mulai pekan depan.

Prospek Diversifikasi Bisnis PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) 02

[Baca Juga: Prospek Diversifikasi Bisnis PT Astra Internasional Tbk (ASII)]

 

Sebagai informasi, Kementerian Keuangan menetapkan pungutan ekspor CPO secara progresif atau melalui skema pungutan berdasarkan layer atau lapisan harga CPO yang berlaku mulai 10 Desember 2020.

Pungutan ekspor CPO ditetapkan senilai US$ 55 per ton ketika harga komoditas tersebut berada di bawah US$ 670 per ton. Besaran pungutan baru akan naik US$ 5 untuk kenaikan pada lapisan pertama lalu naik US$ 15 untuk setiap kenaikan harga CPO sebesar US$ 25 per ton.

AALI menyatakan akan lebih memusatkan perhatian pada strategi bertahan melewati masa pandemi dengan menyiapkan cara kas sehingga arus kas perusahaan tetap sehat.

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

9 Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk.

Dari Laporan Keuangan Perseroan, AALI di Q3 2020 AALI mencatatkan kenaikan total aset menjadi Rp 28,11 triliun dari posisi per 31 Desember 2019 sebesar Rp 26,97 triliun.

Total kas dan setara kas perseroan naik signifikan menjadi Rp 1,74 triliun, dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar Rp 383,36 miliar.

Aset AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Dari sisi profitabilitasnya, GPM AALI yang naik 57,6% seiring menguatnya pendapatan hingga Rp13,32 triliun pada Q3 2020.

Pencapaian tersebut berhasil tumbuh 7,5% dibandingkan dengan Q3 019 sebesar Rp 12,38 triliun. Pendapatan bersih dari dalam negeri sebesar Rp 18,3 triliun pada Q3 tahun 2020.

Hingga Q3 2020, pasar tujuan ekspor AALI adalah India, China, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Korea, Kenya, dan Singapura.

GPM AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Untuk kondisi liabilitas AALI mengalami kenaikan menjadi Rp 8,71 triliun pada 30 September 2020, dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2019 sebesar Rp 7,99 triliun.

Total liabilitas tersebut terdiri atas Rp 1,9 triliun liabilitas jangka pendek dan Rp 6,8 triliun liabilitas jangka panjang. Beban pokok pendapatan perseroan naik menjadi Rp 11,4 triliun dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 11,17 triliun.

AALI berhasil menekan beban lainnya, seperti beban penjualan yang turun 8,3% menjadi Rp 307 miliar, juga beban umum dan administrasi turun 3,2 % menjadi Rp 511 miliar.

Liabilitas AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Dari pos Ekuitas mengalami peningkatan tipis menjadi Rp 19,3 triliun. Emiten perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) merevisi anggaran belanja modal atau capital expenditure pada tahun 2020 karena dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap kinerja Perseroan.

Belanja modal perseroan pada tahun ini kemungkinan hanya berkisar Rp 1 triliun, Rp 300 miliar lebih kecil dari target belanja modal perseroan.

Ekuitas AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 1,1x, AALI saat ini dihargai cukup overvalued namun masih wajar untuk sektornya.

Untuk Price Earning Ratio AALI ada di 26,7x yang menandakan AALI lebih murah dibanding tahun lalu. Recovery dari segmen komoditas dan melonjaknya harga CPO akan membuat saham ini semakin dinikmati oleh para investor hingga trader.

PBV PER AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Untuk Return on Equity pada 2020 ada di 4% dan PT Astra Agro Lestari Tbk., berhasil membukukan pertumbuhan kinerja keuangan lebih baik pada 2020 di tengah pandemi Covid19.

ROE AALI

AALI Data: rivankurniawan

 

Analisis Teknikal PT Astra Agro Lestari Tbk.

Hingga perdagangan market Sesi I – 14 Desember 2020 tren IHSG kembali bullish 1,05%. AALI diperdagangkan pada harga 11950/lembar menguat 0,42% terlihat aksi beli yang cukup kuat pada Sesi I perdagangan AALI (14/12).

Pergerakan harga Sejak Maret hingga November terlihat bullish yang kuat, dikarenakan sentimen positif dari penguatan harga CPO dunia.

Penguatan IHSG dan saham dari industri komoditas termasuk AALI menghantarkannya dari harga 4100/lembar (Maret) ke harga 12400/lembar (November).

Teknikal AALI

 

Jika melihat history pergerakan saham AALI sejak 2018 maka AALI saat ini sedang diperdagangkan di harga sideways-nya, harga 10.000 menjadi titik support hingga resistance-nya di kisaran 13.900.

Indikator MACD berada di atas garis nol dengan sinyal buy dan sell yang masih kuat hingga penghujung 2020, ada kemungkinan bullish berkelanjutan jika pasar masih berharap AALI untuk window dressing dan prospek masa depan terhadap harga CPO dan komoditas dunia.

Pola candle yang terbentuk memberi sinyal akan terjadi bullish berkelanjutan. Indikator Stochastic menggunakan kerangka waktu daily terlihat sinyal buy, AALI saat ini berada diatas Moving Average.

Untuk indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) membentuk pola bullish. AALI sudah menembus titik support di harga terdahulunya pada 10.300.

Jika menembus resistancenya di 13.900, AALI berpeluang menguat hingga di atas 14.000-15.000.

Jika AALI berbalik arah dan tidak mampu menembus harga resistance terdahulunya di 14.000, cut loss disarankan jika tidak mampu bertahan di 10.000.

 

Outlook PT Astra Agro Lestari Tbk.

Kondisi pandemi saat ini ternyata menjadi berkah bagi industri produksi CPO, melihat bahwa permintaan masih akan tinggi mengingat penggunaan minyak sawit untuk bahan baku utama pangan, non-pangan, maupun sebagai sumber bahan bakar nabati (biodiesel).

Pemerintah juga berupaya dalam memperbesar daya serap produk minyak sawit di pasar dalam negeri.

Dengan adanya tantangan yang dihadapi serta peluang yang diberikan oleh Pemerintah, industri kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas melalui memperbaiki tata kelola perkebunan kelapa sawit.

Perseroan juga terbuka untuk rencana investasi berupa pembangunan plant biodiesel dalam rangka mendukung program pemerintah. Namun, situasi pandemi membuat perseroan harus menunda rencana tersebut karena keberlangsungan bisnis dianggap lebih penting dibanding dengan pengembangannya di saat seperti ini.

Guna tetap memproduksi produk yang berkualitas, Perseroan menyatakan akan;

  • Tetap melanjutkan program intensifikasi, mekanisasi dan otomasi,
  • Melakukan Penelitian untuk pengembangan benih unggul dan aplikasi terapannya,
  • Program Peremajaan tanaman (replanting),
  • Melanjutkan operasi industri hilir yang sudah berjalan,
  • Meningkatkan volume penjualan melalui pengembangan kerja sama dengan kebun masyarakat sekitar dan pembelian CPO eksternal,
  • Penerapan teknologi dalam proses bisnis untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi bagi perusahaan,
  • Serta Konsistensi dalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).

 

Bisnis komoditas minyak sawit merupakan bisnis yang rentan terhadap fluktuasi harga serta bergantung kepada permintaan dan penawaran di pasar.

Meningkatnya pertumbuhan pasokan minyak sawit beberapa tahun terakhir yang melampaui permintaan serta melambatnya pertumbuhan ekonomi merupakan faktor melemahnya harga CPO dan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada 2019, namun permintaan pada 2020 membuat harga CPO di global meningkat. Industri kelapa sawit tetap prospektif dalam jangka panjang.

Beberapa faktor yang dipercaya dapat mendukung harga CPO untuk jangka panjang adalah permintaan akan minyak nabati yang terus bertambah seiring dengan pertambahan penduduk dunia, produktivitas minyak sawit yang tinggi, serta perluasan pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan bakar nabati (BBN) baik di dalam maupun luar negeri.

Pada awal tahun 2020, Pemerintah Republik Indonesia telah menerapkan program mandatori B30 yang berdampak positif terhadap daya serap minyak sawit di dalam negeri.

 

Kesimpulan

Harapan pemulihan penjualan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) hingga tahun kedepan sepertinya terlihat masih ada sinyal positif terlebih segmen komoditas yang sedang menguat saat ini.

Emiten perkebunan masih memiliki tantangan jika menyangkut bisnis yang berhubungan dengan konsumsi masyarakat, ekspor dan terkait kebijakan pemerintah di kemudian hari, namun emiten ini memiliki kinerja yang baik.

Sebagai anak perusahaan ASII, proyeksi emiten kelapa sawit masih akan menorehkan grafik hijau.

 

Disclaimer on: Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Itulah analisa saham AALI dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.

Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.

 

 

Sumber Referensi:

  • Aplikasi IPOTGO
  • Annual Report PT Astra Agro Lestari(AALI) (www.idx.co.id)
  • Bisnis.com

 

Sumber Gambar:

  • Aplikasi ChartNexus
  • Consolidated Financial Statements PT Astra Agro Lestari(AALI), September 2020
  • Crude Palm Oil Futures Chart – Investing.com
  • https://bit.ly/2WaEZGv
  • https://bit.ly/3gMI2OI