Strategi baru BSDE yang tidak memberikan reaksi beragam dari investor. Apakah dengan menyasar bisnis data center ini akan menjadi peluang?

BSDE sebagai salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia sedang menyasar bisnis data center, cukup unorthodox, mengingat fondasi bisnis yang cukup berbeda antara BSDE yang berpengalaman di sektor properti dan menyasar data center.

Mari kita bahas apakah strategi ini dapat menjadi peluang peningkatan kinerja bagi BSDE atau justru sebaliknya.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Kinerja BSDE

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang

Di atas adalah data pre-sales BSDE sampai dengan 1H21.

Terlihat bahwa pada selama semester 1-2021 kemarin BSDE mencatatkan Rp 4,5 triliun penjualan, di mana mayoritas sumber penjualannya didapatkan dari penjualan residential atau rumah tapak (sebesar Rp 3 triliun atau 2/3 dari total penjualan).

Setelah rumah tapak, kontribusi sumber pendapatan diikuti oleh penjualan property komersial dan juga pendapatan dari JV.

[Baca juga: Saham BSDE Terus Terkoreksi, Apakah Layak Dibeli?]

 

Salah satu ciri khas BSDE sebagai perusahaan properti dibandingkan yang lainnya adalah kontribusi dari recurring income BSDE merupakan yang tertinggi ke-2 setelah PWON.

Hal ini berbeda dengan rata-rata perusahaan properti lain yang mayoritas pendapatannya didapatkan dari penjualan unit properti.

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 2

 

Chart di atas adalah perkembangan komposisi pendapatan dari BSDE. Yang termasuk ke dalam kategori recurring income adalah penyewaan, hotel, dan arena rekreasi.

Terlihat bahwa pada 2019 (kondisi pre-covid), recurring income yang didapatkan dari BSDE adalah sebesar 24% dari total pendapatan perusahaan, yang berarti kurang lebih seperempat dari total pendapatan perusahaan bersumber dari non-penjualan properti.

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 3

Bagi Anda yang tinggal di daerah BSD, Gading Serpong maupun Alam Sutera di Tangerang Selatan pasti sudah tidak asing lagi dengan AEON Mall di BSDE, yang merupakan AEON Mall pertama di Jepang yang memiliki 100% occupancy tenant rate.

Lokasi yang strategis di antara perumahan, apartemen, lokasi perkuliahan, sampai tempat rekreasi seperti The Breeze dan ICE BSD menjadi salah satu keunggulan mall ini dibandingkan mall-mall lainnya.

[Baca juga: OJK Bangun Data Center Fintech Berisi Data Agregat ‘Pemain’]

 

Selain itu, BSDE juga dikenal sebagai salah satu agen properti yang memiliki desain perumahan maupun apartemen yang paling modern, lagi, terutama di BSD dan Tangerang Selatan.

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 4 BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 5

 

Di atas adalah beberapa contoh portfolio properti milik BSDE yang memang menyasar pasar millennials dengan desain minimalis dan estetik.

Kita sudah melihat “keahlian” dan pengalaman yang dimiliki BSDE sebagai salah satu perusahaan property terbaik di Indonesia. Lantas, bagaimana dengan strategi perusahaan yang ingin memasuki bisnis digital center?

[Baca Juga: Kinerja SMRA Pasca Raih Pringkat idA Dengan Outlook Positif]

 

Bisnis Data Center BSDE

Presiden Direktur BSDE, Fransiscus Xaverius RD menyebutkan dengan digitalisasi yang terjadi saat ini, data center merupakan salah satu komponen penting untuk digital platform.

Sehingga, pihaknya menilai penting untuk mulai berinvestasi pada bidang ini. Sebelumnya, BSDE bersama yang berada di bawah payung bisnis Sinarmas Land juga telah memulai digitalisasi dengan membangun kawasan Digital Hub.

Kawasan Digital Hub yang berluas 25,86 hektar yang berlokasi tepat di bagian selatan Green Office Park, BSD City. Tersedia 700 gedung bisnis, 12.000 tempat start up, dan 8.000 tempat inovasi.

[Baca juga: Mengenal 10 Perusahaan Properti Terbesar Di Indonesia]

 

Bergabungnya BSDE ke bisnis data center akan menambah daftar konglomerasi yang masuk pada bisnis data center. Dengan demikian, persaingan pada sektor tersebut kian ketat.

Maklum, berdasar data Structure Research, proyeksi pertumbuhan data center di Indonesia pada periode 2020-2025 akan mencapai 23,5% per tahun. Pada 2025, market size-nya diperkirakan akan mencapai US$ 618,6 juta.

Melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan, posisi cash perusahaan turun ke level Rp 7,6 triliun karena adanya pembayaran utang jangka pendek perusahaan.

[Baca juga: Perusahaan Properti Evergrande Krisis Terlilit Utang, Ini Penyebabnya!]

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 6

BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang 7

 

Level DER dan gearing perusahaan juga memang terlihat relatif turun, di mana DER sekarang di level 0,8x dan gearing 0,4x yang berarti total utang perusahaan berada di bawah ekuitas perusahaan.

Tentu menjadi early player di industri tertentu mempunyai keunggulan, tetapi faktor terbesar juga berhubungan dengan eksekusi.

Waktu yang akan bisa menjawab apakah strategi BSDE ke depannya akan dapat mendorong kinerja perusahaan.

Apa Sobat Finansialku positif terhadap tantangan baru BSDE? Yuk share dalam kolom komentar.

 

Dapatkan juga informasi ter-update dan diskusi menarik dengan bergabung dalam komunitas belajar saham Finansialku.

Selain bertemu dengan sesama investor, Sobat Finansialku juga bisa ikuti webinar aktif tiap bulannya yang membahas kabar terbaru pasar saham.

Mau ikutan? Klik banner untuk join.

komunitas saham

 

Jangan lupa bagikan juga artikel ini pada sesama investor di sekitar Anda, ya!

 

Editor: Eunice

Sumber Gambaer:

  • RK Team