Pertumbuhan bisnis fintech di Indonesia kabarnya semakin meningkat saat ini, begitu pula dengan bisnis fintech agregator.

Namun, sudahkah Anda tahu apa itu fintech agregator? Bagaimana dengan potensi dan risikonya?

Simak ulasan selengkapnya dalam artikel Finansialku berikut ini. Selamat membaca!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Apa Itu Fintech Agregator?

Kata ‘agregator’ mungkin masih terdengar asing di telinga Anda. Kata ini memang cukup jarang terdengar dalam perbincangan masyarakat.

Jika dilansir dari Artidefinisi.com, agregator memiliki arti pengumpul atau penggabung.

Maka, tidak heran jika agregator terdiri dari berbagai jenis karena disesuaikan dengan objeknya.

Dalam dunia finansial, nyatanya agregator memiliki arti tersendiri. Istilah ini termasuk dalam salah satu jenis financial technology (fintech) yang ada di Indonesia.

Dilansir dari CNBCIndonesia.com, Financial Stability Board (FSB) membagi fintech dalam empat kategori berdasarkan jenis inovasi, yaitu:

 

#1 Fintech Payment, Clearing, and Settlement

Jenis yang pertama Ini merupakan fintech yang memberikan layanan sistem pembayaran baik yang diselenggarakan oleh industri perbankan maupun yang dilakukan Bank Indonesia, seperti Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI), hingga BI Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Contohnya, Kartuku, Doku, iPaymu, Finnet dan Xendit.

Fintech - Finansialku[Baca Juga: 10+ Tempat Wisata Jawa Barat Populer yang Wajib Dikunjungi Saat Liburan]

 

#2 Fintech Manajemen Risiko dan Investasi

Fintech jenis kedua ini memberikan layanan seperti robo advisor (perangkat lunak yang memberikan layanan perencanaan keuangan dan platform e-trading dan e-insurance.

Contohnya, Bareksa, Cekpremi, dan Rajapremi.

 

#3 Fintech Peer To Peer Lending (P2P)

Fintech ketiga ini merupakan salah satu jenis fintech yang banyak dilirik baik oleh para pebisnis, pemberi pinjaman, maupun calon peminjam.

Fintech ini mempertemukan antara pemberi pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman dalam satu platform.

Nantinya para investor akan mendapatkan bunga dari dana yang dipinjamkan. Contohnya, Modalku, Investree, Amartha, dan KoinWorks. 

Pengalaman Investasi P2P Lending 02 - Finansialku

 [Baca Juga: Kata-Kata Bijak Ridwan Kamil yang Inspiratif, Kreatif dan Inovatif!]

 

#4 E-Aggregator atau Fintech Aggregator

Jenis terakhir ini merupakan fintech yang mengumpulkan dan mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan keputusan.

Start up fintech ini memberikan perbandingan produk mulai dari harga, fitur hingga manfaat. Contohnya, Cekaja, Cermati, KreditGogo, dan Tunaiku. 

Fintech jenis ini bisa menjadi kunci untuk membantu masyarakat menentukan pilihannya terhadap produk, layanan, dan jasa yang paling sesuai.

Tidak hanya itu saja, fintech agregator juga membantu merekatkan banyak aspek dalam ekosistem digital yang mampu bekerja sama dengan ekosistem konvensional. Misalnya, di sektor keuangan.

 

Peluang dan Risiko Bisnis Fintech Agregator di Indonesia

Bisnis fintech agregator pada dasarnya bukanlah hal baru di Indonesia.

Dilansir dari Marketeers.com, berdasarkan data dari Asosiasi Fintech Indonesia tahun 2018 akhir, terdapat 235 perusahaan fintech di mana 26 di antaranya bergerak di bidang market agregator.

Jumlah ini pun terus bertambah di tahun 2019 ini.

Menilik tugasnya di bidang fintech, tidak dapat dipungkiri bahwa fintech jenis ini memiliki peluang yang besar dalam dunia bisnis. Khususnya bagi para pengusaha UKM.

Banyaknya jumlah UKM yang berlangsung di Indonesia memberikan kesempatan bagi mereka untuk menggunakan jasa fintech agregator dalam perjalanan bisnisnya.

Selain itu, pengusaha UKM biasanya sangat mengandalkan figur owner sebagai pengambil keputusan utama.

UKM Sukses Indonesia 01 - Finansialku

[Baca Juga: Kata-kata bijak Vladimir Putin, Presiden Rusia yang Menjadi Pengaruh Besar Bagi Dunia]

 

Dalam peranannya, pemilik usaha kerap dihadapkan dengan keterbatasan waktu, pilihan, dan minimnya informasi sumber pendanaan yang cocok dengan kondisi keuangan bisnisnya.

Untuk itu, teknologi agregator pun dipilih untuk membantu masyarakat bisa lebih memahami bahwa ada alternatif yang bisa diakses dengan mudah dan transparan sesuai latar belakang bisnis masing-masing.

Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk membantu mereka menentukan target distribusi dana ke masyarakat tanpa harus mengeluarkan biaya pengembangan teknis.

Meskipun demikian, terdapat risiko dari bisnis fintech agregator sendiri, salah satunya, kurangnya literasi pada masyarakat yang memungkinkan masyarakat menilai fintech ini justru malah menambah kerumitan saat masyarakat ingin mengakses layanan dari penyedia jasa.

 

ALAMI, Fintech Agregator Asal Indonesia

ALAMI, salah satu perusahaan fintech agregator di Indonesia.

Meski sudah berdiri sejak 2017, ALAMI fokus menjaring kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Masih dilansir dari Marketeers.com, CEO dan Founder ALAMI, Dima Djani, mengungkapkan bahwa salah satu tujuan utama dari ALAMI ialah mendukung penguatan posisi institusi jasa keuangan syariah Indonesia di masyarakat yang lebih luas lagi.

“Melalui positioning kami sebagai perusahaan fintech agregator syariah, ALAMI memiliki keunggulan untuk mempertemukan layanan perbankan tadi ke calon-calon nasabah yang ingin memperbesar skala usaha namun tetap dalam koridor syariah.”

 

Setidaknya sudah terdapat 13 bank umum syariah yang siap menyalurkan dana kepada umat.

Meskipun demikian, Dima juga melihat adanya risiko dalam model bisnis agregator.

Ia menilai dalam ekosistem digital, model bisnis agregator perlu memiliki value-add agar dapat memberikan solusi yang optimal bagi nasabah.

“Jangan sampai konsumen menilai keberadaan agregator justru menambah kerumitan saat mereka ingin mengakses layanan dari penyedia jasa. Ini adalah risiko yang perlu dikelola untuk menjaga masa depan bisnis.”

Logo Alami - Finansialku

[Baca Juga: Bingung Mau Rintis Bisnis Startup di Mana? Ini Keuntungan Pakai Coworking Space!]

 

Meskipun risiko menjalankan bisnis ini cukup tinggi, ALAMI tetap optimistis bahwa model ini bisa diterima oleh masyarakat dan partner, khususnya dalam lingkup target pasar ALAMI yang notabene adalah pelaku usaha.

Ditambah lagi, posisi perusahaan fintech agregator syariah di Indonesia pada dasarnya sangat menarik karena mereka bermain di kolam yang belum banyak tersentuh oleh pemain fintech lainnya.

“Teknologi agregator membantu masyarakat bisa lebih memahami bahwa ada alternatif yang bisa diakses dengan mudah dan transparan sesuai latar belakang bisnis masing-masing. Lebih khusus, dari perspektif partner syariah, keberadaan agregator bisa membantu mereka menentukan target distribusi dana ke masyarakat tanpa harus mengeluarkan biaya pengembangan teknis.”

 

Aturan OJK untuk Fintech Agregator

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selaku payung bagi seluruh aktivitas finansial di Indonesia mempertimbangkan untuk membuat regulasi mengenai fintech dengan model bisnis di bidang agregator.

Dilansir dari Alinea.id, Kepala Group Inovasi Keuangan Digital (IKD) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Triyono, mengatakan pertimbangan tersebut muncul setelah agregator menjadi model bisnis paling banyak dipilih oleh para inovator fintech yang masuk dalam regulatory sandbox.

Dari hasil regulatory sandbox yang diadakan oleh OJK baik batch 1 maupun batch 2, tercatat 15 inovator fintech yang memilih model bisnis agregator.

Jajaran Direksi Alami - Finansialku

[Baca Juga: 30 Tempat Wisata di Hong Kong yang Seru, Asik dan Bagus di Media Sosial (Part 1)]

 

Triyono mengatakan dengan semakin banyaknya pelaku inovator fintech yang melirik bisnis agregator, peraturan untuk model bisnis tersebut sudah sepatutnya dibuat.

Apalagi, model bisnis agregator memiliki sejumlah kemiripan dengan model bisnis lainnya, seperti keagenan, lanjutnya.

Bila tidak ada regulasi yang mengatur, dikhawatirkan muncul para pemain nakal yang memanfaatkan peluang untuk menyeberang ke model bisnis lain.

“Jadi kenapa diatur? karena dia suka tergoda untuk menyeberang ke arah keagenan, ke arah memberikan layanan tambahan misalnya penilaian konsumen terkait kredit scoring dan sebagainya.”

 

Akan Selalu Ada Peluang dan Risiko dalam Bisnis Fintech Agregator

Dalam setiap bisnis tentu akan selalu ada peluang juga risiko yang selalu berdampingan.

Bagaimana pun juga, pilihlah bisnis yang benar-benar Anda pahami dan kuasai.

Jangan memilih bisnis hanya karena peluang yang besar tanpa mempertimbangkan risikonya.

Oh iya jika Anda adalah salah satu pebisnis pemula, hal yang harus ingat saat berbisnis ialah jangan sampai Anda lupa dengan pengelolaan keuangan dalam bisnis.

Terkadang, banyak yang masih belum bisa melakukan pengelolaan keuangan bisnis dan pribadi dengan baik.

Untuk meminimalisasi segala kemungkinan, akan lebih baik jika Anda memanfaatkan tools yang sering digunakan khusus pengelolaan dan perencanaan keuangan, seperti aplikasi Finansialku.

Kostumer Alami - Finansialku

[Baca Juga: Para Manajer! Ketahui Cara Mengawasi dan Mengontrol Psikologi Kepribadian Karyawan]

 

Aplikasi Finansialku merupakan aplikasi berbasis website yang dapat membantu penggunanya untuk melakukan pengelolaan dan perencanaan keuangan, termasuk keuangan bisnis.

Jika belum memilikinya, segera download melalui Google Play Store atau lakukan registrasi melalui PC.

Dapatkan potongan harga berlangganan hingga Rp50.000 dengan kode promo: POTONG50RIBU untuk menjadi member Premium agar Anda bisa berkonsultasi tanpa batas dengan Konsultan Keuangan Bersertifikat dari Finansialku.

Jika ingin lebih memahami mengenai bagaimana cara melakukan pengelolaan keuangan bisnis dan pribadi dengan baik, pelajari saja melalui ebook Finansialku yang satu ini:

Gratis Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal

 

Jadi, apakah Anda tertarik untuk menjalankan bisnis fintech perusahaan agregator ini? Tulis pendapat juga komentar Anda dalam kolom bawah ini.

Jangan lupa untuk bagikan artikel ini kepada teman atau saudara yang belum mengetahuinya.

 

Sumber Referensi:

  • Ning Rahayu. 4 Juli 2018. Alami Yakini Bisnis Aggregator Tetap Potensial di Masa Depan. Wartaekonomi.co.id – http://bit.ly/2Nn3sDC
  • Ramadhan Triwijanarko. 5 Juli 2018. Menilik Potensi dan Risiko Bisnis Perusahaan Fintech Aggregator. Marketeers.com – http://bit.ly/2C9JWFD
  • Roy Franedya & Tito Bosnia. 10 Januari 2018. Ini Dia Empat Jenis Fintech di Indonesia. CNBCIndonesia.com – http://bit.ly/2NuHDBV
  • Tendi Mahadi. 4 Juli 2018. Ini Alasan Alami Optimistis Bisnis Fintech Agregator Makin Cerah. Keuangan.kontan.co.id – http://bit.ly/34hMZau

 

Sumber Gambar:

  • Agregator – http://bit.ly/2PASc9o
  • Fintech – http://bit.ly/2NvtbKh
  • Logo Alami – http://bit.ly/3229YVE
  • Jajaran Direksi Alami – http://bit.ly/323xIbM
  • Kostumer Alami – http://bit.ly/3337F66